Jumat, 23 November 2007

Wangi Perancis

Bos saya, yang bulan lalu tercantum dalam daftar 99 most powerful women in Indonesia menurut majalah GlobeAsia (posisinya melejit jauh di atas KD dan Agnes Monica, walaupun masih kalah dari Megawati dan beberapa menteri...) baru pulang dari Paris. Beliau mengirim pesan bahwa beliau telah meletakkan sebotol parfum di atas meja saya.

Tetangga sebelah mengintip, "Wah, hebat besar botolnya! Kalau bos saya, seumur-umur membelikan saya parfum seumprit begini, dari Belanda..." katanya sambil memperlihatkan botol seujung kelingking.
"Itu cologne 'kali, beda dong sama parfum..."
"Iya, ya..."

Besoknya Bos saya datang bertanya,
"Sudah dapat belum?"
"Oh, sudah Bu, terima kasih banyak ya."
"Bagaimana?"
"...... wangi ya."
"Lho, parfum ya jelas wangi dong!"
"...... iya... hehehe..." (sambil nyengir ngeles)

Sejujurnya saya bingung dikasih parfum, mau dipakai ke mana? Kasih ke orang lain juga gak rela, jarang-jarang begini dapat oleh-oleh keren. Bos memang cewek juga ya. Dan tentu saja layak menjadi salah satu peremupan paling berkuasa, secara beliau juga bisa-bisanya jadi bos saya. Tapi Bos terlalu gengsi sih untuk mampir ke toko buku membelikan saya komik Perancis.

Senin, 12 November 2007

Piccolo, Lucky Luke, dan Dasa Darma

Cerita minggu lalu. Adikku kirim pesan:
"Lihat berita gak? Bos besar mafia Italia, lo Piccolo ditangkap di Sisilia."
Huaaah? Piccolo yang manaaaaa???


Piccolo Daimaoh?


atau 
Piccolo Majunior?


Ternyata ayah dan anak, Salvatore dan Sandro... Wuah, Daimaoh dan Majunior sekaligus dong... (Kenapa ya aku selalu lupa bahwa Piccolo itu nama marga yang umum di Italia, aku hanya ingatnya alat musik berupa seruling imut...)

Lucunya, yang heboh dibahas di berita adalah penemuan Sepuluh Perintah Mafia.
  1. Tidak ada yang dapat menampilkan dirinya langsung ke rekannya. Harus ada orang ketiga;
  2. Tidak boleh melirik istri dari rekan;
  3. Tidak boleh terlihat bersama polisi;
  4. Jangan pergi ke pub dan klub;
  5. Wajib selalu siap sedia setiap saat demi Cosa Nostra - walaupun istrimu akan melahirkan;
  6. Janji bertemu mutlak harus dihormati;
  7. Istri harus diperlakukan dengan hormat;
  8. Ketika ditanyai keterangan, jawabannya haruslah kebenaran;
  9. Uang tidak boleh diambil kalau itu milik rekan lain atau keluarga lain;
  10. Orang yang tidak bisa menjadi bagian Cosa Nostra adalah: siapa saja yang punya keluarga dekat di dalam kepolisian, siapa saja yang punya pertalian darah dua kali di dalam mafia, siapa saja yang bertindak buruk dan tidak memegang nilai kesusilaan.

Bandingkan dengan Sepuluh Perintah Koboi, yang kabarnya adalah:
  1. Koboi tidak boleh menembak duluan, memukul orang yang lebih kecil, atau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan;
  2. Koboi tidak boleh menjilat ludah sendiri atau melanggar amanah;
  3. Koboi harus selalu berkata benar;
  4. Koboi harus ramah pada anak-anak, lanjut usia, dan binatang kecil;
  5. Koboi tidak boleh membela/memiliki pandangan/pemikiran intoleran terhadap ras/agama;
  6. Koboi harus menolong orang kesusahan;
  7. Koboi harus menjadi pekerja yang rajin;
  8. Koboi harus menyucikan pikiran, perkataan, perbuatan, dan tingkah lakunya;
  9. Koboi harus menghormati pandangan perempuan, orang tua, dan bangsanya;
  10. Koboi adalah patriot.


Dan kebetulan bertepatan juga dengan berita bahwa Lucky Luke, idolaku yang seorang lagi, akan kembali beraksi di bulan depan dalam film terbarunya 2D! Wahaha, 2D marak kembali.
(Kenapa Lucky Luke pantas dikagumi? Karena ganteng, sayang sama kudanya, jago tembak tapi tidak melukai orang, dan sejak 1983 sudah kampanye berhenti merokok dengan memilih mengulum rumput. Walaupun tidak jelas dia itu G apa bukan.)

Lucunya, Lucky Luke itu adalah nama sandi (?) dari Salvatore Lucania, bos mafia Amerika yang kisah hidupnya menjadi salah satu model Vito Corleone dalam film The Godfather... Hahaha, jaka sembung disambung-sambung...

Yang jelas dengan adanya mafia dan koboi, dengan sepuluh perintah mereka masing-masing, seharusnya dunia ini sudah aman tenteram kerta raharja!


Bandingkan dengan Sepuluh Perintah Tuhan:
  1. Tiada Tuhan selain [Allah];
  2. Jangan membuat idola (berhala);
  3. Jangan menyalahgunakan nama Tuhan;
  4. Ingatlah dan sucikanlah hari ketujuh;
  5. Muliakan Ayah Ibu;
  6. Jangan membunuh;
  7. Jangan berzina;
  8. Jangan mencuri;
  9. Jangan bersaksi dusta melawan tetangga;
  10. Jangan menginginkan milik orang lain.

Bandingkan dengan Dasa Darma Pramuka:
  1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia;
  3. Patriot yang sopan dan kesatria;
  4. Patuh dan suka bermusyawarah;
  5. Rela menolong dan tabah;
  6. Rajin, terampil, dan gembira;
  7. Hemat, cermat, dan bersahaja;
  8. Disiplin, berani, dan setia;
  9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya;
  10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
(Kenapa semua dipaksakan jadi hanya sepuluh? --- Biar muat di jari tangan.)

Sabtu, 10 November 2007

Malaysia, dalam Kartun

Di tengah maraknya perbincangan dan pertengkaran mengenai hubungan dengan negeri seberang (yang kemudian disikapi orang dengan berbagai macam kartun di media massa...) Saya jadi teringat untuk mengangkat topik ini (pola judulnya sudah terlalu sering saya gunakan, seperti Burqini™ dalam Komik, mBahJak dalam Kotak, Muhammad dalam Manga, tapi apa boleh buat, memang ini tema utama blog saya lah yaw)...

Saya sendiri tidak terlalu paham benar mengenai batas-batas kenegaraan yang harus memisahkan kita. Menurut bos saya yang purnawirawan AL, pengkhianatan Malaysia terhadap semangat kemerdekaan itu sangat melukai hati rakyat Indonesia. Beliau mengungkapkan kekesalannya ketika di tahun 1967 dulu harus menghormati kapal Malaysia setelah konflik ditutup demi fokus pada insiden G30S. Tapi jelas di tahun itu saya belum lahir.

Tidak banyak saya berinteraksi dengan orang Malaysia, bertetangga di asrama pun jarang berjumpa. Dan selama berada di negeri jauh, kebersamaan selalu lebih penting daripada perbedaan. Bisa jadi rasa kebangsaan saya tidak terasah lebih kuat daripada rasa kebersamaan Asia Tenggara. Namun boleh jadi panasnya hubungan ini hanya dimanfaatkan sebagai agenda politik oknum-oknum tertentu kedua negara...

Yang jelas, setidaknya ada seorang yang sangat saya kagumi (tentu BUKAN yang ada di gambar di atas ini lah). Yang saya maksud adalah LAT alias Mat alias Mohammad Noor Khalid, kartunis.



Jauh sebelum penetrasi manga alias komik Jepang ke dalam kehidupan saya, karya beliau menjadi bacaan seluruh anggota keluarga. Saya menikmatinya bersama ibu-ayah, paman-bibi, dan kakek-nenek. Mulai dari Keluarga si Mamat, Budak Kampung, Budak Kota, Kampung Boy Yesterday and Today, Mat Som, serta puluhan judul kumpulan karikatur beliau di media massa... Kami sekeluarga ternyata juga berbagi beberapa pengalaman, nilai kehidupan, dan selera humor yang diceritakan di sana. Apalagi beliau seangkatan ibu saya.


Bisa dibilang, belum ada karya Indonesia yang mampu menandingi karya Malaysia satu ini. Diterjemahkan ke 34 bahasa, termasuk Jepang! Dan Amerika pun kini meluncurkan dua buku unggulan beliau dengan laris manis, rekomendasi dari Matt Groening pencipta The Simpsons (baru tahun lalu sih, terlambat 30an tahun, padahal Lat sendiri sudah beberapa kali mengunjungi Amerika).

Bukan berarti komik Indonesia kalah secara mutu. Karya-karya Dwi Koen, Ganes TH, Taguan Hardjo dkk, jelas membuktikan keahlian komikus Indonesia. Namun di saat jaya-jayanya komik Indonesia dengan beraneka ragam kisah fantasi yang melayang ke awan, Lat bertahan mengakar di bumi, dan menampilkan kenyataan Malaysia apa adanya, dengan berbagai perbenturan budaya antargolongan dalam goresan khas beliau tanpa perlu menyakiti pihak tertentu.

Dengannya beliau berhasil mengangkat apa yang dianggap orang 'norak' atau 'kampungan' menjadi "seronok" dan "eksotis". Hasilnya, siapa pula yang bakal menyadari dan mengakui bahwa percobaan pembuatan teh tarik di angkasa merupakan salah satu teknik eksperimen mutakhir mengenai gaya gravitasi, kalau bukan orang Malaysia?

Beliau juga menjadi pejuang lingkungan dengan caranya sendiri, dan pulang ke kampung halaman di Ipoh, meninggalkan carut-marut metropolitan Kuala Lumpur. Memang enak jadi penggambar, bisa berkarya di mana saja selama ada tinta, kertas, secangkir kopi dan pasokan informasi.
Namun sebagai duta budaya bangsa Malaysia ke dunia, kegiatan beliau cukup padat: Bulan Oktober kemarin ke Amerika berbicara di International Comic Arts Forum. Kalau di masa debutnya sering dibayar tiket bioskop, kini istilah beliau menggambar untuk memperoleh tiket pesawat (sebuah pesawat Air Asia juga meriah dihiasi lukisan beliau).

Selain itu, yang patut dirayakan adalah penghargaan Malaysia terhadap karya putra bangsanya. Ada pesawat lokal yang dihias meriah dengan komiknya. Melalui komik tersebut Lat juga memperoleh gelar Datuk (gak penting sih) dan beberapa bulan yang lalu juga memperoleh gelar Doktor honoris causa dari UKM.

Waktu saya pertama kali buat situs pribadi di geocities dulu, saya membuat taut ke rumah maya beliau di http://www.lathouse.com/my. Sayangnya sekarang tampaknya sedang ditutup... Semoga suatu saat aktif kembali.

P.S. Untuk komik-komik Malaysia lainnya bisa diperiksa di http://ra-cd.blogspot.com/