Jumat, 17 Maret 2006

Beras Beru-Bara

Jinsei ni komattara kome komikku wo tabeyou

Dalam sebuah peragaan oleh LSM Jepang di pameran tahun lalu, anak-anak kecil diajak menyingkap gambar pintu lemari es. Di baliknya, ada gambar isi lemari es yang penuh bahan makanan.
"Coba, adik-adik, seandainya Jepang tidak mengadakan hubungan dagang dengan negara lain, apa yang terjadi?"
Pintu ditutup dan kembali dibuka seperti sulap: nyaris kosong, yang tersisa hanya semangkuk nasi, jeruk mikan, sejenis sayur hijau dan sepotong ubi.

Jangan tanya apa yang tidak ada di Jepang, durian pun ada di Meidi-ya, tapi jelas impor. Demikian tergantungnya Jepang pada pasokan bahan makanan dari negara lain. Walaupun berupa negara maritim yang terkenal dengan sushi dan sashimi-nya, namun ikan, teri, udang, cumi, gurita, semua masih impor.
Yang heboh baru-baru ini, diresmikan perjanjian pasokan besar-besaran satoimo (semacam talas) dari Indonesia. Satoimo yang hambar tak enak (menurutku) itu pun, kalau tak ada dalam menu hidangan, takkan terasa lengkap bagi mereka.

Namun setidaknya, dalam perihal beras (sebagai hal yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari baik di Jepang maupun Indonesia) Jepang masih unggul dengan kemampuan memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri, ketika Indonesia yang mengaku negara agraris malah sibuk mengimpor beras...

Dan inilah contoh strategi jual mereka yang cukup sukses...
Beras Akitakomachi dari propinsi Akita merek Crystal Dragon, dan Koshihikari dari Fukuyama merek Rose of Versailles...

mangakomeberubarakuridora

Entah siapa yang bertanggung jawab mengarungkan berasnya seperti ini. Apakah distributor, dinas pertanian propinsi, atau jangan-jangan berdasarkan selera petaninya sendiri...???
Lalu, berapa royalti yang diperoleh para mangaka dari penggunaan gambar-gambar ini, atau jangan-jangan kerja sukarela?

Yang mengherankan, adalah bahwa kedua komik ini justru berlatar belakang budaya yang tidak kenal beras dan nasi.
Arianrod adalah calon dukun di daerah Celtic Irlandia, sementara Oscar de Jarjayes dan Marie Antoinette itu bangsawan kerajaan Perancis...

Dan begitu dicicipi, yah tetap sajaaa berasnya berasa akitakomachi dan koshihikari, tidak ada bau wangi eropa-eropanya sama sekali. Macam mana pula, yahahahaha... (^o^;)
Tentunya masih akan lebih serasi kalau beras Indonesia-lah yang dipasarkan dengan gambar "Panji Koming" "Konpopilan" "Nagageni 212" "Jampang Jago Betawi" dannn lain-lain.

Jumat, 03 Maret 2006

Sumpah Jerapah

kirinchenghoTersebutlah muhibah kebudayaan armada laksamana Chengho di sekitar tahun 1400 masehi mencapai pantai Kenya, Afrika.
Bersama dengan sutra dan porselin, jala penangkap ikan khas Cina ditukarkan dengan makhluk unik... bermotif jala.
Bagi kaisar dinasti Ming, Perolehan ini sungguh membanggakan.
Sebagai hewan yang damai dan vegetarian (herbivora).
Dianggap membawa "ZUI": ketenteraman, kesuburan, dan semangat muda.
Sehingga berbagai syair dan lagu dicurahkan pada sang hewan ajaib yang dinamakan () Qilin, alias C'hi-lin, alias Kirin:
Ia berjalan anggun tanpa menginjak rerumputan namun sanggup menggilas pedang.


Namun, Kirin yang tergambarkan di hiasan-hiasan istana maupun label perusahaan minuman di Jepang, ternyata berbeda. Tanduknya seperti rusa, surainya seperti singa, dan terkadang malah bersisik dan berbuntut ikan, lebih mirip Malaion-nya Singapura.
Ada pendapat simpang siur tanpa bukti sejarah yang kuat mengenai apakah Kirin ini memang sekedar bentuk stilasi dari sang jerapah Cheng Ho ataupun jerapah yang ditemui di zaman jauh sebelum muhibah tersebut, atau apakah memang sejak sebelum itu sudah beredar mitos mengenai Kirin, yang karena kebetulan punya kesesuaian sifat dengan jerapah, dipinjam namanya.

kirinlogoDi Jepang, Kirin punya kedudukan lebih tinggi dari naga, kura-kura atau burung api.
Raja-diraja segala hewan mamalia.
Juga disebut "Shishigami" seperti dalam Mononoke-Hime-nya Ghibli.
Kirin juga menjadi nama modern Jepang untuk Jerapah (jangan-jangan di Cina jerapah malah punya nama lain).

Yang jelas tanpa atribut kedewaan pun, jerapah sudah cukup ajaib.
Sebagai hewan darat tertinggi di dunia, dengan tinggi sekitar tiga kali tubuh saya (huh, iri). Bertanduk nyaris tiga.
Berleher panjang dan lentur walaupun jumlah tulangnya tetap tujuh, sama dengan tulang leher manusia.
Lidahnya seperti kikir bisa melumat batang berduri sekalipun.
Pemamah biak yang akan menelan semua makanan, memeyeumnya sebentar di lambung, lalu dimuntahkan lagi ke mulut untuk dikunyah.
Punya pembuluh darah menuju kepala dengan katup searah sehingga ia mampu tegak dan tunduk tanpa perlu merasa pusing.
Menjadi sasaran perdebatan teori evolusi dengan segala keunikannya.

Saya sendiri punya piaraan kenalan seekor jerapah manis di sebuah bonbin, rekan berbagi jeruk sambil melamun di bawah rindang pohon.
Usianya 8 tahun, dipanggil wa' Isak. Yang mengasihankan, dia tak bakal menemukan pasangan sebangsa dalam radius sekian ribu kilometer. Apalagi jauh dari tanah nenek moyang. Maka siapa saja yang merasa kesepian sendiri, kenanglah jerapah ini, kalian akan merasa jauh lebih baik.

Dan kalau mau menyambangi, tolooong jangan beri dia makanan yang tak sesuai seperti gurilem chiki dan semacamnya, apalagi plastiknya.
Dia hanya memakan daun, bunga, ranting dan buah.

Tapi tentu saja aku repot-repot membahas jerapah semata gara-gara makhluk satu ini.
Benar-benar tak disangka-sangkaaa.
Mengapa tidak terpikirkan sebelumnya ya.

Makhluk ajaib dari negeri asal-usul Capoeira... Ternyata itulah sebabnya dia pakai topi cap.

Walaupun aku pun berteriak bersama-sama si marimo
"kakko waru!"

Tapi tetap saja merasa akan mendukungnya. Yappari

"kirin no nani ga okashii. washi ha kirin ga kini itteru to iutorou ga!"
"kirin ga daisuki ja!"

Dan kalau dilihat ke belakang, ternyata si jerapah sudah sejak lama nangkring di poster...

opsumpahjerapah