Barusan dapat diseminasi bahwa IT Telkom, IM Telkom, STISI Telkom
dan Poltek Telkom kini bergabung menjadi Telkom University.
"Demi
pengabdian kepada bangsa dan negara," kata mereka. Lambang yang dulunya
didominasi warna biru pun kini menjadi bendera merah putih.
Nasionalis... Tapiiiii, kenapa namanya 'University' ya. Bukan
'Universitas'. Atau kenapa nggak sekalian ganti nama jadi 'Telecom'
kalau mau go international...
***
Setelah menjadi "Teaching University", kini mereka memasuki tahap "Research University"
yang akan mulai melakukan kegiatan penelitian multidisiplin. Itulah
salah satu alasan penggabungan, supaya dapat peluang kucuran dana lebih
banyak dan laboratoriumnya bisa lebih beragam, tidak usah dobel-dobel
yang sama. Lalu di masa depan akan mengincar "Entrepreneur University" yang akan juga terlibat dalam bidang "Public Services" (hadeuh kenapa harus boso enggres semua istilahnya).
Komentar
pihak industri (yang ternyata asal-usulnya beragam bukan hanya keluarga
Telkom, melainkan ada yang dari bidang perkapalan, kehutanan, sampai
satelit penginderaan jarak jauh), semoga tidak naik tingkat menjadi Entrepreneur University, karena kalau mahasiswanya siap merintis usaha sendiri, mereka akan kekurangan tenaga kerja. Haaaaaaaaaaaaaaa.
***
Juga
ada yang mengeluh bahwa walaupun lulusan Telkom tidak diragukan
kemampuan teknisnya, punya kelemahan di sisi psikologisnya. Mengatasi
hal ini, menurut pihak TU, kini asrama yang disediakan untuk 2500an
mahasiswa baru, sudah sepaket dengan kegiatan rutin peningkatan
kemampuan hubungan antarmanusia dan kesiapan dunia kerja, katanya (yakin
bukan plonco?)
Nah apakah kepercayaan diri untuk menggunakan jati
diri kebudayaan sendiri termasuk bahasa asli atau yang dilokalkan,
tidak termasuk dalam kegiatan itu? (Masih jengkel sama nama baru dan
presentasi yang penuh bahasa londo hihihi.)
***
Oh ya, untuk program beasiswa jalur unggulan ada dibuka setiap bulan Maret tuh, bagi yang berminat.
***
Yang
lucu adalah ketika mereka menyatakan bahwa walaupun kini telah berinduk
ke Kemdiknas, bukan sebagai sekolah dinas di bawah Kemkominfo lagi,
tapi mereka bertahan untuk tetap menjadi swasta, tanpa mengindahkan tawaran Pemda
maupun Kemdiknas untuk beralih menjadi negeri. Guru-guru BK
utusan SMA/SMK bersorak sorai, pertahankan saja sebagai swasta, soalnya
universitas negeri tidak ada yang pernah mengundang kami diseminasi
seperti ini (oooh ya? Kasihan juga atuh ya, pada kamarana eta nu negeri).
***
Mendukung
MP3EI (kenapa nggak sebut MP3KI, MP3LI dan MP3 lainnya sekalian ya?)
sasaran usahanya adalah Telematika, Pariwisata, Tekstil (kriya, bukan
teknologinya biar ngga saingan sama IT Tekstil katanya) daaan...
Pertambangan Energi, karena kebutuhan menambah nilai ekspor minerba
melalui pengolahan, sebagai kekayaan alam Indonesia yang menjanjikan
(Eeeeh? Yakin tuh cadangan masih tersisa begitu mahasiswanya berlulusan
nanti? Secara kebijakan baru pemerintah memutuskan untuk tetap mengobralnya
mentah-mentah saat ini juga?)
***
Faktor gegar budaya ini memang sungguh menyedihkan. Yang jelas, Dikti dan Kemhukham tidak mungkin mengizinkan lembaga bernama asing. Pasti nama resmi di akta notarisnya tetap "Universitas Telkom", sedangkan sebutan gaulnya ngga jauh-jauh dari "Untel".