Sabtu, 30 Juli 2022

Baca Komik Koleksionista

Setelah (((detoks webtoon))) ronde 1-4 dan ronde 5-7 yang lumayan lancar, kasus buku ronde 8 membuat peminjaman berikutnya diwarnai drama, tapi tidak sia-sia karena ini karya bergambar menakjubkan.

Ronde kesembilan

Semacam koleksi sketsa masyarakat adat berbagai pelosok dunia yang dimeriahkan oleh arsiran kusut masai terpelintir ✏️

Karya komikus Italia panutan abad lalu, alur ceritanya seperti pas-pasan hanya untuk mengantar kita ke tempat dan adat yang eksotik, kurang gamblang dalam meluncurkan kritik. Tapi mungkin saja memang disengaja untuk memicu pembaca berpikir 📜

Tokoh utamanya makhluk misterius yang menyebalkan. Bertekad kuat, berani menempuh marabahaya asal menang dalam segala cara demi mencapai keinginannya. Entah bagaimana dia merasa berhak mengumpulkan pernak-pernik aneh bin ajaib bekas pakai tokoh-tokoh sejarah raja/panglima/kepala suku berpengaruh sepanjang zaman. Sekali incaran diperoleh, akan disembunyikan untuk kepuasan pribadi tidak untuk dipajang atau dipamerkan kepada siapa pun. Terkadang benda itu dapat memberinya kekuatan magis 🧿

Biaya untuk berburu koleksi didanai melalui pengerukan sumber daya alam kehutanan, peternakan, perkebunan, dan jasa transportasi. Bisa-bisanya dia punya banyak kawan suku terasing, pasti karena tebar pamrih obral senjata. Dia membantu beberapa pihak dalam melawan penjajahan, tapi bertindak dalam pola penjajah juga, orang-orang romawi memang gila 🎩

Nyaris satu-satunya wanita yang muncul adalah tokoh antagonis pada Bab 3, keturunan orang Indonesia yang berebut air mata Timur Lenk dengan sang koleksionista. Pada bab ini, sang koleksionista dipandu orang Bugis melacak hutan belantara sekitar Pulau Morotai, tertangkap oleh orang Dayak upahan, nyaris ditelan komodo, lalu menjegal lawannya ke Afganistan. Pada bab-bab lain, dia beredar ke Amerika, Afrika, Irlandia, Selandia Baru, dan Himalaya 🏯

Pada bab 5, sang koleksionista memutuskan hubungan yang membahayakan nyawanya dengan si wanita untuk selama-lamanya, membuat saya agak kalang-kabut dihantui kecemasan jangan-jangan buku ini juga menjadi ronde terakhir 🙀

#bacakomik #dirumahaja #danboard #danbogram #danbography

Selasa, 26 Juli 2022

Fatamorgana

Pemandangan ini akan buyar seketika jika mendekat satu langkah lagi
Laksana pasir dalam genggaman, meluncur melalui celah jari.
Namun mata air itu tampak terlalu teduh dan indah untuk berpaling darinya
Relung yang mengisap segala angkuh dan keluh kesah yang tersisa.
Demi sekadar pembayangan fana yang melayang di udara
kau pun menyangkal kebekuan hakiki atau terik tak terkira

Rabu, 06 Juli 2022

Hosteladan Rumah Yotsuba

Setelah tertatih-tatih menjalankan bisnis ini di tengah pandemi, akhirnya kami mendapatkan medali kebanggaan HosTeladan 🏅
Terima kasih kepada para tamu yang memberi ulasan bagus, serta kepada para keluarga, tetangga, maupun kolega yang turut wara-wara tentang penginapan kami kepada rekan-rekan masing-masing 😽

Banyak cerita kalang-kabutnya pindahan gusuran setiap ada tamu keluar-masuk, kami cenderung tetap bermarkas di sini karena rumah ini masih paling strategis untuk bekerja, letak persis di belakang kantor dan mudah akses ke tengah kota. Kucing-kucing pun masih merasa ini daerah kekuasaan mereka, sehingga walaupun diajak ke tempat lain akan selalu mencari peluang untuk kembali ke dalam. Untuk itu, sejak awal ada peringatan bahwa rumah kami terjajah kucing. Untungnya banyak juga tamu yang senang dengan keberadaan mereka.
Ada pula cerita menolak-nolak calon tamu yang berencana datang bersama pacar. Walaupun ada ketentuan indiskriminasi, kami bisa berpegang pada peraturan kota yang melarangnya.

Tamu terakhir, Dewi, kebetulan adalah anak LFM sahabat dari rekan-rekan geng KineMala. Dia sekeluarga menjadikan rumah kami sebagai pengalaman pertama menggunakan AirBnB. Anak-anaknya sangat menikmati membaca koleksi komik kami terutama Yotsuba&! lalu penasaran ingin ikut mencoba menyapu jalan sehingga kami menyelenggarakan AirBnB experience baru: sweep away.
Sebelumnya di tahun lalu ada juga Angga sekeluarga, adik angkatan di KANST, untuk berlebaran tanpa terlalu merepotkan orang tua. Mulanya sulit mengenali karena dia memesan dengan nama aslinya yang panjang a la bangsawan.
Semuanya hanya kebetulan menemukan rumah ini lewat pencarian dan mengenali kami sebagai tuan rumah. Berarti sudah saatnya lebih mengiklankan rumah ini ke lingkaran-lingkaran dekat yang barangkali berminat, karena tentunya ada perasaan lebih aman menitipkan barang pribadi kita kepada teman sendiri.
Sebenarnya ini juga merupakan kesempatan bagus untuk menambah kenalan baru, namun karena pandemi kami meminimalkan interaksi, dan masih ada perasaan bahwa seharusnya saya mencurahkan perhatian lebih banyak kepada kenalan yang sudah lebih akrab ...

Minggu, 03 Juli 2022

Mangkutak Alam

Nama ini unik juga ya, mengotakkan alam? Apakah menyiratkan kesan picik karena berpikir "inside the box"  atau mungkin maksudnya terbagi-bagi? Tapi bukankah terkadang itu juga perlu? 

Kaba Sabai nan Aluih adalah kisah girl with gun before it was cool, jauh mendahului tren komik amrik yang sepertinya kini fetish terhadap sosok cewek-cewek main senjata api ... 🔫

Disebut sebagai cerita rakyat, mungkin dari suatu peristiwa yang banyak digunjingkan orang di suatu masa dan Tulis Sutan Sati hanya menyadurnya ke dalam buku.

Ceritanya adalah tentang seorang gadis lemah lembut yang diwanti-wanti oleh ayahnya agar duduk manis menenun di rumah kecuali disuruh bepergian oleh orang tua. Namun, ia terpaksa angkat bedil karena ayahnya dibunuh oleh orang yang ditolak meminangnya.
Mangkutak Alam, adiknya tersayang yang dimanja orang tua, berkulit hitam legam karena asyik bermain layang-layang, dianggap pengecut karena tidak mau membantu membalaskan dendam sang ayah.
Benarkah?
Bukannya tindakan Sabai itu emosional impulsif dan berbahaya, tanpa perhitungan, serta main hakim sendiri? Mengapa tidak melapor dan menyerahkannya kepada pihak berwenang? Apakah Sabai tidak ditindak secara hukum begitu melakukan pembunuhan?
Menjadikan tindakan Sabai sebagai suri tauladan adalah bertentangan dengan Pancasila (?)
Tentu saja di masa itu bisa jadi lebih parah daripada sekarang, pihak berwenang tidak dapat diandalkan, pihak lawan punya harta dan kuasa, korban tak berdaya.
Rasanya tidak salah juga jika Mangkutak Alam berusaha menyelamatkan diri, tidak mau terhanyut dalam dendam, daripada mati konyol sia-sia ...
🤔