Dulu, pendidikan kedokteran modern di Indonesia diterapkan hanya sekadar untuk meluluskan tenaga Mantri Cacar yang dibutuhkan Belanda mengatasi wabah penyakit di daerah terpencil. Namun begitu memperoleh sedikit pencerahan, para ilmuwan Indonesia ini tentulah menuntut kesempatan menggapai cahaya yang lebih luas dan merata.
Sebagai golongan yang paling terdahulu bersentuhan dengan modernisasi, mereka pun berjuang meningkatkan kesejahteraan rakyat bukan hanya di bidang kesehatan, melainkan juga melalui jalur pendidikan dan politik.
Sedemikian mulianya tugas berat ini. Jangan sampai peristiwa seperti kasus Prita terulang lagi. Untuk menggalang kesadaran di kalangan masyarakat maupun profesi, tentulah sejarah dan sepak terjang kedokteran perlu mendapat sorotan khusus...
Seorang rekan dokter (Panji) kemarin mengusulkan sinetron tentang "dokter perempuan tanpa make up di puskesmas daerah terpencil dengan pasien tak beralas kaki, jangan dokter spesialis ganteng dan kaya yang pasiennya cantik pakai BMW."
Uh, rasanya sudah pernah ada sinetron TVRI di masa keemasannya tentang itu. Dokter Sartika, diperankan oleh Dewi Yul. Tapi saat itu Dokter Sartika masih hidup di dalam suasana ideal: menjalankan tugas dengan mulus, obat selalu tersedia, sarana dan prasarana puskesmas cukup memadai. Kisahnya juga mungkin lebih ke soal cinta, belum jauh merinci hambatan/tantangan yang dihadapi di tempat terpencil, bagaimana mengatasinya dengan jiwa petualang yang tahan banting, dst.
Untuk membuat komik/sinetron kedokteran Indonesia yang menarik, patutlah meneladani resep manga/drama medis Jepang yang sukses.
Salah satu yang naik daun, J I N. Diangkat dari 20 jilid manga karya Murakami Motoka (2001-2010) hanya dengan sedikit koreksi alur cerita, drama ini tayang seri pertama di musim gugur 2009 dan pada musim semi ini berlanjut ke seri kedua. Bisa dibilang gabungan antara drama sejarah (a la Indiana Jones), misteri sedikit horor, fiksi ilmiah, kedokteran, chanbara (film samurai), dan... dibumbui taktik penyelesaian masalah a la MacGyver!
Seorang dokter bedah otak yang sedang kehilangan kepercayaan diri, menemukan sebuah tumor misterius berbentuk janin di dalam kepala seorang pasien gawat darurat, membuatnya menyelinap melalui waktu mendarat di zaman Edo, (20 Mei) 1862-1868!!!
Walaupun masih merasa aneh dengan lingkungan sekeliling, ia segera mengikuti nalurinya untuk menyelesaikan berbagai masalah medis penyakit, cedera dan wabah yang muncul di hadapannya dengan memanfaatkan segenap pengetahuan medis modern yang ia miliki dan menyesuaikan diri dengan keterbatasan peralatan. Dan kita pun dikejutkan dengan adegan-adegan penanganan medis yang ajaib, yang membuat kita penasaran akan kebenaran ilmiahnya (antara lain membuka batok kepala layaknya membuka batok kelapa...)
Tidak ketinggalan ia tekun berinovasi melakukan rekayasa alat infus dengan teknologi yang ada saat itu, maupun produksi penicillin sekian puluh tahun mendahului penemuan antibiotika tersebut di dalam sejarah kedokteran Eropa!
(Walaupun saya sendiri jadi bertanya-tanya, bukankah di satu sisi antibiotika justru menimbulkan berbagai masalah kesehatan? Seandainya antibiotika tak pernah ditemukan, misalnya langsung mengembangkan probiotika atau meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara lain, apakah kedokteran saat ini bisa mengatasi masalah yang dihadapi di masa itu?)
Ketulusan hati dan kesungguhannya segera membuat warga kota Edo terutama kalangan dokter di sana memandangnya dengan rasa takjub dan hormat, dan ia pun mulai nyaman hidup di zaman itu.
Perkenalan dan persahabatannya dengan Sakamoto Ryoma, seorang tokoh revolusi Meiji, membuatnya semakin mempertanyakan, apa tujuan nasib mendamparkannya di masa ini, apakah pisau bedahnya mampu mengukir sejarah baru? Apa dampak terhadap hidupnya sendiri? Terhadap masa depan pelayanan kesehatan Jepang?
(Tentu saja, pertanyaan itu sebenarnya hanya penyederhanaan dari sebuah pertanyaan paling mendasar dalam sejarah umat manusia... Untuk apa kita menjalani hidup dan memutuskan berbagai pilihan, seandainya garis takdir ternyata sudah ditentukan sampai terperinci di langit ketujuh?)
Kisah cinta juga digarap dengan serius, walaupun hanya bumbu dari ketegangan kasus medis dan sejarah yang melingkupinya, namun menjadi bagian tak terpisahkan dari alur cerita pencarian jati diri...
(Seolah menyadarkan kita kembali, dokter yang tulus tidak akan hanya "bermain-main dengan pasien wanitanya sebagai pengisi waktu dan melakukan aborsi sebagai usaha mencari nafkah yang mudah" -pendapat Ikatan Dokter Eropa terhadap dokter akademis Indonesia zaman kolonial...)
Cinta segitiga platonik yang terjegal rentang waktu, antara sang dokter dengan sang tunangan di masa depan yang mati suri akibat kegagalannya mengoperasi, dan dengan sang asisten, seorang putri samurai yang setia membantu sambil belajar di sampingnya. Uuu mengharukan!
Drama ini cukup indah dari segi artistik, sorotan yang menawan, musik yang sendu, cerita yang memukau... Para pemeran benar-benar tampil handal dan "alat peraga" operasi yang tampak sangat nyata berdarah-darah dan membuat kita turut merasakan ngilu-ngilu menontonnya.
Dokter Jin dalam manga sebenarnya brewokan, namun pemilihan Osawa Takao yang sudah cukup lihai memerankan tokoh semacam ini (lihat "Hoshi no Kinka" di bawah ;p), saya rasa adalah keputusan yang sangat tepat.
Kesimpulan dalam drama ini, "Tuhan hanya memberikan kepada manusia cobaan yang dapat diatasinya..." (#eh: jadi kalau tidak dapat diatasi, artinya bukan cobaan lagi, tapi azab kan ya heheheh.)
Di Jepang kisah medis sangat dinikmati dan menjadi genre standar budaya manga, kabarnya kurang lebih ada 173 judul manga yang menyoroti dokter dan pekerja medis lainnya, isu-isu malpraktik, dll. Alur cerita cukup nyata karena diproses melalui studi pustaka dan lapangan yang cermat, penggambaran terperinci dan hasilnya diperiksa oleh dokter asli. 10 persen telah diangkat sebagai drama, film dan animasi.
Orang pun berempati dan merasa dekat dengan dokter, tidak lagi memandang mereka sebagai ahli pekerjaan yang suci. Diharapkan juga kepopuleran karya semacam ini berpengaruh terhadap pilihan karir anak muda dan membantu mengisi kekurangan tenaga kedokteran. Karena mengagumi tokoh tertentu bisa mencetuskan ketertarikan terhadap profesi medis...
Seandainya bisa mengolah sejarah kedokteran Indonesia dijalin dengan pergerakan kebangsaan sumpah pemuda dan proklamasi kemerdekaan, dengan alur cerita semacam tetralogi Bumi Manusia (si Raden Mas Minke sempat sekolah di STOVIA juga kan?) melalui resep "an-donat"nya Jin (yang manjur menyembuhkan beriberi, wabah penyakit di Indonesia yang sempat mengantarkan Eijkman meraih Nobel) ini, hmmm... Alangkah...***
Beberapa manga/drama kedokteran lain yang patut disebutkan:
Black Jack (Manga 1973-83, Anime 2004-06)
Karya fiksi ilmiah dewa manga Jepang, Tezuka Osamu, mencerminkan latar belakang pendidikan tingginya di bidang Kedokteran Universitas Osaka, dan impiannya untuk menjadi seorang dokter tanpa surat izin yang bebas menyembuhkan gratis dan menolong orang lain tanpa terikat pakem peraturan modern. Persaingannya dengan seorang dokter euthanasia menyampaikan bahasan menarik tentang pilihan hidup atau mati.Black Jack ni Yoroshiku (Manga 2002-..., Drama 2003)
Saitou adalah seorang dokter muda yang baru lulus. Memulai karirnya sebagai seorang dokter ia menemukan ada lebih banyak hal di balik profesi ini daripada apa yang dikira orang. Sebuah drama yang menegangkan tentang sisi gelap dari dunia medis.Iryu- Team Medical Dragon (Manga 2002-2011, Drama 2006, 07, 10)
Kisah ini menyelami kerja keras dokter bedah jenius, Asada Ryutaro, yang dianggap sebagai pembelot karena metodenya yang tidak biasa, dan perjuangannya merevolusi cacat cela pada sistem rumah sakit Jepang yang korup dan tidak efisien, tidak dirancang untuk benar-benar merawat pasien.Code Blue (Drama 2008, 09, 10)
Sistem Dokter Helikopter telah diresmikan di Jepang bulan Juni 2007. Satu tim medis dikirim ke pasien dengan helikopter untuk memberikan perawatan di lapangan secepat mungkin. Empat dokter muda ditugaskan di sini dan mengalami situasi traumatis, menyaksikan kerapuhan hidup, dan tumbuh sebagai pribadi dan profesional.Nurse no Oshigoto (Drama 1996, 97, 2000, 02)
Sebuah drama komedi tentang hubungan perawat ceroboh Asakura Izumi dengan senior pengawas dan rekan kerjanya. Kegagalan demi kegagalan dia alami, namun keceriaannya memberikan dorongan semangat hidup bagi para pasien (perwatakannya semacam Candy-candy lah kali ya.) Lambat laun Izumi semakin terbiasa dengan profesinya dan memperoleh kepercayaan diri.Dr. Koto Shinryojo (Manga 2000-..., Drama 2003, 06)
Dokter bedah muda terkemuka meninggalkan rumah sakit bergengsi di Tokyo dan pindah ke klinik di pulau terpencil di selatan Jepang. Para penduduk desa punya pengalaman buruk dengan dokter-dokter sebelumnya sehingga tidak menyambutnya dengan baik. Namun dengan sikap tulus dan bertanggung jawab dia dapat menjalin hubungan baik dengan satu per satu pasiennya.Hoshi no Kinka -Die Sterntaler- (Drama 1995, 96)
Di sini Osawa Takao muda juga berperan sebagai dokter bedah otak yang kehilangan ingatan ketika pulang ke Tokyo dari tempat kerjanya di desa terpencil. Tunangannya, seorang perawat tunarungu mencarinya dan malah berkenalan dengan adiknya (Takenouchi Yutaka), seorang dokter juga yang selama ini merasa tersaingi oleh sang abang. Intrik perebutan kepemimpinan rumah sakit dibalut pengkhianatan dan perselingkuhan mewarnai sinetron cengeng ini.Shiroi Kyotō (Novel 1965, Film 1966, Drama 1978 & 2003)
Perbandingan kontras antara kehidupan dua dokter mantan teman sekelas yang kini bersaing sebagai asisten profesor di Rumah Sakit Universitas Naniwa Osaka. Dokter bedah brilian Zaizen Goro berambisi meraih jabatan kemahsyuran dan kewenangan, sementara Satomi Shuji yang ramah dan rendah hati menyibukkan diri dengan para pasien dan risetnya.Monster (Manga 1994-2001, Anime 2004-05)
Kisah thriller seorang dokter bedah otak Jepang jenius yang meniti karir menjanjikan di Jerman. Ketika ia memilih untuk menyelamatkan nyawa seorang pemuda daripada sang walikota, ia kehilangan segalanya: reputasi, karir, tunangan, kehidupan normal, malah menjadi buronan tertuduh pelaku serangkaian pembunuhan misterius. Untuk menebus kebimbangan akan apakah keputusannya saat itu benar atau salah, ia mengikuti jejak sang pasien dan menyingkap rahasia konspirasi besar di balik runtuhnya tembok Berlin, sambil menemukan betapa diskriminasi SARA masih tegak di antara batas-batas kenegaraan di seluruh dunia.dst... Saya belum memperbandingkan dengan komik maupun serial televisi Amerika karena jam terbang menonton masih kurang. Tapi saya rasa setidaknya ini saja sudah cukup menjadi referensi yang bagus untuk *dijiplak* sebaik-baiknya...
Bagi peminat menonton JIN bisa unduh (musim 1 - 11 episode) dan (musim 2 - 11 episode).
NB. Tulisan ini disusun sekalian mengenang Alm. Dr. Saiful Anwar (1905-1976), Alm. Prof. MW Haznam (1924-2008), dan seluruh warga sekampung yang berdedikasi terhadap profesi kedokteran.