Buat rekan-rekan yang kecewa Les Misérables (2012) baru masuk Indonesia tanggal 18 Januari, demi memberi ruang bagi film-film Indonesia yang sedang marak (Habibie Ainun, 5cm, dll). Sudahlah, tonton saja dulu aneka ragam film dan panggung sebelum ini sampai bosan. Kan ada banyak tuh.
Atau kalau masih tetap penasaran, mungkin komik ini bisa melipur lara. Terutama bagi kalian yang masih kelimpungan sama riset dan tesis (PhD Comics).
Sabtu, 29 Desember 2012
Rabu, 12 Desember 2012
121212
Seorang nenek-nenek penjaga parkiran tempat hedon, terpana memandang seorang abang-abang yang menitipkan helm, heboh membongkar berlapis-lapis jas hujan dan jaket yang penuh label sponsor.
Nenek: "Dik, kemari mau ikut lomba panjat tebing?"
Abang: "Nggak Bu, hanya menonton. Saya pendaki gunung."
Nenek: "Sudah ke mana saja?"
Abang: "Itu yang di spanduk foto saya, waktu ke Everest."
(Dengan bangga dia menunjuk umbul-umbul yang menghiasi setiap sudut jalan raya kota Bandung selama seminggu terakhir.)
Nenek: "Ke Everest lewat mana?"
Abang: "Lewat Nepal, terus ke Tibet."
Nenek: "Oh, sendirian? Pakai Sherpa-sherpa gitu ngga?"
Abang: "Bareng teman. Pakai Sherpa lah Bu, pastinya."
Nenek: "Pasti biayanya besar ya, berapa?"
Abang: "Iya bu, 400 juta per orang."
Nenek: "Wah itu masih ada pegangan uang pas pulang?"
Abang: "Nggak, pas-pasan saja habis pulang tidak ada uang lagi."
Nenek: "Besar banget ya."
Abang: "Iya, di gunungnya aja dua bulan."
Nenek: "Pengen dong saya ke sana juga, di bawah saja..."
Abang: "Silakan Bu, mumpung banyak promo cuma 4 juta PP."
Nenek: (Sirik dalam hati, huh kalau pakai Sherpa mah semua juga bisa nyampe everest kali, asal ada cukup duitnya... Memang kalau wajah goreng patut, orang butuh pembuktian di bidang lain, makanya susah payah bela-belain naik gunung. Mendingan itu fotonya pakai kacamata hitam, kelihatan rada keren...)
Catatan:
Nenek: "Dik, kemari mau ikut lomba panjat tebing?"
Abang: "Nggak Bu, hanya menonton. Saya pendaki gunung."
Nenek: "Sudah ke mana saja?"
Abang: "Itu yang di spanduk foto saya, waktu ke Everest."
(Dengan bangga dia menunjuk umbul-umbul yang menghiasi setiap sudut jalan raya kota Bandung selama seminggu terakhir.)
Nenek: "Ke Everest lewat mana?"
Abang: "Lewat Nepal, terus ke Tibet."
Nenek: "Oh, sendirian? Pakai Sherpa-sherpa gitu ngga?"
Abang: "Bareng teman. Pakai Sherpa lah Bu, pastinya."
Nenek: "Pasti biayanya besar ya, berapa?"
Abang: "Iya bu, 400 juta per orang."
Nenek: "Wah itu masih ada pegangan uang pas pulang?"
Abang: "Nggak, pas-pasan saja habis pulang tidak ada uang lagi."
Nenek: "Besar banget ya."
Abang: "Iya, di gunungnya aja dua bulan."
Nenek: "Pengen dong saya ke sana juga, di bawah saja..."
Abang: "Silakan Bu, mumpung banyak promo cuma 4 juta PP."
Nenek: (Sirik dalam hati, huh kalau pakai Sherpa mah semua juga bisa nyampe everest kali, asal ada cukup duitnya... Memang kalau wajah goreng patut, orang butuh pembuktian di bidang lain, makanya susah payah bela-belain naik gunung. Mendingan itu fotonya pakai kacamata hitam, kelihatan rada keren...)
Catatan:
- Standar ganteng bagi sang nenek adalah cowok-cowok intelek rumahan yang puluhan tahun lebih tua, berwajah manis, berkulit cerah, lemah gemulai, dan menekuni cabang olahraga di seputar catur dan permainan kartu.
- Sang nenek sendiri jauh lebih senang berselancar di internet daripada lari-lari senam pagi, sementara seluruh cita-citanya bertualang kini telah terbelenggu oleh gembok halaman parkir yang dia jaga.
- Si abang ini sih memang bertampang kampung, ngga ada sentuhan indo a la seleb sinetron, tapi yaaah eksotik lah masih lumayan enak buat dipandang, padahal mah.
Minggu, 02 Desember 2012
227 hari bersama Pi
Secara nenek moyang orang pelaut
patut kita lambaikan salut
dan segala sesuatu tentang harimau
pastinya bikin saya galau
Berhubung waktu ke Kalimantan
gak sempat menyambangi orangutan
apalagi nama kami punya lembaga
PI terlanjur berganti tiga-tiga
Menikmati Jakarta yang tersapu badai
Dan seribu satu alasan lainnya
Yuk kita nonton bareng Life of Pi
Di... errrr, mana ya, Kasablanka?
Yang sampai sekarang masih bikin jengkel
bukanlah Richard Parker ataupun Piscine Patel
Tapi nama kapal Jepang menjadi Tsim-tsum
Sungguh mengkhianati pengetahuan umum
Mengikuti Nipponmaru, Orochimaru, Hinomaru
Padahal bisa diberi nama Tsim-tsum-MARU
Atau sekalian resmikan saja sebagai kapal Yahudi
Agar tidak merumitkan teka-teki
Ya sudahlah
Terlepas dari bualan filsafat ketuhanan
Filmnya cukup indah
Pemainnya ganteng (walaupun harimaunya jauh lebih keren)
patut kita lambaikan salut
dan segala sesuatu tentang harimau
pastinya bikin saya galau
Berhubung waktu ke Kalimantan
gak sempat menyambangi orangutan
apalagi nama kami punya lembaga
PI terlanjur berganti tiga-tiga
Menikmati Jakarta yang tersapu badai
Dan seribu satu alasan lainnya
Yuk kita nonton bareng Life of Pi
Di... errrr, mana ya, Kasablanka?
Yang sampai sekarang masih bikin jengkel
bukanlah Richard Parker ataupun Piscine Patel
Tapi nama kapal Jepang menjadi Tsim-tsum
Sungguh mengkhianati pengetahuan umum
Mengikuti Nipponmaru, Orochimaru, Hinomaru
Padahal bisa diberi nama Tsim-tsum-MARU
Atau sekalian resmikan saja sebagai kapal Yahudi
Agar tidak merumitkan teka-teki
Ya sudahlah
Terlepas dari bualan filsafat ketuhanan
Filmnya cukup indah
Pemainnya ganteng (walaupun harimaunya jauh lebih keren)
Langganan:
Postingan (Atom)