Sabtu, 17 Oktober 2009

Lapau Minangkabau

Titipan Ibunda, saya tampilkan di mari...

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Seni kuliner adalah warisan Minang, seperti batik warisan Jawa. Bagi pemuda Minangkabau yang terkena wajib merantau demi mencari kemuliaan melalui ilmu dan harta, kecanggihan budaya boga daerahnya menyebabkan tak betah dengan selera setempat. Rindu kampung terpuaskan dengan memasak sendiri resep ibunda, mencoba bersama, sampai buka warung untuk kepentingan perantau dalam jumlah yang kian meningkat. Ternyata, citarasa masakan Minang itu begitu istimewa, langsung disuka di seluruh pelosok rantau Nusantara. Akhirnya membuka "lapau" atau bekerja dari lapau ke lapau sambil "menari piring" menjadi cara mudah untuk alasan dan andalan memulai perantauan.

Unggulnya kuliner Minangkabau, mungkin karena lebih dulu mengisi rapat pojok-pojok, tempat setiap orang pasti kelaparan, dengan niat egaliter menolong selera sesama perantau malang. Harga bisa jadi murah, karena makan enak bisa dengan kuah-kuah. Tak pandang kelas sosial, nan paralu pitih dari omzet berlipat ganda. Baik Nasi Padang dengan hidangan khas pesisir maupun Nasi Kapau dengan keahlian pengawetan daging dan jeroan, Lapau Minangkabau adalah garda depan kuliner Nusantara, dinikmati oleh berbagai kalangan dari elit hingga jelata.

Orkes Gumarang yang berhasil mengantar lagu Minang era '60-an ke Jakarta, berjasa besar menaikkan pamor restoran Padang di ibukota, Kramat dan Puncak, lalu berkumandang ke seluruh Nusantara. Para sopir taksi atau bus yang memutar kaset lagu Minang, pembawa konsumen potensial, selalu dapat jatah makan gratis. Yang sudah akrab jo induak samang lapau, tak lupa diberi oleh-oleh "samba induak bako" dan "bubua kampiun", keduanya sebenarnya sisa-sisa makanan hari kemarin. "Samba induak bako" adalah sisa-sisa serba sedikit dari lauk pauk dan sayur berkuah yang dikeringkan jadi "rendang campur" beraroma khas nan lamaknyo sensasional dimakan jo nasi angek-angek. "Bubur kampiun" adalah aneka bubur, aneka kolak, ketan dan sarikaya yang tak laku, tinggal sedikit, disajikan dalam kombinasi kreatif. Betapa ramah dan murah meriah promosi pengambil hati. Arti "kampiun" adalah juara, champion. Bubur untuk para "juara" silek harimau, atau maksudnya bubur yang juara nomor satu enaknya (nak capek laku habih sampai ka dadak-dadaknyo, sampai ka karak-karaknyo).

Yang bukan Minang, akan terbuai lagu-lagu di bus-bus dan taksi-taksi itu, terdorong masuk ke restoran. Atau yang lidahnya sudah pacak dengan pedas dan harumnya komposisi bumbu, akan makin larut dalam lagu-lagu sendu atau lucu. Bukan kebetulan kalau selain lagu kerinduan perantau, sang pengelola restoran (Kampuang nan Jauah di Mato, Teluk Bayur Permai, Marapi- Singgalang, Laruik Sanjo ...mabuak untuang jo parasaian, patang disangko pagi hari) juga berkumandang lagu-lagu berjudul makanan atau menyindir masalah "lambuang":

Urang gaek mancilok lamang, luko bibianyo dek sambilu...
(Si Nandi-nandi)

Lompong sagu bagulo lawang, sadang katuju diambiak urang...
(Lompong Sagu)

Bareh baru makan jo pangek, indak tampak mintuo lalu...
(Bareh Solok)

Bia tarumuak badan di rantau, rinuak di kampuang takana juo...
(Palai Rinuak)

Kawin saya sama orang Jawa, tahu ka tahu... tempe ka tempe...
(Oslan Husen taragak patai jo jariang)
Oooii lamaaaang..... lamaaaang tapaaai.


Apalagi ya, lagu-lagu lambuang yang jenaka? Apa nama restoran-restoran awal di Kramat dan Puncak? Apa sebab dan sejak kapan sistem "franchise" melanda Simpang Raya, Sederhana, Salero Bagindo, Ampera yang jadi mahal dan eksklusif, yang sifatnya sudah sampiliiik, baretong bana?

Untuak sataguak aia putiah palanca rangkungan sajo, awak musti mambali nan 'kemasan'. Ado 'kemasan' boto, ado 'kemasan' galeh, kaduonyo dari plastik janiah. Dan itu alah jaleh ado haragonyo... masuak ka dalam rekening. Dari rekening 'ko, awak kanai pajak pulo 10%. Yo, sansai badan den. Dunsanak nan ambo baok makan, agak tacangang dek pajak 10%. Jadi sabalun mamasan, harus diputa di kapalo, bara harago nan tacetak di daftar menu dan bara jatuahnyo nan ka di bayia di meja kasir. Kasadonyo kini 'ko... pitih... pitih... pitih. Ba'a ka ba'a lah... caronyo.


Beryl C. Syamwil
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++


gulai-gulai

Senin, 05 Oktober 2009

Kompas, Balon, dan Rossiya Matushka

Entah kenapa, déjà vu berturut-turut dengan kompas dan balon. Selalu muncul dalam apa yang aku baca, aku tonton, dan aku mainkan dalam beberapa hari terakhir. Heh, sedang ngetrend kah kompas dan balon sebagai elemen dalam komik, film dan game minggu ini?


Little Mosque on the Prairie musim 4
28 September = Hadiah pernikahan anonim kompas plastik murahan;
5 Oktober = Balon-balon dalam acara kerja sama masjid-gereja...

hiro

Heroes musim 4
21 September = kompas rusak, tatoo kompas, dan balon karnaval.

yotu1yotu2

Yotsuba&! babak 61
31 Agustus - 29 September = kegiatan menghadiri festival balon udara
yotu3yotu4



Farmville up, up and away
19 September 2009 = balon udara warna pelangi
farmvillelitefb


Facebook lite yang dipakai di kantor
pertengahan September = berlogo balon udara biru muda...


pixarup

Up animasi 3D pixar
yang dipasang si Danu berulang-ulang di DVD...

captjack


Pirates of the Caribbean yang tertonton di televisi pada sekitar libur lebaran, dengan kompas ajaib Kapten Jack...

Lalu karena sebulan ini sering mampir berbuka di Indische Tafel, restoran tetangga bergaya kuno yang baru buka, terkenang komik Jo Zette & Jocko seri penerbangan stratosfer, si Jocko tersangkut di penunjuk arah angin berbentuk ayam, karena terbawa balon pengukur cuaca...

Bahkan beus antarkota memutar karaoke Iwan Fals, berlatar belakang cuplikan bajakan video National Geographic meliput Greenland dari balon udara! dst...

Selain itu, tentu saja yang ini merupakan pilihan, pikiran juga sedang disesaki oleh Rusia. Sebenarnya sekitar dua tahun yang lalu sempat juga terkena "Russia Rush" ini, ketika tiba-tiba kangen mendengar musik/lagu seperti Ochi Chornie dan Hymn to Red October... Tapi rasanya belum separah sekarang.

Sejak wara-wiri Mafia Wars: Moscow, ingatan melayang ke manga Eroica yori Ai wo Komete yang kental dengan suasana Rusia masa perang dingin sampai postglasnost & perestroika: Major Klaus Heinz von dem Eberbach vs. Mikhail Potapych Toptygin, berhadap-hadapan di lapangan merah...

Apalagi kebetulan juga baru sempat membaca Superman: Red Son dan baru mulai mengumpulkan scanlation Yotsuba&! berbahasa Rusia...

Mari kita hubung-hubungkan kembali dengan kompas dan balon. Tentu ini pertanda, saya harus segera mengarahkan diri mengapung melayang-layang ke Rusia?! p(^o^)q







redson

Superman: Red Son


Karya apik Mark Millar (pencipta tokoh yg bisa mengeras sekeras s@mb@lit dan mencair seencer m@ncr@t itu lhooo... pengarang "Wanted" yang akhirnya difilmkan dengan alur berbeda oleh seorang sutradara Rusia...)
Kisah ini mengandaikan apa yang terjadi ketika ada selisih waktu, sehinga pesawat yang membawa bayi Kal El ke bumi jatuh di pedalaman Rusia:

Lambang yang diusung sang manusia super di dadanya pun menjadi bentuk Palu dan Arit. Wonder Woman adalah mitra kerjanya yang memperjuangkan feminisme ke seluruh penjuru dunia. Lois Lane menjadi istri setia Lex Luthor, sedangkan Batman muncul sebagai anarki berjubah hitam yang memilih mati demi membela kekacauan daripada hidup bosan dalam keteraturan otoriter di bawah perintah sang Putra Merah.

Lucu juga.