Tersebutlah suatu hari, saya mengantar adik sepupu ke lokakarya terjemahan yang dipandu oleh
Nalti Kikuchi. (Perhatian: Walaupun namanya
Kiku- berarti serunai, judul tulisan ini gak ada hubungan dengan film keren
Kutukan Serunai Emas Gong Li - Chow Yun Fat!)
Nalti Kikuchi ini adalah orang Indonesia bersuami Jepang, guru bahasa yang menyambi sebagai penerjemah komik
Topeng Kaca... Towewew.
Tentu saja serta-merta saya menanyakan, mengapa
murasaki no bara dalam manga itu diterjemahkan menjadi
mawar jingga oleh Elex. Padahal dilihat dari ujung dunia manapun,
murasaki itu artinya
ungu. Dia membela diri, awalnya dia menerjemahkan sebagai mawar
ungu. Tetapi menurut editor, mawar
ungu itu tidak ada di Indonesia, sehingga agar mudah dimengerti, diputuskan ganti jadi
jingga saja. Toh
jingga mirip dengan
ungu, katanya... BUTA WARNA KAH?
Sudah jelas warna
ungu itu adalah campuran dari
merah dan
biru, sedangkan warna
jingga adalah campuran dari
merah dan
kuning, tidak ada tawar-menawar. Mirip apanya!!!
Sebuah keputusan yang sembarangan. Bukankah warna
ungu itu dipilih oleh pengarang justru karena kelangkaannya di tahun 75-an (saat manga tersebut dimulai), membuat sang mawar sedemikian berharga mahal dan istimewa sebagai pusat cerita.
Di tahun 90-an (saat manga ini mulai diterjemahkan ke bahasa Indonesia sedangkan kelanjutannya mulai tersendat di negeri asal),
mawar ungu sudah lumayan menjadi barang obralan di mana-mana. Saya sendiri sering melihatnya di pasar kembang dan kota bunga.
(Gambar dari
flickr kikij)
Seandainya, ada pendapat bahwa judul bab
"Bayang-bayang Jingga" terdengar lebih berima daripada
"Bayang-bayang Ungu", maka seharusnya tindakan itu disertai usaha penggantian warna dalam semua gambar sampul ataupun sisipan yang melukiskan mawar
ungu sebagai latar belakang sosok Hayami Masumi.
Lalu saya usulkan, agar aman gunakan istilah
mawar lembayung saja. Bukankah lembayung adalah bunga berwarna
ungu (
hyacinth), sedangkan di dalam kamus dia juga bisa berarti
jingga.
Lembayung adalah satu-satunya penghubung warna
ungu dan
jingga, karena ia menjadi kosakata yang menggambarkan warna langit saat fajar menyingsing dan senja menjelang:
Ungu bersemburat
jingga.
"Hee, yah tapi 'mawar lembayung', kedengarannya tidak enak 'kan?"
Siapa bilang tidak enak! Inilah kesalahan para penerjemah bahasa Jepang, di saat mereka fasih dengan
aiueo kakikukeko yang kaku, mereka tidak sempat menghargai keluwesan bahasa Melayu-Indonesia sendiri.
Bayang-bayang Lembayung
Kurang liris puitis apa coba.
Apalagi, warna ungu (ataupun lembayung, kalau setuju pakai istilah ini) adalah suatu pengungkap suasana hati melankolis si Hayami Masumi. Kesalahan penerjemahan merusak suasana tersebut: Jingga adalah warna yang panas, penuh semangat.
***
Purple Rose Theatre: Kelompok sandiwara di Amerika.
Mungkin berafiliasi dengan Kitajima Maya yang kabur keluar negeri...
Purple Rose of Cairo: Film yang disutradarai Woody Allen.
Satu dari seratus film terbaik sepanjang masa edisi majalah Time.
Mawar Ungu Galaksi Virgo: Ketika langit terbelah.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? O:-)
= roses are (sometimes) red, but violets are (not really) blue =
Mawar ungu masih bisa muncul dari kawin silang, sementara
mawar biru masih nyaris mustahil diperoleh tanpa rekayasa genetika yang tepat untuk penyesuaian derajat pH dan penyuntikan pigmen
biru delphinidin.
Cakrawala Pikiran Rakyat: Mawar Biru
CSIRO Australia: Penelitian Mawar
Biru Pertama Dunia (masih ungu)
Blue Roses: Sajak Rudyard Kipling mengenai mawar
biru
***
Btw on the way busway, saya sendiri suka ungu, tapi selalu heran mengapa banyak yang menyanjung pria yang berungu-ria seperti si
Hayami Masumi ataupun
bapak bermotor ungu dulu itu.
Selain itu memang saya tidak menikmati romantisme bunga mawar, entahlah itu
biru,
ungu,
jingga,
kuning,
putih ataupun
merah jambu.
Tentu saja bagi saya masih lebih menarik
hijaunya pelepah bambu...
=== stat rosa pristina nomine, nomine nuda tenemus ===