Tampilkan postingan dengan label renung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label renung. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 Oktober 2022

Darah itu Merah

Dua minggu lalu, saya ditolak.
Pedih walaupun hasilnya bisa ditebak. Sebenarnya saya sudah maklum tidak memenuhi syarat, dan hanya datang untuk cek kesehatan, sehingga tidak berencana mengajukan diri, tapi didorong oleh Ndew sebagai pejabat keluarga alumni untuk tetap mendaftar. "Yang penting ada niat berpartisipasi. Siapa tahu boleh. Kalau memang tidak layak nanti juga tidak bakal lolos penyaringan, saya pun lolos karena boosting bit, kurma, buah naga," katanya. Memang, begitu melihat pergelangan tangan saya yang terkena CTS memar-memar masih dibebat, Dokter melarang saya menambah pegal lengan. Cewek-cewek lain juga ditolak, antara lain karena kadar Hb rendah, atau dianggap kelelahan sehabis lari pagi ngos-ngosan.
Tapi Moskow diterima.
Dia menyatakan habis bergadang tapi sudah sempat tidur pagi sehingga masih jumawa. Padahal ternyata itu akibat jetlag sepulang mengantar misi perdamaian di Afrika. Di formulir donor darah, jelas-jelas ada pertanyaan apakah pernah keluar negeri dalam setahun terakhir, dan secara khusus ditanyakan juga apakah baru dari Afrika. Pastinya dia sengaja mencentang "tidak" di semua baris pada saat mengisi, karena tidak mungkin ada dokter yang mengizinkan dia lolos penyaringan jika centangnya berada di kotak "ya". Barangkali sengaja demi meramaikan kegiatan teman seangkatannya.
Donor darah di almamater.
Konon besoknya dia tumbang, masuk RS yang tidak terbiasa menangani kasus malaria ganas, dan tadi malam dia berpulang.


Menurut Selvy, pekerja yang pulang dari Afrika pasti dibekali test kit dan pil serta diberi cuti untuk karantina. Mereka dapat menguji sendiri sehingga jika ada indikasi penularan dapat mencegah dan mengobati sejak dini, begitu demam langsung minum pilnya. Apakah petugas logistik lalai membekali? Atau Moskow lalai melaksanakannya demi pulang ke Bandung menemui keluarga dan teman-teman? Seandainya dia tidak bergadang lalu donor darah, mungkinkah tubuhnya cukup bugar untuk melawan penyakit yang menggerogotinya?
Seandainya tidak mampir ke sekolahan, mungkin saya juga tidak akan sempat bertemu dia lagi. Dia masih sempat menyapa saya sebagai instruktur galak dalam kenangan (padahal saat diklat angkatan dia, saya hanya pelengkap penderita yang bertugas sebagai utusan danlap dan pengawal lari, tidak kebagian posko, tidak mengangkat suara sama sekali). Saya pun sempat menceritakan kedudulan tiga orang polisi milenial yang minggu sebelumnya membayar pesanan Airbnb ke rumah saya untuk dinas di Bandung tapi di hari H-1 disuruh atasan menginap di mess polisi.
Padahal kami semua tentu mengandalkan dan menaruh harapan kepadanya sebagai calon pemimpin polisi masa depan (?) Kami berkumpul tepat setelah tragedi Kanjuruhan bergulir, soal kasus Kadiv Propam masih menjadi topik yang tidak habis-habis dibahas.
Dan ketika tiba giliran dia donor darah, saya pun ikut yang lain, menyemangatinya tanpa menyadari konsekuensi yang menyertai. Sampai berfoto bersama!

Mungkin memang perilaku KKN ini perlu diredam selamanya. Kalau bukan teman sendiri, saya bakal curiga jangan-jangan dia juga merupakan bagian dari lingkaran kriminal terstruktur berkedok penegak hukum pengayom masyarakat. Secara dia sudah pernah menjabat Kapolres di pelosok dan sepulang dari Afrika bertugas di Mabes Polri.
Barangkali mampir ke sekolah dan berjumpa teman-teman lama membuat dia kembali ke masa-masa saat menjadi nakal, melanggar peraturan kaku tidak masuk akal, adalah suatu keniscayaan demi menempa pribadi yang kreatif.
Namun, kali ini yang dilanggar adalah prosedur operasi standar kesehatan dan keselamatan diri sendiri. Jika itu saja diabaikan, bagaimana kita berharap prosedur operasi standar untuk menjaga dan melindungi masyarakat bisa diterapkan?
Konon darahnya sudah ditarik dari peredaran, tapi bagaimana jika tertukar dan menularkan ke orang lain? Sepatutnya PMI memboikot sekolah kami sebagai putra-putri harapan bangsa yang nekad melakukan kelalaian berbahaya (?)

Tapi siapa tahu andaipun kelalaian itu tidak terjadi, maut tetap menjemput. Barangkali dia merasa ajal sudah dekat sehingga memilih mengucapkan perpisahan melalui tindakan gila yang tak dapat terlupakan. Barangkali kehendak Tuhan menghindarkan dia dari badai yang mengombangambingkan lembaganya.
Teman-teman seangkatannya mewanti-wanti saya bahwa tertular wabah dalam mengemban tugas negara berarti mati syahid. Semoga dia mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya.

Ini adalah panggilan untuk bangun.

Semua kita perlu tekun mengawal revolusi mental kepolisian.

Kamis, 30 Juni 2022

Baca Komik Gila

Melanjutkan acara baca komik ronde 1-4 dan ronde 5-7.
(((Detoks webtoon))) bulan ini agak tersendat karena yang punya komik kembali menghantu, mungkin sedang hikikomori. Setidaknya dengan demikian jadi ada waktu luang untuk mengecek informasi sana-sini.



Ronde kedelapan


Dipinjami komik yang sampulnya tidak boleh tampak kayak komik. Kenapa harus begitu, ya? Apakah pengarang komiknya juga menganut diskriminasi tentang apa yang tergolong gambar komik?

Isinya selusin episode tentang jaringan internasional beranggotakan 1001 ahli panggilan, tukang beberes dampak perang dingin macam percobaan senjata terbengkalai yang mengancam umat manusia 🏹

Ide cerita lumayan beragam dan cemerlang dengan visi teknologi masa depan, teknik pewarnaan bagus, beberapa episode digambar dengan mewah 🎨

Tokoh utamanya cewek gagah pemimpin misi dan cewek canggih pusat komando pertukaran informasi di balik layar. Sebagian ahli lain cewek juga. Namun, entah kenapa seolah jenis kelamin hanya tempelan, sementara cara penyelamatan tetap diselesaikan dengan pistol dan kekerasan. Intinya saya tidak merasa terwakili 👩🏽‍💻

Ketika saya coba mencari resensi yang mendukung pendapat ini, kebanyakan cuma mengeluhkan pembingkaian yang kurang memberi ruang untuk pendalaman watak. Ya mungkin memang ada masalah itu, tapi saya rasa untuk perwatakan dua tokoh utama sudah cukup dijelajahi dengan saksama.

Terkaget-kaget saya malah menemukan liputan modus operandi "adult grooming" oleh sang pengarang terhadap ratusan perempuan muda putus asa (dan beberapa pihak nonbiner yang menampilkan diri sebagai perempuan) peserta forum daring internasional yang dia kelola 🙀

Testimoni dari sebagian korban bisa dicek di situs somanyofus.com.
Mereka diulurkan persahabatan dan dukungan, didengarkan curhat, dipromosikan karya, dijadikan tokoh komik, tapi di sisi lain dirayu dengan kosakata yang itu-itu saja agar merasa istimewa sehingga merasa berkewajiban untuk rutin kirim foto seksi, bahkan kalau sempat ketemuan diajak mengamar bergantian secara rahasia tanpa saling tahu satu sama lain. Kadang-kadang dia mencela diri sendiri, berbohong mengenai status hubungan pribadinya, dan mengaku tidak berdaya dan kecanduan akan pesona korban, membuat korban merasa kasihan dan bersedia menuruti permintaannya. Begitu dipertanyakan, atau tidak dipatuhi, dihukum dengan menahan perhatian. Begitu mereka mulai mandiri atau ada korban baru menyita perhatian, kontak pun dihentikan dengan kejam ✂️

Konon praktik ini telah berlangsung 20an tahun namun baru terkuak pada Juni 2020 seiring maraknya gerakan #metoo ... atau mungkin berkat pandemi para korban berkesempatan merenung dan kepo satu sama lain 🛰️

Sotoy lah saya beranggapan pantasan, penokohan terasa janggal pastinya ada suatu kemunafikan ...
Tapi naif kalau menyimpulkan dari satu miniseri. Sayang belum pernah baca/dengar satu pun komik dia lainnya, sama sekali lepas dari radar saya 📡

Apakah perilakunya berpengaruh terhadap pengolahan perwatakan perempuan dalam karyanya yang lain?

Para korban bilang mereka bukan mau memboikot WE, karena karya-karya WE juga melibatkan banyak pihak penggambar, pewarna, penata huruf, penyunting, penerbit, dll. Lebih daripada itu, mereka mau mengubah sistem industri komik ataupun lingkungan lainnya yang membuat para korban menjadi rentan sementara orang macam ini bisa aman menerapkan modus operandi seperti itu selama berpuluh tahun.

P.S. Pembuat sampul komik ini, yang juga merupakan pengarang komik yang saya ulas pada ronde 3 dan 4, sepertinya salah satu murid dari pengarang komik yang ini dan ternyata sebelumnya juga pernah dilaporkan melakukan pelecehan juga, entah karena mencoba ikut-ikutan gurunya atau memang dari sananya sekufu ...

Bagaimana memisahkan penilaian terhadap pengarang dari karyanya ketika terjadi pertentangan gagasan dan cara pandang yang disiratkan dalam karya dengan tindak-tanduknya secara pribadi? 🤔

Dunia komik Amrik sungguh gila

(FB IG) #bacakomik #dirumahaja #danboard #danbogram #danbography

Kamis, 28 Oktober 2021

Persaksian tentang Ayah

Hanya segelintir pihak yang mengetahui nama asli ayah saya. Selain lingkaran keluarga, paling-paling hanya pejabat yang terlibat keperluan legalisir dan tentunya jarang sekali. Satu-satunya catatan sejarah tentang nama beliau adalah sebagai penulis mahasiswa yang bersanding dengan Soe Hok Gie dan Amien Rais pada masanya, melakukan demistifikasi kultus individu terhadap Soekarno terkait peran dalam Proklamasi dan perumusan Pancasila. Selebihnya beliau dikenal dalam nama pena, dan itu pun di dalam lingkaran tertentu saja walaupun sempat cukup bergaung di jajaran elite pusat kekuasaan.
...
Tahun ini sepertinya sudah digariskan untuk kembali melakukan kalibrasi terhadap berbagai niat awal. Tiba-tiba keluarga kami dipanggil oleh semesta untuk mengurus amanat beban tanggung jawab yang telantar cukup lama.
Di tengah pandemi, ruang gerak terbatas, seolah hanya bisa megap-megap. Pihak yang menawarkan bantuan ternyata mengincar untuk kepentingan pribadi dan menusuk dari belakang.
Hampir saja kami terjebak untuk mengambil jalan pintas yang hanya akan memurukkan dalam perangkap ketidakpastian. Namun, suatu kegiatan merawat seekor kucing saya yang parah berlarut-larut tak bisa disembuhkan, menyadarkan akan betapa fana semua permainan dunia. Untungnya sekeluarga sepakat untuk tetap menelusuri jalan yang lurus membedakan yang hak dari yang batil.
Mungkin memang ada malaikat penjaga ayah saya yang masih melakukan tugasnya.

Merenungkan seperempat abad berpulangnya Ayah saya, komentar-komentar di bawah foto FB berikut adalah sebagian kesan-pesan yang terjaring dari beberapa rekan tentang sekelumit kehidupan beliau.



Tertaut juga beberapa tulisan lama rekan-rekan beliau yang pernah dipajang misalnya

Hemat materi dan energi, kaya nilai dan informasi. (Mengenang Aldy Anwar, aktivis peradaban) - BTS



Laman ini akan diperbarui seketemunya naskah-naskah lain. Terima kasih

Minggu, 16 Desember 2018

Dalil Buang Sampah Sembarangan

"Téh, buang sampah sembarangan itu DOSA!!!" 📣 jerit saya putus asa, setelah tiga teguran santun diabaikan oleh seorang cewek cantik berhijab rapi di sebelah 🧕🏽 yang kepergok melempar bungkus gorengan di pelataran stasiun kereta 🚉
Akhirnya dia mendelik, berhenti mengunyah, dan menanggapi juga, "Hah? Yang mana haditsnya bilang itu dosa!?" 👹
Saya jadi meragu, apa memang tidak ada? 🙀
"Eh, euh, jelas 'kan? Mubazir itu kawannya setan!" 😈
"Mubazir gimana!?"
"Ngg ini itu anu, menyia-nyiakan tong sampah yang tersedia, Téh!" 🚮
"Jangan asal ngomong kamu."
(Ya ampun, ngomongnya pakai kamu-kamu, mentang-mentang saya panggil Tétéh dengan sopan 🤦🏽‍♀️ padahal berani taruhan dia ada 10 tahun, kalau tidak 15, lebih muda 👶 Mestinya saya panggil enéng, tapi kepalang basah.)
"Mubazir alamnya Téh! Perusakan kecil-kecilan, lama-lama jadi bertumpuk, bikin banjir kota!" 🌊 kelit saya, "sampah itu mengotori, padahal 'kan kebersihan adalah sebagian dari iman!" 🤹🏽‍♀️
Untungnya dia mulai mundur ... "Lagian kan saya masih pegang makanan! Itu bungkus cuma jatuh! Nanti saya ambil lagi kok!"👺
(padahal saya lihat sendiri dia sengaja menjulurkan tangan untuk menggelindingkannya ke kolong bangku ↩️)
"Ya kalau jatuh langsung dipungut lah Téh, kalau lupa cemana pula!" 🤷🏾‍♀️

Saya buru-buru mengejar kereta, dari sudut mata tampak dia beranjak meraih gumpalan bungkus tersebut. Saya belum bisa memastikan dia meletakkannya ke tong sampah atau tidak, semoga kapok 🗑️
 Tapi tentu saja saya perlu introspeksi...
  1. teguran belum persuasif, bisa berdampak sebaliknya: menimbulkan pembangkangan habis2an 🧛‍♀️
  2. mesti kumpulkan ayat dan pasal yang lengkap dan jitu terkait penyelamatan lingkungan kalau mau pakai argumen agama 🕌
  3. bukankah buang sampah pada tempatnya belum menjadi solusi jika kita belum berhasil menerapkan daur ulang secara efektif ... ♻️
  4. jangan-jangan saya justru menyampah lebih banyak daripada cewek itu ... Mengurangi konsumsi sendiri jauh lebih penting 🚯

Setidaknya untuk nomor 2, barangkali buku ini bisa menjadi rujukan:
Untaian Hikmah Lingkungan:
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Al-Qur’an, Hadits dan Kitab Salaf
terbitan RECOFTC - NU - YAKOBI di Berau
http://yakobi.org/wp-content/uploads/2018/08/Untaian-Hikmah-Lingkungan.pdf
☝️☝🏻☝🏼☝🏽☝🏾☝🏿👆🏿👆🏾👆🏽👆🏼👆🏻👆

Silakan unduh pada taut di atas

Sekalian menebus tantangan Ivan Sudirman untuk memajang ayat Quran/Hadits sahih yang berdampak, kayaknya di situ ada cukup buat jatah 10 hari lah

Minggu, 30 September 2018

Prasasti Tiga Bahasa

2500 tahun lalu, para penakluk dunia sudah menulis prasasti dalam tiga bahasa berjajar sekaligus ... namun 25 abad kemudian, manusia masih tak sudi saling memahami
二千五百年前、世界の征服者たちはすでに碑文を3つの言語で並べて書きました ... しかし、二十五世紀を過ぎて、人々はまだお互いを理解したくない
2500 years ago the conquerors of the world had written inscriptions in three languages in a row ... yet 25 centuries passed, people were still unwilling to understand each other
📚📜🖋️📍
#aksarapaku #cuneiform #楔形 #internationaltranslationday #haripenerjemahaninternasional #国際翻訳日 #penerjemah #jurubahasa #translator #interpreter #翻訳者 #通訳者

Dikirim oleh Kanti Anwar pada Sabtu, 29 September 2018

Rabu, 04 April 2018

Berbalas Pantun

Masyarakat nusantara itu sejatinya berbalas pantun. Karena dituntut untuk merenungkan larik sampiran terlebih dahulu, mereka akan meletakkan diri di pinggir pusaran alam semesta sebelum memasuki inti permasalahan yang menjadi isi curahan hatinya. Karena dituntut untuk menyusun rima, mereka akan mempertimbangkan setiap diksi kosakata yang dipilihnya. Dengan demikian, rasa keakuan akan terkikis dan timbul kebijaksanaan baru dalam memandang berbagai persoalan yang hendak diangkat.
Tanpa mempertahankan kerangka berpikir pantun, orang Indonesia akan tersesat dalam kebisingan simpang siur arus perubahan zaman.
***
Pantun itu berbalasan, artinya bukan monolog; sudah pasti berupa dialog. Siap menerima tanggapan balik dari lawan bicara seberapa pun perihnya sindiran yang tersampaikan. Walaupun begitu, dengan persyaratan sampiran dan rima yang harus dipenuhi, dipastikan mereka selalu bermain dalam lapangan yang setara: setelah sama-sama merenungkan alam semesta serta memilah-milih kosakata.
***

Penafian: Pernyataan di atas ini bukan pantun, sehingga saya pun bukan masyarakat nusantara sejati ... Kami semua adalah orang yang tersesat dalam kebisingan simpang siur arus perubahan zaman

Sabtu, 02 Desember 2017

Pandai Besi dan Kamar Gema

Penafian: Harap maklum bahwa keluhan ini saya lontarkan sebagai seorang mantan pandai besi berijazah dari sekolah luar negeri ternama, yang di sisi lain sempat kebingungan ketika dihadiahi minyak wangi eropah oleh ibu bos di tempat kerja lama.

Tersebutlah kisah, kira-kira di akhir tahun lalu, hawa-hawa perpecahan yang merebak di dunia maya terendus sampai ke depan hidung saya.
Seorang kawan lama, kalau tak boleh menyebut sahabat, seminggu sebelumnya masih bertegur sapa dengan akrab di halaman maya. Kenalan semasa kuliah, kini ibu dari tiga anak lucu, wiraswasta andal, tulisannya pernah dikemas tampil di layar lebar. Tiba-tiba beliau mengumumkan niat bebersih daftar teman, untuk memilah dan memilih siapa saja yang sehaluan atau tidak dengan sikapnya terhadap agama.
Yang menggelitik saya adalah bahwa sebagai dasar hukum dari tindakan tersebut, beliau mengutip hadits yang diterjemahkan seperti ini.
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mencium harumnya. Sedangkan berteman dengan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) membakar pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau mencium bau asapnya yang tak sedap.”
(HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Secara belum khatam kitab hadits, dan sesuai penafian di atas tadi, saya pun langsung mempertanyakan.
  • Pertama, pandai besi memang pekerjaan berbahaya, tapi bukan berarti sia-sia, 'kan? Kenapa berteman dengan pandai besi tidak dimaknai akan kebagian hadiah panci gratis? Atau setidaknya, bisa beli obralan sendok garpu murah?
  • Kedua, apakah itu berarti Islam punya kasta berdasarkan jenis pekerjaan? Kalau di Hindu, pandai besi mungkin tergolong waisya atau minimal sudra; masa dalam Islam terhempas menjadi setingkat dengan kaum pariah yang tak dapat disentuh?
  • Ketiga, bukankah teman yang buruk justru selayaknya dirangkul agar kembali ke jalan yang benar, jangan malah dijauhi dengan membakar jembatan pertemanan yang mungkin suatu saat akan menyelamatkannya sekaligus menjadi ladang pahala bagi kita?


Saya kira pertanyaan seperti ini layak untuk dibahas dengan nalar kepala dingin, justru untuk memperkuat pemahaman terhadap alasan yang diberikan agar tidak terganggu gugat. Tetapi malah saya dianggap layak untuk disingkirkan dari daftar teman karena dituduh ingkar terhadap hadits, tidak sami'na wa atha'na.

Tentu saja berdasarkan latar belakang saya, saya serta-merta menilai bahwa keberadaan seorang pandai besi dalam peradaban umat manusia jauh lebih penting daripada penjual minyak wangi ...

Saya suka wangi pandan, melati, cendana, dan rempah-rempah: tapi untuk memakai minyak wangi sehari-hari, belum merasa perlu. Minyak wangi adalah hasil keluhuran peradaban, tapi sama sekali bukanlah kebutuhan utama. Hanya perhiasan penghibur duniawi. Tanpa minyak wangi, manusia masih dapat hidup aman tentram kertaraharja. Lagi pula setahu saya musk itu berasal dari kelenjar rusa jantan; apakah sudah dipertimbangkan hak asasi hewannya?

Sebaliknya, tanpa pandai besi, bukankah takkan ada aneka perkakas rumah tangga? Tanpa pandai besi, bukankah takkan ada kendaraan canggih masa kini? Tanpa pandai besi, bukankah takkan ada tiang beton untuk gedung bertingkat? Tanpa pandai besi, bukankah takkan ada pedang tajam maupun senjata api? Tanpa pandai besi, bukankah takkan ada kebesaran kerajaan Daud dan Sulaiman?

Tanpa pandai besi, bukankah takkan ada konflik pertambangan? #eh
#gimana #nahlho 🙀

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ
فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً
وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

Setelah memeriksa sumber bahasa aslinya dan mengulik beberapa hadits tandingan, saya simpulkan bahwa yang harus dihindari dalam perumpamaan itu adalah angin dari ububan (kipas peniup api untuk tungku kegiatan penempaan besi) bukan pekerja pandai besinya. Bagaimanapun juga, mustahil hadits meremehkan pekerjaan penting di masyarakat.

Jika memang mengibaratkan manusianya, seharusnya hadits ini bermakna ada karya yang penting bagi penghidupan tapi kita mau tak mau harus menanggung hal-hal yang tidak nyaman dalam pengolahannya.
***

Pada dasarnya sih tidak ada salahnya mengatur pertemanan media sosial, daripada habis hidup berbasa-basi tanpa keintiman. Dalam beberapa hal, saya sendiri mengelompokkan daftar teman berdasarkan latar belakang perkenalan: keluarga, tetangga, teman sekolah, kawan kuliah, rekan kerja, orang berbahasa daerah, orang berbahasa asing, dst; agar kesan-pesan khusus dapat saya arahkan langsung kepada kelompok tertentu tanpa perlu memenuhi dinding atau disalahpahami oleh kelompok lainnya. Namun, tentu hal itu saya lakukan dengan pertimbangan sendiri tanpa maksud berkoar-koar menyinggung para pihak.

Sebaliknya, fenomena "kamar gema" perlu kita waspadai. Kita harus tetap membuka diri terhadap berbagai informasi dari pihak yang berbeda pandangan, agar kita tidak mudah terpancing, agar semua pembenaran selalu ada pembanding.
Menutup jalur pembahasan hanyalah langkah terakhir ketika upaya menengahinya secara ilmiah dari dua arah sudah buntu, demi menghindari debat kusir caci maki yang tidak berkejuntrungan; itu pun harus ditindaklanjuti dengan pendekatan yang lebih intensif untuk meredakan perselisihan pendapat agar setidaknya setuju untuk berbeda; tidak dapat dibiarkan menjadi api dalam sekam.
Ketika algoritma jejaring sudah cukup mempersempit langganan umpan berita kita, jangan sampai kita pula yang memasang kacamata kuda!

Kamis, 01 Juni 2017

Ekaharita Marakata

Pada penataran P4 terakhir yang saya ikuti di masa sweet seventeen, saya meraih peringkat 30 dari 2000 sekian pelajar unggulan --berkat senjata pamungkas hapalan ngolotok ekaprasetia pancakarsa sejak SD sewaktu masih 36 butir dan naskah andalan laporan presentasi berjudul "Fanatisme Berlebihan Mengancam Perikehidupan Berbangsa dan Bernegara" yang isinya menguraikan kemustahilan penerapan paragraf-paragraf GBHN-- seolah-olah bocah orde baru sejati cemana pula.

Tapi kini keluhan saya, Pancasila sejauh mengusung kebinekaan manusia, ternyata belum menghargai kebinekaan hayati, sehingga tidak secara tegas langsung menganjurkan tindakan-tindakan ramah lingkungan.

Apalagi ketika gerakan pemuliaan alam semesta dituduh bertentangan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa karena dianggap menjurus syirik; dilupakan bahwa bumi adalah amanat Allah swt, dikira sekadar batu loncatan menuju surga yang bisa diinjak semena-mena, cepat atau lambat toh kiamat akan tiba …

Sedangkan kemajuan peradaban untuk kemanusiaan dinilai dari berbagai rekayasa pendirian aspal beton besar-besaran dan pembakaran energi habis-habisan, ketika sesungguhnya yang dibutuhkan sudah bukan lagi kritik membangun melainkan kritik menanam …

Kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah dan air digiatkan dalam kerangka penguasaan dan penaklukan, tidak mempertimbangkan upaya perlindungan dan pemeliharaan …

Musyawarah untuk mufakat dipimpin oleh elite-elite menara gading yang tidak mampu menyimak suara-suara rakyat pinggiran yang sehari-hari menikmati bertahan hidup di tengah hutan rimba atau samudra raya.

Barangkali yang paling mendekati seputar butir-butir yang berbunyi "tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, pemborosan dan gaya hidup mewah, atau hal-hal yang bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum" …
Padahal para perusak darat laut dan udara itu justru memanfaatkan hak negara (?) dengan alasan keadilan sosial berupa pemerataan pengerukan sumber daya …

Boleh jadi kita masih mengamalkan ekaprasetia pancakarsa, tapi pasti lebih banyak yang tidak tahu perbedaan antara burung garuda, elang botak, dan rajawali; pohon beringin dengan kelapa sawit; banteng dengan sapi perah; padi dengan gandum; kain katun dengan poliester.

Sementara itu, cahaya bintang kecil di langit yang tinggi pudar oleh silaunya kerlap-kerlip neon di kota …
Rantai pemersatu pun menjadi belenggu.

Selasa, 27 September 2016

Teh Zaman Edan

::: Zaman ini zaman edan: teh botol dikotakin, teh gelas dibotolin :::
(& teh poci disasetin ...) 󾇎󾀼󾔵☕󾀾󾦄󾁃



Teh Hijau

Baru dua minggu lalu saya mengoreksi teman bahwa teh hijau (ryokucha) itu belum tentu adalah matcha.
Pada dasarnya, teh hijau adalah teh yang dikonsumsi tanpa melalui prosedur pelayuan/pengeringan dan oksidasi. Jenisnya dibedakan antara mutu dan cara tumbuh: yang terpapar matahari dengan yang tumbuh di bawah bayangan pohon lain.
Matcha adalah teh bubuk yang dihidangkan dengan cara dikocok sampai kental berbusa, sedangkan teh hijau bening adalah jenis lain: bisa sencha, gyokuro, kabusecha, tamaryokucha, bancha, kamairicha, macam-macam.


Teh Gula

Kebetulan baru kemarin berteman FB dengan seseorang yang pernah menceritakan anekdot ini kepada saya enam tahun yang lalu.
Kabarnya, orang Sunda kalau pergi ke timur kebingungan kenapa minum teh saja harus bayar. Saking melimpahnya kebun teh di tanah priangan, air teh biasanya menjadi layanan gratisan bagi orang yang membeli sepiring makanan. Sebaliknya, orang Jawa kalau pergi ke barat kebingungan kenapa kalau teh pakai gula harus bayar lebih. Saking melimpahnya kebun tebu, penambahan gula biasanya menjadi layanan gratisan bagi orang yang membeli segelas teh.
Semacam teori kelangkaan terkait perbandingan antara pasokan dan permintaan.


Teh Kaca

Menghindari minuman bersoda, teh botol kaca adalah jajanan masa remaja saya. Namun, ada masanya beli teh botol bukan karena mau diminum melainkan untuk dipecahkan dasar botolnya melalui tekanan dari mulut botol. Sulap yang lebih ajaib daripada kemampuan para keramat yang dipuja-puji oleh orang-orang putus asa itu.

Masa tersebut berlalu karena kini semakin jarang beredar teh botol dari kaca. Kemasan minuman komersial, apa pun bentuknya, telah menyumbang cukup banyak pada gunungan sampah sehingga sebisa mungkin dihindari konsumsinya.


Teh Edan

Bukan sekadar bungkus teh. Ini berlaku pula pada penunjukan jabatan orang yang mempunyai keahlian berbeda, atau penerapan kebijakan seperti mengobral bahan yang seharusnya dihemat sementara membela pihak yang seharusnya dibasmi.

amenangi zaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada ...

Jumat, 26 Februari 2016

Panggung Ketenaran Bukumuka

Memperhatikan fenomena dinding facebook saya di bulan Februari yang cukup ramai dengan tampilnya kawan-kawan saya sebagai seleb medsos dadakan, dengan ciri-ciri terusan pesannya bisa saya terima ulang melalui jaringan lain yang setahu saya tidak berhubungan langsung.

Rekor masih dipegang oleh sahabat sekelas SMA, Bung Lucky Ginanjar Adhipurna dengan 9929 kali dibagikan, 14490 jempol, dan 230 (391) komentar (selain itu ketemu juga beberapa salinan yang tidak semua terlacak) sejak Februari 12, 13.31 WIB membawakan pernyataan sikap orang tua menghadapi LGBT, isu sensitif yang jelas hangat mengandung pro-kontra.

Kalau Anda merasa punya kecenderungan homoseksual, saya ikut prihatin. Kalau Anda terbuka mendeklarasikan diri sebagai...
Posted by Lucky Ginanjar Adhipurna on Tharrrsdy, Februarrry 11, 2016


Dalam seharian ini, kakak angklung Teh Fani Aprina Ahmadi melesat sangat kencang dengan 6527 kali dibagikan, 448 jempol dan 55 (144) komentar (masih bertambah terus) sejak Februari 25, 0.14 WIB menanggapi isu segar terkait kebijakan yang baru saja diterapkan pemerintah yang mewajibkan agar konsumen membayar kantong plastik belanja.

Assalamualaykum, selamat malam..Dear pak Joko Prasetyo, dan kawan2 ibu ibu yg telah broadcast, bikin status, share...
Posted by Fani Aprina Ahmadi on Windsday, Februarrry 24, 2016


Yang sudah mapan itu teman satu sekolahan sejak SD (walaupun ngga pernah sekelas) Teh Patra dengan 1872 kali dibagikan, 3122 jempol, dan 320 (447) komentar sejak Februari 2, 16.10 WIB tentang membesarkan anak, namun status-status lainnya juga muncul secara rutin yang rata-rata menembus ratusan jempol.

Investasi TerbaikPria muda itu melangkah memasuki kamarku.Pria : "Ummi, aku butuh uang" Aku : "I know"P : "Aku mau...
Posted by Teh Patra on Tew's Day, Februarrry 2, 2016


Sebelum ini saya memilih tidak turut berbagi ketiga taut di atas, supaya tidak asal ikut-ikutan belaka tanpa menentukan pendapat sendiri. Namun, sumbangan mereka dalam memproduksi informasi yang jujur dan dapat diandalkan berdasarkan pengalaman, pemahaman, dan perasaan pribadi yang dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, dalam hemat saya adalah hal yang patut diteladani.

Menunggu kawan-kawan selebritas lainnya kembali menciptakan kehebohan dunia maya... Kalau ada yang terlewat yang seharusnya dicantumkan dalam panggung ketenaran ini, tolong kasih tahu saya ya heheheu

Selasa, 29 September 2015

Punah di atas Menghamba

Orang tertindas pasrah karena dua kemungkinan:
  • Tidak terdidik tentang hak asasinya sehingga mudah terpengaruh oleh kekuasaan tak kentara yang mengistimewakan segelintir orang tertentu;
  • Sederhana saja, cuman ga mau rempong ...

Orang tertindas masih melawan karena dua hal:
  • Terdorong rayuan pihak luar yang menggosok untuk kepentingan lain;
  • Biar eksis sekalian ...

Lah si saya? Di mana kedudukan saya?
Sama seperti kalian, dari lubuk hati yang terdalam berharap menjadi orang yang bisa mencanangkan
I AM!! THE ONE!! WHO KNOCKS!!

Rabu, 02 Juli 2014

Tim Edward dan Tim Jacob

(1)
Dunia alay gonjang-ganjing oleh perseteruan antara dua tim fanatik.
Tim Edward mengagumi sosok penghisap darah berkepribadian misterius yang terkutuk namun gagah perkasa, cerdas, kaya-raya, dan mengendarai mobil mewah. Mereka tidak peduli ia pelaku KDRT atas nama cinta. Mereka percaya, sesungguhnya ia pemuda berhati mulia yang tabah menahan diri.
Tim Jacob meyakini bahwa pujaan mereka lebih hangat, lebih manusiawi daripada saingannya, dan membela kepentingan mereka tanpa pamrih sebagai sesama rakyat jelata. Mereka abai bahwa serigala sering dianggap rendah oleh sesama manusia sedangkan sejatinya adalah makhluk liar pengincar ternak yang tak bakal sanggup mereka jinakkan.
***
Selama kedua belah tim berseteru cakar-cakaran jambak-jambakan dengan sia-sia, tidak ada yang menyadari masalah paling mendasar, yakni bahwa sesungguhnya Bella itu hanyalah seorang cewek manja bodoh yang tidak terlalu penting untuk diperebutkan, sedangkan mereka telah terjebak dalam kisah rembang petang demokrasi omong kosong belaka.

Young Kim: New Moon


(2)
"Tapi Bella tidak bisa hidup tanpa Edward, masa kalian tega membiarkannya mati rindu, malah mendukung si anjing buduk?" tantang tim Edward kepada tim Jacob.
"Apa sih yang kalian lihat dalam diri lintah keparat itu? Makhluk gentayangan di balik kabut!" sanggah tim Jacob. "Mendekatinya berarti cari gara-gara dengan Volturi!"
Tim Edward terhenyak. Tidak ada seorang pun yang menyadari betapa Bella terpikat oleh Edward akibat hal remeh: menemukan suatu rahasia, bahwa sosoknya gemerlapan memantulkan pelangi jika terpapar sinar mentari.
***
Dan bumi pun perlahan ditelan kegelapan bulan baru.

(3)
Tim Edward menganggap Jacob sekadar keset kaki kumal yang terhampar di depan pintu untuk menjegalnya, sementara bagi tim Jacob, Edward bagaikan kucing porselin rapuh dengan cakar melambai-lambai yang dipajang di samping kasir, sekali tersenggol akan hancur berkeping-keping.
***
Dalam ketegangan yang semakin meningkat, tiba-tiba segelintir rombongan tim Jacob melolong-lolong menyayat hati ke arah sang rembulan jagung biru. Seakan-akan mereka juga turut menjelma menjadi gerombolan serigala yang terinjak-injak oleh ujung sepatu. Beberapa moncong yang paling bising di kalangan mereka menyenandungkan beredarnya desas-desus bahwa Jacob berbulu hitam, yang mereka tuduhkan dipicu oleh pihak tim Edward.
Para penonton pun saling berpandangan kebingungan... "Lho, lalu apa salahnya dia dibilang hitam? Bukankah namanya memang Jacob B-l-a-c-k?"
***
Suasana pun diperkeruh oleh gerhana yang dalam sesaat menelan sinar mentari ke dalam kelam yang mencekam.
(Catatan redaksi, untuk pengetahuan Anda: Berdasarkan bukti-bukti baik yang tercantum pada kartu jati diri kelompok serigala maupun pernyataan para saksi, warna bulu Jacob disebut sebagai cokelat karat.)


(4)
Menurut tim Jacob, Edward menyia-nyiakan seabad lebih keabadiannya hanya sebagai remaja kolot yang tidak pernah benar-benar beranjak dewasa. Dia hanya meniru-niru kharisma Gilbert Blythe, kebangsawanan Mr Darcy dan keangkuhan Mr Rochester, tanpa menebar daya tarik keCullenan yang asli.
Sementara bagi tim Edward, Jacob hanyalah domba karbitan agar menumbuhkan bulu-bulu serigala terlalu cepat dewasa akibat ancaman yang membayang-bayangi sukunya. Padahal, dia adalah bagian dari generasi yang kehilangan akar jati diri, buktinya namanya pun kebarat-baratan, bukan menggunakan bahasa Quileute lagi.
***
Diam-diam di pinggir tebing berbatu karang,
diiringi deburan ombak menggapai pantai,
Edward dan Jacob duduk bersulang,
memecahkan gelas biar ramai.
Mereka sepakat untuk mengambil dua jalan,
sebelah kanan dan sebelah kiri,
semata-mata demi mengecoh lawan,
menjaga Bella dari intaian Volturi.
Semua demi Bella, dan hanya Bella,
si cewek manja egois histeris tak tahu diri.
Tentang tingkah laku tim-tim masing-masing,
ternyata kedua alay itu sama sekali tidak peduli.
***
Dan fajar pun menyingsing menyibak hari.

(5)
Tim Jacob berlaku seolah-olah mereka telah menjadi bagian dari suku Quileute, memandang tim Edward sebagai pelanggar tapal batas yang harus segera diusir dari wilayah ini. Tim Edward pun berlaku layaknya keluarga Cullen, dengan serta-merta mengernyitkan hidung setiap ada tim Jacob lewat, seolah-olah mereka telah tertular bau khas yang menjijikkan. Apakah mereka siap berdamai ketika kisah ini tamat?
***
Dalam naskah aslinya, di akhir hayat Bella jelas-jelas memilih Edward sekaligus beserta keabadiannya. Kemudian, mereka berdua menerima Jacob sebagai calon menantu. Dari satu sisi, tampak semua berakhir bahagia. Namun belum tentu demikianlah pendapat pihak yang berada di sisi lain.
Jika sebaliknya Bella memutuskan untuk tidak tertarik menjadi bagian dari mayat hidup sehingga memilih Jacob, apakah mereka berdua bersedia menyambut Edward sebagai calon menantu?
Edward berumur panjang, namun apakah ia dapat hidup tanpa Bella? Apakah ia dapat menerima putri dari Jacob, dengan bau khas yang akan membuat hidungnya mengkerut, sebagai jodoh sepanjang hayat?
***
Berbagai pertanyaan akan muncul dari berbagai kemungkinan alur yang berbeda, selanjutnya terserah Anda. Kita hanya bisa menanti dan berharap agar karya para penggemar dapat menyinari kegelapan masa depan bagaikan mentari di tengah malam.

(Penafian: Untuk menghindari kesalahpahaman bahwa saya penggemar cerita sampah dengan tokoh bernama sama, dengan ini saya tegaskan bahwa judul di atas sesungguhnya dapat diganti dengan Tim Sasuke dan Tim Naruto.)

Kamis, 28 Oktober 2010

Sumpah Zynga

Perkembangan teknologi gawai internet rupanya membuat orang mulai pasrah dan sabar menikmati macet. Padahal seharusnya tidak. Bukankah macet adalah kesalahan sistem yang harus dicari solusinya!
Saya tidak percaya dengan iming-iming kalau kita membeli suatu barang, artinya kita menyumbang sekian untuk ke mana. Itu seharusnya urusan langsung pemilik industri. Apalagi iming-iming terhadap permainan virtual, karena kontribusinya terlalu sedikit tapi seakan dapat membebaskan kita dari tanggung jawab sosial.

Saya bersumpah akan...
Berhenti main Mafia Wars, dan turut serta membasmi mafia peradilan.
Berhenti main Treasure Isle, bertualang di laut yang sesungguhnya.
Berhenti main Poker, dukung pemberantasan korupsi sampai akarnya.
Berhenti main Vampires, turut menanggulangi wabah demam berdarah.
Berhenti main Cafe World, masak 4 sehat 5 sempurna demi keluarga ceria.
Berhenti main FarmVille, merawat tanaman rempah-rempah di halaman.
Berhenti main FishVille, mulai memperjuangkan nasib para nelayan.
Berhenti main FrontierVille, mencoba mengatasi banjir Bandung/Jakarta.
Berhenti main YoVille, berberes kamar lalu silaturahmi ke para tetangga.
(Banyak banget ya...)
... Pokoknya saya akan,,, berhenti main segala game Zynga,
separah-parahnya kembali mengisi waktu luang dengan menekuni manga.

Jumat, 18 Juni 2010

Hanya Satu Bola

"Why is there only one ball for 22 players? If you gave a ball to each of them, they'd stop fighting for it."
Komentar seorang janda sepakbola,
dipajang di sebuah laman anti-Piala Dunia.
(Anonim: Daily Telegraph 28 Desember 1998 "kutipan olahraga tahun ini")


"Because there's also only one lonely planet for us to live in. And yet if there's already enough BALL for each, I'm sure they'll start fighting for a BOX. Or a pyramid. Or a cylinder, a cone, etc..."
(Kanti: blog bambumuda)



Kamis, 18 Februari 2010

Seputar PRT dan TKI



Jadi bukan hanya pekerja rumah tangga saja yg perlu sertifikat lulus pelatihan. Majikannya juga perlu sertifikat lulus...
Posted by Kanti Anwar on Day o' the Sun, Februarrry 14, 2010


TKI (tenaga kerja Indonesia) adalah istilah hukum yg dipakai oleh perundang2an untuk buruh migran kita. jadi profesi yg...
Posted by Kanti Anwar on Windsday, Februarrry 17, 2010

Minggu, 08 Maret 2009

Perempuan, Pelawak, dan Politisi

Beberapa waktu lalu, kawan-kawan LFM membahas sebuah fenomena menarik, mengenai pelawak perempuan.
Kesimpulannya, perempuan yang lucu, pasti terkesan maskulin, atau ternyata lesbian. Lucu dan cerdas sebagai sifat perempuan dianggap ancaman yang mengganggu. Perempuan yang lucu akan kehilangan daya tarik di mata lelaki. Sedemikian rupa, bahwa lucu adalah sifat lelaki; lawak adalah dunia lelaki.

Karena yang dibahas berkaitan dengan fenomena perfilman dan televisi, saya belum tahu apakah ini nilai-nilai ini hanya berlaku di dunia Barat atau juga di dunia Timur. Apakah menjadi lucu juga merupakan tabu bagi perempuan Indonesia? (Kalau di Jepang sih sudah jelas, pelawak lelaki hampir pasti berhasil memperistri selebriti perempuan tercantik yang pernah ada...)

Tapi bukankah menurut Teori Pagliacci, justru pelawak itu yang hidupnya paling tertekan? Terbukti, pelawak rata-rata cepat mati!!! Apa salahnya kaum perempuan cukup menjadi pihak yang menikmati tertawa dengan bahagia tanpa harus melucu sampai menderita.

Begitu pula dengan politik. Katanya oh katanya oh katanya,
  • Politik itu seharusnya adalah perihal saling mengalah, tarik ulur kebijakan agar memuaskan semuanya, namun karena terlalu didominasi kaum lelaki, kerangka tersebut bergeser menjadi perihal menang dengan segala cara.
  • Sementara itu,
  • Lelaki yang sebenarnya berpihak kepada hak-hak perempuan dan anak-anak mungkin segan bersuara karena takut disangka banci, kalaupun nekad lantang membela akan dianggap remeh dan diabaikan lelaki lainnya.
  • Sehingga,
  • Banyak gerakan solidaritas beranggapan bahwa perempuan perlu turun tangan memperjuangkan hak kaumnya sendiri, sekaligus memberi 'sentuhan feminin' untuk menetralkan politik kembali kepada khittahnya.
  • Sebaliknya,
  • Perempuan keburu jengah masuk ke dunia politik yang kepalang penuh kekerasan persaingan kekuasaan, merasa itu bukan dunia mereka.

Dengan demikian, perempuan yang berhasil masuk dengan sukses ke dunia politik hanyalah:
  • Perempuan yang sanggup memenuhi tuntutan untuk bersikap maskulin, setara dengan rekan dan lawan mereka yang lelaki;
  • Perempuan yang mengumbar sisi feminin untuk dilecehkan lelaki sekitar, yang penting tenar, tak ada kaitan dengan kinerja;
  • Perempuan yang berada di bawah bayang-bayang sosok maskulin lain; ayah, abang, atau suami...

Baik dalam politik maupun karier, calon perempuan menghadapi tantangan dari dua arah:
  • Lelaki (dan sebagian besar kaum perempuan) cenderung tidak memilih perempuan walaupun sesungguhnya mereka punya kemampuan yang memadai, semata karena alasan emosional; sayang sekali mereka adalah perempuan...
  • Sesama perempuan (dan lelaki yang sadar kesetaraan) cenderung tidak memilih perempuan karena alasan rasional; kebetulan kemampuan mereka masih sedikit di bawah lelaki akibat sempitnya kesempatan mengasah diri.

Oleh karena itulah, menurut sebagian kalangan, aksi afirmasi dalam hal gender masih dibutuhkan di Indonesia. Ini perlu dimulai dari pemilihan anggota legislatif.
Konon, rekam jejak anggota legislatif perempuan cenderung lebih bersih dari lelaki. Entahlah karena:
  • Perempuan cenderung lebih jujur dan alim daripada lelaki;
  • atau
  • Perempuan yang hanya segelintir ini berhati-hati, takut ketahuan macam-macam karena disorot khusus;
  • atau
  • Perempuan bekerja cukup lihai dan cerdik, sehingga jejak kebusukan segera tertutupi dengan rapi jali. Nah lho!


Y: The Last Man


(Sudah pada baca belum? Bagus sekali lho, bintang 5 lah.)
Dalam serial komik asyik yang saya tamatkan akhir tahun lalu ini, digambarkan sebuah dunia di mana nyaris semua makhluk berkromosom Y musnah karena satu atau lain hal (ada cukup banyak penjelasan mengenai penyebabnya,yang bisa dipilih sesuai selera, baik secara ilmiah, politis, ataupun religius).
Inti ceritanya adalah bahwa dari sudut pandang seorang cowok pecundang yang tersisa bersama seekor monyet jantan piaraannya, kita melihat bagaimana perempuan-perempuan berjuang untuk bertahan hidup tanpa belahan jiwanya.
  • Politisi yang juga merangkap ibu rumah tangga (euh, tegaan).
  • Ilmuwati yang menyaingi kejeniusan ayahnya (brilian!).
  • Tentara yang tak sudi mati di tangan sesama cewek (perkasa).
  • Supermodel yang ganti profesi jadi tukang gali kuburan (cihuy).
  • ... dan seterusnya.
ythelastmanKalian pikir, dengan musnahnya kaum lelaki, gen si pengacau sudah lenyap dari atas bumi? Tapi yang terjadi justru kekacauan di sana-sini. Apakah ini karena para perempuan telanjur terdoktrin sistem patriarki, sehingga mereka hanya bisa melanjutkan sistem tersebut dalam menggerakkan dunia? Ataukah pada dasarnya manusia ditakdirkan untuk mengacau, tanpa pandang jenis kelamin?
(Perlu dicatat bahwa skenarionya ditulis oleh lelaki, walaupun mendapat campur tangan perempuan ilustratornya juga...)

***

Perjuangkan nasib kaummu!


Seorang ibu-ibu caleg yang juga aktivis tiba-tiba bertanya, "Kenapa kamu tidak melakukan kajian mengenai perempuan? Sebagai elemen penting kedaulatan rakyat, perempuan kan perlu disorot secara khusus."
"Ha? Saya?" saya gelagapan dan mencari-cari alasan sok pintar. "Eugh, dalam hemat saya, keterpinggiran perempuan adalah masalah yang integral, sehingga tidak perlu dibahas khusus, bisa saja dicarikan jalan keluarnya dengan mengkaji persoalan sosial ekonomi politik secara menyeluruh."
"Kamu itu, belum pernah turun ke lapangan kali, ya?" tuduhnya. "Coba kamu lihat betapa sengsaranya PSK. Coba bayangkan nasibnya perempuan yang menikah dengan warganegara asing, lalu bercerai, mereka bisa kehilangan kewarganegaraannya kalau tidak kita advokasi. Belum lagi soal terpisah dari anak kandung..."
"Wah, tapi seperti saya bilang, itu kan masalah-masalah 'kecil' yang terjerumus lingkaran setan dengan persoalan kesejahteraan umum dan tingkat peradaban. Saya pribadi sih tidak pernah merasa tertindas... tohohoh..." ketawa pahit.
"Ini bukan main-main! Sebagai orang yang dapat privilege pendidikan tinggi, kamu wajib ikut terjun langsung. Lain kali coba menghadap saya secara khusus, kamu perlu saya TATAR untuk belajar memperjuangkan harkat dan martabat kaummu sendiri!"
... Duh. Kenapa jadi saya yang kena.

Padahal saya pribadi lebih merasa tertindas ketika menghadapi ibu-ibu yang cerewet, histeris, berlimpah estrogen dan progesteron, sedikit-sedikit pms, dan kebanyakan lemot pula. Huaaa, bisa habislah saya menjambak-jambak ujung kerudung. Bagaimana saya bisa diharapkan untuk peduli dengan kaum saya sendiri?

Sungguh, saya tidak (belum) pernah merasa tertindas oleh kaum lelaki. Entahlah itu karena:
  • Saya beruntung hidup di antara para lelaki yang menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak perempuan;
  • atau jangan-jangan malah
  • Saya sial hidup di antara para lelaki pecundang yang lebih rendah mutunya daripada perempuan di sekeliling mereka;
  • mungkin juga
  • Saya memilih lahan-lahan kegiatan yang tidak dilirik perempuan karena tanpa sadar takut kalah bersaing dengan sesama perempuan;
  • lebih parah lagi
  • Saya terbebas dari penindasan, hanya semata-mata karena kaum lelaki tidak menganggap saya perempuan;
  • tapi siapa tahu justru
  • Saya diam-diam mengalami sindroma Putri Padang Pasir...
    merasa bangga menjadi luar biasa dengan kedudukan langka setara dengan para lelaki, sehingga saya tidak ingin berusaha membantu perempuan lain mencapai kedudukan yang sama, karena itu akan menurunkan derajat saya menjadi biasa-biasa saja...


prankSeandainya turun berpolitik, jelas yang akan saya perjuangkan, tidak khusus soal perempuan.
  • Hak asasi orang-orang kidal.
  • Anak kucing dan hewan telantar dipelihara oleh kelurahan sekitar.
  • Jalur sepeda di jalan raya dan tol lintas kota.
  • Pelarangan peredaran MSG.
  • Penghijauan pemandangan kota, baik dengan daun, lumut, jamur, atau apa pun yang tumbuh dan berkembang.
Dan saya akan mulai berkampanye sederhana. Tak perlu banyak gaya.
Cukup sebut nama saya tiga kali!
Lalu koarkan janji sakti, "Pastikan Perubahan!!!"

Yang pada dasarnya bisa saja menuju perbaikan, tapi bisa juga pemburukan. Yang penting, berubah itu kan tidak membosankan.
***

Eh, sebentar. Kenapa jadi seurieus? Padahal maksudnya melucu.
Hm, tak apalah. Tandanya saya masih layak sebagai perempuan, kan?

Rabu, 23 Juli 2008

Bagaimana Perasaanmu?

danuskul
Danu adalah pacar saya menonton kartun di bioskop selama tiga tahun terakhir. Tahun lalu ia berusia 5 tahun dan mulai masuk SD (kemarin baru naik kelas). Setelah lulus tes masuk di sekolah swasta unggulan yang biayanya tidak terjangkau, ortunya tawar-menawar dengan hasil tes tersebut sampai dia diterima masuk SD negeri dekat rumahnya, yang kebetulan cukup ternama.

Biaya masuknya memang lebih murah, namun ternyata masih banyak lagi tambahan kagetan yang ditagih pada saat kegiatan belajar-mengajar. Terutama yang paling memberatkan adalah Lembar Kerja Siswa, yang mau tak mau terpaksa harus dibeli, dan tak dapat didaur ulang pula: harus langsung dicorat-coret dengan isian jawaban masing-masing anak pemiliknya, sehingga tak dapat dibeli bekas ataupun dijual kembali tetap sebagai sebuah buku.

Dan suatu hari ortunya panik menghubungi saya. Ada soal PR dalam LKS PMP PPKN Danu untuk bidang Hak Asasi Manusia. (Yah, tahu sajalah, HAM merupakan masalah yang cenderung 'baru' di dalam perundang-undangan negara kita, dengan adanya bab selipan, BAB XA yang memuat pasal 28A-28J atau K? dalam amandemen UUD 1945, sehingga anak kelas 1 SD pun kena getahnya).

Pertanyaan sebelumnya adalah tentang bagaimana perasaan kita kalau dicopet, dihina, dll, dijawab dengan kata sifat yang sesuai. Nah, yang membingungkan adalah pertanyaan berikut:

Ibumu melarang kamu pergi bermain.
Kamu merasa hak asasimu untuk bermain dirampas.
Kamu akan merasa......
Marah? Kesal?
Ini terhadap Ibu, lho.
Tenang-tenang saja?
Gak mungkinlah, di kalimat kedua kan ini sudah dianggap sebagai pelanggaran hak asasi!?

Adikku menjawab "sedih." Jawaban yang cukup aman dan cukup bermoral, manggut-manggut kami semua.

Danu menurut dan bersusah-payah menuliskannya.

Sang Guru ternyata menyalahkan jawaban "sedih" itu.
Kalau bukan sedih, lalu apa dong?

Sumpah, saya pun tak mampu memikirkan jawaban yang tepat.
Apalagi Danu, yang membacanya masih mengeja i, b-u bu, ibu, m-u mu, ibumu...

Mungkin isi LKS itu memang dirancang agar ortu juga ikut memeras otak bersama anaknya. Tapi tetap saja mereka juga tidak tahu.

Ada yang punya usul?

Kamis, 25 November 2004

Hemat Energi, Boros Biaya

"Sometimes, you have to leave things as it is. Yang ditampilkan barusan seperti biodiesel dan semacam, kedengaran ideal, tapi apakah praktikal? Seandainya itu akan menguntungkan, berbau uang, pasti dukungan akan datang dari berbagai pihak. Tapi kita lihat saja minyak goreng, berapa mahalnya dibandingkan bensin? Posisi minyak bumi sebagai bahan bakar tetap takkan tergantikan. Kami pernah menurunkan dana 20 miliar untuk penelitian yang berujung sia-sia. Yang kurang di Indonesia adalah kemampuan berpikirnya. Kami di Korea dulu juga begitu, tapi kami mampu bangkit dengan apa yang kami bisa."
....... Wapres APEC Energy Research Center Tokyo, orang Korea (yang jelas bukan Bae Yong Jun)

Masalahnya adalah pengemasan. Minyak goreng tentu saja mahal karena memakai kemasan steril, dan tidak mendapat subsidi sebesar minyak bumi. Sementara potensi limbah kelapa sawit terlihat menjanjikan. Tapi memang apa gunanya mengerahkan daya upaya habis-habisan hanya untuk memanjakan para pengguna minyak bumi lainnya.

Indonesia telah meratifikasi protokol Kyoto dan menerapkan CDM, tapi apa bukan hanya sekedar langkah politis?
Dari sudut pandang orang pertanian, timbul pertanyaan langkah mana yang lebih efektif: menurunkan harga energi, agar orang tak mampu dapat menggapainya, atau menaikkan derajat hidup mereka terlebih dahulu, sehingga semahal apa pun energi tetap dapat digapai?


...


dst