Senin, 23 Juli 2007

Digital Divide

Digital Divide bukanlah sekadar masalah kesenjangan antara siapa yang memperoleh akses terhadap teknologi digital dengan siapa yang tidak (bukan juga antara siapa yang meltek dengan siapa yang gaptek).
Orang-orang litbang membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk menyadari bahwa hal ini lebih merupakan kesenjangan antara siapa yang memperoleh keuntungan dari akses terhadap teknologi digital dengan siapa yang tidak.



Selama ini perusahaan-perusahaan multinasional ingin kita memikirkan kesenjangan akses, sehingga dalam usaha penutupan kesenjangan tersebut, pasar akan meluas.
Namun ketika anak-anak di kampung mengabaikan sekolah demi memainkan playstation, videogame penuh kekerasan di warnet yang diturunkan dari pasar kota, apakah berarti itu menutup digital divide? Memang itu adalah dampak bahwa teknologi selama ini dirancang untuk yang kaya, tidak memikirkan peningkatan kesejahteraan bagi yang miskin.
Jadi masalahnya bukanlah sekadar mengenai bagaimana memberikan akses, alat, sarana kepada yang miskin. Dalam beberapa hal, orang kaya pun belum tentu diuntungkan oleh teknologi digital. Akibat limpahan informasi, mereka menjadi kaya, namun menjadi semakin tidak bahagia. Sasaran dari menutup digital divide bukanlah ketidakbahagiaan orang kaya, dan bukan juga mengenai bagaimana mengangkut yang miskin dengan mobil ke Jakarta agar mereka bisa ikut rat race. Maka kita harus memikirkan,
  • apa sebenarnya keuntungan yang diberikan oleh teknologi digital kepada manusia?
  • bagaimana teknologi digital mendukung kondisi manusia?
  • bagaimana pengalaman yang diperoleh melalui teknologi menguntungkan orang?
  • bagaimana keuntungan tersebut bisa disebarluaskan ke masyarakat?
  • bagaimana teknologi digital menjadi alat transformasi masyarakat?

Maka untuk menyentuh pasar di lapisan bawah, jelas kata kunci pokoknya memberdayakan bukanlah memperdayakan. Dalam hal ini, penyebarluasan broadband sangat signifikan untuk usaha menutup Digital Divide karena broadband kini menjadi sarana dasar untuk pemberdayaan manusia di era global masa kini, dapat dikatakan sebagai hak asasi manusia abad 21.
Pemanfaatannya bukanlah dengan memperbanyak konsumsi di lapisan bawah, melainkan mengarah pada kebutuhan komunitas, contoh istri-istri nelayan di India menggunakan broadband untuk memeriksa prakiraan cuaca, yang akan disampaikan kepada suami-suami mereka agar meningkatkan produktivitas para nelayan tersebut.
Muncul ide membuat situs di Indonesia untuk masyarakat berbagi pengalaman, adat istiadat dan budaya dalam menyambut bulan Ramadhan, misalnya, meningkatkan spiritualitas bangsa dan mempererat kekeluargaan antar pengguna layanan tersebut. Sebagaimana layanan-layanan gratis lain yang telah beredar dan kini diidolakan di internet, perusahaan yang paling punya nilai, yang tidak mengambil keuntunganlah justru yang memberdayakan masyarakat, dan menghasilkan kekayaan paling banyak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Nilai tersebut muncul dari kesetiaan pengguna. Bila konsepnya bagus, dengan sendirinya investor akan berdatangan mengikuti inspirasi.

Indonesia (katanya sih) bisa dijadikan sasaran percobaan yang baik untuk model pertumbuhan urban teknologi informasi dan komunikasi, dibandingkan dengan Cina yang pemerintahnya justru menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menguasai masyarakat, atau India yang sebagai sebuah negara sudah cukup rumit dengan perbedaan budaya yang demikian besar. Dilihat dari sisi tersebut, Indonesia lebih mudah ditata, dan punya status yang baik, dalam perjalanan menjadi negara maju (ah masaaa).

Besok hari akan diinisiasi pertemuan untuk menyusun tahapan menuju penetrasi broadband di Indonesia agar mencapai 20% di 2012, melalui forum IGADD, kolaborasi antara ITB, THC dan Digital Divide Institute. Rancangan ini akan termasuk saran untuk pemerintah dan para pengambil keputusan di perusahaan nonprofit, mengundang korporasi teknologi multinasional sekaliber google, intel, nokia untuk mempertimbangkan apa yang bisa dilakukan di Indonesia, dan mengajukan formulasi mengenai implementasi tujuan tersebut... katanya sih.

Kamis, 19 Juli 2007

Senyum

Sebelumnya: Bambumuda: Titik! Koma?

Smilies pada awalnya dimaksudkan sebagai penanda "tukgling" dalam tulisan, memilah mana yang humor dan mana yang bukan. Namun seiring beragamnya perasaan orang yang terlalu rumit untuk diungkapkan, muncullah berbagai bentuk smilies lainnya.

Kemarin ini, sebuah penelitian membuktikan bahwa dalam mengungkapkan dan membaca perasaan, orang Amerika cenderung mengutamakan gerak bibir sementara orang Jepang cenderung mengutamakan gerak mata.

Bedakan antara :-) (dilihat dengan kepala miring ke kiri)

dengan (^_^) (dilihat dengan tegak)

2007-07-04: situasi emoticon dunia: artikel dalam bahasa Jepang
2007-05-10: Americans and Japanese Read Faces Differently
2007-05-13: Culture Determines Which Emoticon You Use

Ini memang perbedaan budaya, bahwa orang Jepang cenderung menahan perasaan sementara orang Amerika cenderung memamerkan rasa senang dengan menarik bibirnya, walaupun belum tentu dia benar-benar sedang tersenyum.

Menyambut 25 tahun lahirnya smileys oleh Scott E Fahlman dari CMU (walah, segenerasi senseiku dong yak), Yahoo menyelenggarakan emoticontest, lomba rancangan smiley baru di Amerika, India dan Vietnam, ditutup tanggal 31 Juli 2007... Siapa mau ikutan?



Menurut Scott sendiri dalam sebuah wawancara bulan ini, dia sendiri tidak begitu menyukai emoticon yang dianimasikan. Namun dia akan senang bila ada yang bisa menggambarkan perasaan seperti dalam lukisan "The Scream" Edward Munch. Haha, benar juga.
Saya belum tahu, apa komentar dia terhadap ragam emoticon zasetsu (putus asa) a la Densha Otoko...


orz . Or2 . On_ . OTZ . OTL . O7Z . Sto . Jto . _no . _| ̄|○

Kamis, 12 Juli 2007

Adios Cucaracha ・殺手驪歌

Aku sedang asyik mandi di pancuran kantor
ketika sadar ada terkapar kecoa seekor.
Entah dari mana dia datang,
dan entah ke mana dia harus pulang.
Dia menggeliat dan panik menggelepar
dari arus buih sabun yang kencang mengalir.
Tidak mungkin dia menerobos lubang air.
Aku pun ikut panik melihatnya,
karena tak bisa keluar
kami pun berlari-lari berputar-putar
dalam sempitnya kamar.
Sampai tak jelas siapa yang menghindar
dan siapa yang mengejar.

(berima!)

Setelah berhasil menapak tempat aman, aku memperhatikannya diam-diam. Dia menggulung antena, dan tampak mengeringkannya dengan moncong dan kaki-kakinya. Aku pun kembali membereskan mandiku sambil berhati-hati mengucurkan air tanpa memercikkan ke arahnya, dan segera kabur.

Tadi pagi aku kembali ke sana. 24 jam setelah kemarin, sang kecoa masih tergeletak di tempat yang sama. Aku menyenggolnya dengan tongkat, dan ternyata dia kembali tergesa-gesa ke sana kemari. Masih penuh semangat walaupun terseok-seok.

Tuhan, Maha Besar Engkau yang mengasihi makhluk semungil ini dengan daya hidup tinggi. Manalah berhak aku membasmi nyawanya?
Sambil menahan rasa takut dan geli, aku pun mengibaskan sapu menghalaunya keluar kamar pancuran.

Beberapa tahun lalu, entah kenapa sekitar bulan Juli juga, aku pernah bersumpah untuk tak akan pernah meracuni serangga, dan berusaha memberikan garis batas demi hidup berdampingan secara damai dengan makhluk-makhluk yang tersingkirkan itu.
Mungkin suatu saat saya masukkan kecoa (dan kutu???) ke dalam daftar makhluk yang perlu saya perjuangkan hak hidupnya: Selain kucing, kelinci, kepik, kelelawar, katak, kupu-kupu, kunang-kunang, kura-kura...

Yap, hari inilah saatnya.

Teringat sebuah sastra Buddha menggambarkan seorang penjahat diselamatkan dari neraka oleh benang sutra seekor laba-laba, satu-satunya makhluk yang pernah ditolongnya. Walaupun akhirnya benang itu putus karena diperebutkan...

Tassha de kurase, gokiburi-chan... Tsukamaranai youni.
Andai aku berjasa bagimu kali ini, balaskanlah nanti di surga...


(Seminggu terakhir aku memang sempat mencari-cari lagu ini. Mungkin karena penasaran akibat acara kemarin...
Setelah peristiwa tadi pagi, aku coba cari lagi melalui huruf kanji, siapa tahu malam ini akan berhasil melalui restu sang kecoa. Lumayanlah setidaknya dapat versi karaokenya, walaupun norak... Terima kasih kecoa, selamat jalan semoga sampai tujuan.)



殺手驪歌 順流逆流主題曲
(Adios Cucaracha - OST Time and Tide)
Wu Bai - China Blue

en chu xi gua e xim diong cui ki liao ji zun hong
en chu xi gua e xim diong ya zai gua yu wan xiong mo
jin sheng yi ji xiong go bu ji qiong
ya bu yi ding sen liong
li be li sha jin gong hui bi xiong
sheng xi be an zua can xiong

gui ki xi gui ki m su yao zai deng kyong

min dui diu wan ying yi hua gua yi bin long bo xia
min dui diu liu long e gua ji jiu xi gua e sheng hua
gan gong gua ying yuan hui dang tuan li ji cha po long
gan gong gua bo dian kyong
jia xi lan yi hou ge zai xiong hong
gua m xi li e qiu zu

gui ki xi gui ki m su yao zai deng kyong

gua e xim qing hi bang li zai ya Adios Cucaracha
lan e um mia ji yu lan zai ya Adios Cucaracha

Sabtu, 07 Juli 2007

777

tujuh, tujuh, tujuh.
nana, nana, nana.
seven, seven, seven.
sieben, sieben, sieben.
sapta, sapta, sapta.
sab'a, sab'a, sab'a.

bondmuda


herge777tintin777