Selasa, 31 Mei 2022

Baca Komik Terus

Kegiatan (((detoks webtoon))) dengan baca komik lagi masih dilanjutkan selama persediaan masih terjamin.

Ronde Kelima

Menjelang lebaran dimeriahkan oleh sepasang komik bertema superhero.
Pelintiran alurnya adalah bahwa di dunia dalam kedua buku ini, superhero itu dianggap hanya khayalan dalam komik, sementara tokoh-tokoh kita ketiban pulung dapat nama yang sama atau mirip-mirip.
Kemudian, ternyata mereka juga mengalami peristiwa-peristiwa hidup yang bisa dicocok-cocokkan dengan cerita dalam komik itu ... Sampai diam-diam memperoleh kekuatan super yang harus dipertanggungjawabkan 💪🏼💪🏾

Cerita Superman semanis permen, dimulai dari tokoh yang muak disama-samakan dengan Clark Kent versi komik, tapi lalu betulan jadi super kuat bisa terbang, kemudian bertemu Lois versi India dan sibuk berkeluarga 🦸🏽‍♂️🍬

Cerita Batman gelap suram, dimulai dari tokoh yang semasa kecil terobsesi komik Batman, lalu mengalami musibah yang mirip sejarah asal-usul Batman. Sampai dia mengendalikan kekuatan alam berwujud manusia kelelawar untuk membasmi korupsi di kotanya, namun terjebak untuk membuat skenario kriminalnya sendiri demi menjaring para tersangka pelaku 🦹🏽‍♂️🦇
(FB IG)

Ronde Keenam

Menyusul pahlawan super di ronde 5, kali ini penjahat-penjahat super menyerbu dunia nyata sehingga hanya penggemar komik sajalah yang mampu menyelamatkannya 🧟‍♂️👨🏽‍🚀

Karya dari pencipta [tokoh jahat yang bisa membeku sekeras s@mb@lit mencair seencer m@ncr@t] dan [superman komunis] eta tea 💩🛠️

Sepertinya nostalgia terhadap satu seri khusus di komik Marvel tapi mana saya kenal tokoh-tokoh maupun ceritanya, secara tahun 1985 komik bacaan saya hanya seputar Tintin, Asterix, dan komik injil terjemahan H. Oppusunggu 🦘📝

(Oh ya, bukkankah tahun 1985 itu saatnya saya dan adik saya ikut menongkrong, makan bareng, kadang juga menginap di rumah berbagai tokoh masyarakat yang nantinya pascareformasi menjadi presiden, ketua MPR, menteri-menteri, ataupun petinggi lainnya ... lalu menjelang akhir tahun mendapatkan sorotan di panggung kecanggungan yang mengakibatkan kami diliput oleh sedikitnya lima media massa nasional).

Catatan: Di sini tokoh ceweknya antikomik semua: emak si tokoh utama, suster dari teman bapaknya ... Apakah pada 1985 komik Amrik masih cuma jadi boys toys?

Tamatnya jadi kepikiran, kalau bisa ketemu betulan sama kecengan dalam komik, siapa pilihan saya? Kok asa gak ada tokoh komik Amrik ya. Dulu tersepona sama komik Yoropah Lucky Luke kayak ganteng tapi sebagai taksirabel material ya enggak lah, dia perokok sibuk sama kuda. Di manga, Piccolo bukan manusia dan berkembang biak secara vegetatif. Sekarang tokoh di film-film DC/Marvel kayak keren-keren tapi waktu lihat di komik belum segitunya
(FB IG)

Ronde Ketujuh

Kebagian dua jilid buku hijau yang ilustrasinya indah-indah ... tapi ternyataaa ceritanya sangat amat gore! 🌿👹


Satu tentang peri-peri mungil lucu yang terhempas ke alam luar ketika inangnya mati terkapar. Mereka harus berusaha menyintas bertahan hidup dengan berdarah-darah 🐞☠️
Tokohnya seorang gadis lugu yang sigap dan berjiwa kepemimpinan harus menghadapi keegoisan dan pengkhianatan dari teman-teman maupun kekasihnya sendiri 🧚🏽‍♀️🧚🏻‍♂️

Satu lagi terilhami oleh foto jurnalistik dari suatu peristiwa nyata.
Tokohnya seorang ahli dinamit. Demi cari nafkah buat bayinya yang akan lahir, ia menempuh tugas rahasia negara meledakkan gunung untuk ekstraksi bahan tambang di daerah konflik Asia Tenggara ⛰️💣
Rasa kemanusiaannya teruji begitu harus menghadapi pasukan gerilya anak kecil perokok yang bekerja sama dengan kekuatan mistis Naga pelindung 🧒🏽🐉

Sungguh gore!!!
Jauh lebih bikin mual ngilu daripada penjahat berwajah tahi, bahkan daripada semua ke-gore-an komik superhero digabungkan.

Sempat kagum oh wawww ternyata komik Amrik sudah berevolusi sampai bisa sekeren inih! Eh begitu dibolak-balik ternyata keduanya adalah terjemahan komik Yoropah 🗼
(FB IG)
#bacakomik #dirumahaja #danboard #danbogram #danbography

Senin, 30 Mei 2022

Ayah dan Syafii Maarif

Entah ada angin apa, Pak Hamid Basyaib menyelipkan kenangan tentang ayah saya dalam obituari Syafii Maarif di Facebook kemarin, Senyum Mujahid Syafii Maarif. Ayahnya Fira dan Ary juga disebut. 

Barangkali ada yang mencoleknya untuk ikut memenuhi permintaan saya dalam pengumuman tahun lalu


"Di ruang tamu rumah Kiai Hamam Dja’far di Pabelan, kadang ada Mas Dawam Rahardjo, Arief Budiman, Aldy Anwar, Armahedi Mahzar. Dua yang terakhir adalah tokoh-tokoh ITB, yang punya persambungan dengan Pabelan karena dihubungkan dengan para aktifis Yayasan Mandiri, sekumpulan aktifis mahasiswa ITB, antara lain Sugeng dan Mochtar Abbas, orang Aceh yang kemudian jadi lurah Pabelan berkat dukungan Kiai Hamam.
Aldy Anwar adalah kerabat Haji Agus Salim yang terkenal pintar sebagai mahasiswa Fisika, tapi tidak menyelesaikan studinya, namun menekuni peluang mengembangkan helio energy (sumber matahari) sebagai bagian penting dari ambisi besarnya untuk melahirkan masyarakat yang "hemat energi, kaya nilai"."

Selasa, 10 Mei 2022

Antigratifikasi

Saat saya berusia 6 tahun kalau tidak salah, adik saya masih balita, keluarga kami berhalalbihalal ke rumah seorang arsitek adiknya Tuo (nenek saya), yakni paman dari ayah saya, di Kebayoran Baru, Jakarta.

Sepertinya saat itu abang sepupu satu-satunya tinggal di Balikpapan, sedangkan sepupu dua kali kami kebanyakan lebih tua beberapa tahun, tiap kumpul keluarga mereka selalu melipir ke ruang kerja di depan, entah membahas hiburan musik atau gim yang saya belum paham. Yang seumur saya hanya ada dua-tiga orang, masih culun-culun menempel pada orang tua masing-masing.

Ayah saya entah menyelinap ke mana mengobrol dengan saudara siapa, saya duduk manis saja termangu bersama adik saya di sofa depan televisi yang dimatikan, di tengah lalu-lalang kerabat yang bersilaturahmi.

Seorang bapak entah oom-oom atau aki-aki yang sepertinya lebih tua daripada ayah saya tapi lebih muda daripada Tuo, cengar-cengir menyapa kami, menanyakan umur dan basa-basi lainnya, lalu mengulurkan dua gepok berisi berlembar-lembar sepuluh ribuan rupiah masing-masing untuk saya dan adik saya.

Saya dan adik saya bertatapan, saling mengangguk, lalu saya mengambil gepokan yang dipegang adik saya dan menyodorkan semuanya kembali ke hadapan bapak tersebut di dudukan sofa lalu menyatakan,

"Maaf, kami tidak dapat menerima uang dari ORANG ASING ..."

Sang bapak terkejut, wajahnya sekejap pucat pasi lalu berubah merah padam, tapi karena tidak tega menghadapi anak kicik beralih mengadu kepada nenek saya, "apa-apaan ini cucunya kurang ajar, duit angpau yang saya kasih malah dilempar pakai tangan kiri pula!" Ditambah serentetan tuduhan yang tidak berdasar.

Tuo pun memarahi ayah saya. Ayah saya kecewa tidak kebagian uang sebanyak itu padahal jumlahnya lumayan buat beli baju dan sepatu baru anak-anaknya.

Beliau sedikit membela bahwa orang kidal memang nyatanya ada di dunia walaupun langka. Namun, di belakang, beliau berusaha membujuk saya untuk belajar bergerak dengan tangan kanan demi sopan-santun menghindari kecanggungan, yang tentunya saya tolak mentah-mentah.

Juga beliau mewanti-wanti bahwa di acara kumpul keluarga seperti ini pastinya tidak ada orang asing, semua ada hubungan darah, kalau belum kenal ya wajib berkenalan. Lah siapa juga yang membiarkan anaknya terlunta-lunta tersesat di kerumunan.

Coba itu keluarga bikin silsilah lengkap disertai kliping foto-foto supaya orang bisa mempelajarinya terlebih dulu sebelum menghadiri acara macam ini.

Demikianlah pengalaman kami menjadi pegiat antigratifikasi di usia dini.