Minggu, 31 Juli 2005

Titik! Koma?

Melihat kebetulan rekan-rekan sedang membahas tanda baca.
Kebetulan hari itu juga, muncul berita menarik...

# Novel tanda baca


China Daily, 14 Juli 2005
Seorang penulis dari propinsi Shanxi menantikan siapa yang mampu memecahkan sandi dalam karyanya, sebuah novel tanpa satu kata pun selain susunan 14 macam tanda baca, berhadiah 140ribu yuan (kira-kira US$16900 = 150 mang \ = 150 juta Rp?)
Dia mengklaim keempatbelas tanda baca tersebut menampilkan kisah cinta yang menyentuh, demikian dilaporkan oleh Harian Beijing Rabu 13 Juli 2005 kemarin.
Ini mungkin menjadi novel terpendek yang pernah ada, dan mungkin menjadi satu-satunya novel tanpa kata. Namun Hu Wenliang, pengarang novel berjudul 《。》 ini menyatakan bahwa ia telah menghabiskan setahun waktunya demi menulis novel yang memuat 5 bagian sebagai berikut:
:?
:!
“‘……’”
(、)•《,》
;——

Lumayan kan?




# Kuis Tanda Baca



Perdebatan timbul ketika ada rekan yang menjajarkan titik-titik di penghujung setiap lirik puisi cintanya.
Berdatangan protes yang cukup beralasan, bahwa penggunaan tanda baca berkaitan dengan kepekaan pembaca, nilai estetika, konteks bagaimana kalimat terucap... Bahwa tiga titik atau lebih adalah lambang tak hingga dalam matematika, atau mengambangkan kata menimbulkan kesan ragu-ragu.
Namun sang pencipta mempertahankan gaya tersebut dengan dalih bahwa titik adalah komponen pembentuk garis dan benda, bahkan menjadi pertanda memeriahkan raut wajah, dengan puisi berjudul "Kutitiki Dahimu, Kawan!" (hoaaa...)

Jadi ingat tahun lalu, pernah heboh buku
Eats, Shoots & Leaves, The Zero Tolerance Approach to Punctuation.
Judulnya diangkat dari sebuah humor mengenai kasus ekstrim penggunaan tanda baca yang buruk:
A panda walks into a café. He orders a sandwich, eats it, then draws a gun and promptly proceeds to kill everyone with it.
"Why?" asks the confused, surviving waiter amidst the carnage, as the panda makes towards the exit. The panda produces a badly punctuated wildlife manual and tosses it over his shoulder.
"Well, I'm a panda," he says at the door. "Look it up."
The waiter turns to the relevant entry and, sure enough, finds an explanation. "Panda. Large black-and-white bear-like mammal, native to China. Eats, shoots and leaves."

Jadi, ketika seharusnya tidak ada tanda baca, dan diartikan:
Panda "memakan rebung dan daun" (bambu).
Malah salah pengertian menjadi "makan, tembak dan tinggalkan".
Gicu deh.
Saya sendiri belum pernah baca buku itu, hanya kebetulan saja suka referensinya terhadap panda dan bambu (buku berikutnya yang akan menyusul terbit musim gugur 2005, Talk to the Hand, bahkan bergambar panda merah).
Menurut kritik sih, sebenarnya buku ini bukan mengajak pembaca kepada cara menulis yang benar, namun hanya sekedar menampilkan gambaran tersamar tentang menurunnya tingkat keluhuran budaya cetak masa kini. Buktinya, judul itu sendiri telah mengandung beberapa kesalahan terselubung yang sering diabaikan orang.
Ada quiz menarik di official websitenya kalau mau coba. Sejauh mana kemampuan anda menggunakan tanda baca (versi British)?
http://eatsshootsandleaves.com/ESLquiz.html

# Senyuman Tanda Baca


Emoticon alias smiley asalnya digunakan untuk menandai humor pada baris-baris surat elektronik yang terkesan dingin agar lebih santai dibaca.
Muncul dalam iklan pada 1953, dan dipopulerkan pada 1982 oleh seorang ilmuwan komputer di CMU untuk digunakan pada bulletin board.
Seiring dengan perkembangan tipe huruf yang dipergunakan, maka semakin beragamlah emoticon yang tersedia, bahkan bisa menampilkan segala ledakan perasaan yang sangat jauh dari sesungging senyuman.
Emoticon ala Jepang yang menggunakan karakter huruf yang lebih rumit, berbentuk semakin meriah seperti bisa dipantau di 2ch.net. Kini berbagai instant messenger dan tagboard memberikan fasilitas yang menyalin langsung deretan lambang tersebut berbentuk grafik mungil lucu.
Yang sedang laris di tahun kemarin adalah bentuk orang sujud (yang bisa berarti baik pemujaan terhadap sesuatu, maupun kegagalan atau keputusasaan) ... orz ... beserta variasinya
Or2 .. On_ .. OTZ .. OTL .. O7Z .. Sto .. Jto .. _no .. _| ̄|○
seiring dengan meledaknya kisah cinta ala otaku Jepang "Densha Otoko"「電車男」 (setelah sukses adaptasi ke layar lebar, kini diputar drama di Fuji Terebi Kamis jam 10 malam).

Kadang-kadang, saya pasang juga emoticon sebagai hiasan. Kebetulan saya hanya menggunakan simbol huruf yang termuat dalam keterbatasan ASCII, antara lain
<;^P {X^D (@_@;a p(^o^)q m(_"_)m Namun ternyata kemarin ini masih ada juga rekan (pak Ferry) yang meminta saya menerjemahkannya! Apakah sedemikian rumit lambang di atas? Padahal walaupun hanya terdiri dari susunan tanda baca, bagi saya emoticon tetap merupakan gambar. If a picture paints a thousand words, then how should I translate it? Ke dalam seribu kata? Bila tak dipahami sebagai gambar, tentu tamatlah dia.
Sebaliknya, bayangkan pula penggambaran kecantikan seorang putri yang "wajah bulat telur, alis bak semut beriring, mata bak bintang kejora, hidung bak siung bawang, bibir bak delima merekah, pipi bak pauh dilayang, lengan bak lilin dituang..." Gambarkanlah persis seperti demikian, dan apa yang didapat? Monster!
Pada awal-awal email berisi emoticon beredar, banyak orang yang menikmati berkata kejam tapi menandainya dengan senyuman, dan menampik protes dengan menunjukkan tanda itu sebagai "hanya main-main". Namun kejamnya kata-kata terkadang tak bisa dihapus oleh sekedar bintik-bintik.
Seperti juga dituding oleh WSJ (1992), "smileys might be a real help for today's students, raised on TV and unskilled at spotting irony without a laugh track."
Maka, mari abaikan semua bentuk mungil itu, dan kembalikan perhatian kita pada kekuatan kata-kata.


# Novel Tanda Baca

# Kuis Tanda Baca
# Senyuman Tanda Baca

Tidak ada komentar: