Selasa, 12 Desember 2006

Dororo

Kalau Hinotori adalah karya Tezuka Osamu yang pertama saya kenal waktu balita melalui kartunnya Firebird 2772, Dororo adalah manga pertama beliau yang saya sempat baca lengkap, karena memang cuma beberapa jilid. Tamat? Tidak bisa dibilang begitu, karena memang bentuknya adalah babak-babak singkat. Dan akhir ceritanya belum menyelesaikan masalah, masih membuka kesempatan untuk melanjutkan petualangan setiap saat.

Dibandingkan karya lainnya yang sok ilmiah dan futuristik seperti Atom atau BlackJack, atau berlatar sejarah seperti Buddha dan Adolf, Dororo ini malah menggali cerita-cerita hantu. Bagi yang kenal Inuyasha, nah seperti itulah model ceritanya.

Tersebutlah seorang samurai mengadakan perjanjian dengan jin, menukar 48 anggota badan bayinya yang belum lahir dengan anugerah kemenangan dalam setiap perang kekuasaan terhadap seluruh Jepang.
Ketika menemukan bahwa putranya lahir kekurangan 48 anggota tubuh, sang ayah merasa malu dan mengalirkannya ke sungai. Beruntung, sang bayi diselamatkan oleh seorang ilmuwan yang merekayasa anggota tubuh palsu agar ia dapat hidup normal. Apalagi ternyata walaupun tidak punya pancaindra, ia justru memiliki indra keenam dan kekuatan luar biasa lainnya yang membuatnya dapat berkomunikasi dengan orang lain.

Ketika beranjak dewasa, Hyakkimaru bertekad untuk mengalahkan keempatpuluh delapan jin untuk merebut kembali anggota tubuhnya, dan bertemu dengan seorang anak kecil yang mengaku sebagai pencuri terhebat se-Jepang. Bersama mereka menjelajahi negeri sambil memerangi penindasan yang ditimbulkan oleh berkat dari ke-48 jin tersebut.

Penggambaran cerita yang menggunakan konsep panggung tradisional Jepang, cukup menarik untuk disimak. Nah, ternyata manga ini besok-besok bakal difilmkan pula... Apakah konsep panggung tradisional itu tetap dipertahankan?

Tidak ada komentar: