Minggu, 04 Januari 2009

Surga, Sekarang (الجنّة الآن)

Al-Jannah Al-Aan (2005) saya tonton pada suatu Golden Week 2006.
Benar-benar sangat amat patut direkomendasikan.


"... jika para penindas itu berhasil meyakinkan dunia --dan diri mereka sendiri-- bahwa merekalah korban, maka tak ada jalan lain bagi kami, korban sesungguhnya, untuk juga merangkap sebagai pembunuh"...

http://wip.warnerbros.com/paradisenow/


Said dan Khalid, dua orang montir di Nablus yang menjadi relawan untuk melaksanakan tindakan bom bunuh diri, berkenalan dengan Suha yang baru kembali dari pengasingan. Perjumpaan ini mengubah cara pandang masing-masing terhadap apa yang mereka hadapi.

Bagusnya film ini, dalam ketegangan tingkat tinggi, hanya ada dialog perdebatan dan sorotan pemandangan.
Tanpa perlu menampilkan kekerasan, tetap saja tegang. Hanya melalui persiapan bercukur, berdandan, berfoto, berbaring di dipan...
Deuh, seakan semua remeh-temeh masalah kehidupan sehari-hari kita selama ini tak ada artinya sama sekali.

Bagi kita-kita yang sering ketiban pertanyaan dari sana-sini mengenai masalah yang diangkat, film ini cukup menampilkan aneka argumentasi dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Khalid orang menyebalkan yang tadinya senang bisa kabur dari dunia ini, di saat-saat terakhir malah termakan pendapat Suha bahwa pasti ada jalan keluar selain kekerasan.
Suha sendiri, di satu pihak seorang putri syuhada, di pihak lain perempuan modern didikan luar negeri, mulai mencoba memahami keadaan negaranya, apa saja yang menjegal perjuangan ayahnya selama itu, melalui obrolannya dengan Said.
Sementara Said yang tadinya tampak ragu, dalam petualangannya seharian penuh malah mencapai keyakinan teguh mengenai apa yang harus ia lakukan; bahkan cintanya pada Suha pun takkan menghalanginya meneruskan misi...

Ada yang protes, kok tingkah lakunya tidak Islami, adzan Shubuh malah bertamu ke rumah cewek, tapi di situlah yang ingin diangkat, bahwa kaitan antara kealiman dengan bom bunuh diri sesungguhnya tidak relevan. Yang mungkin pantas dikaitkan adalah antara perjuangan hak asasi manusia dengan bom bunuh diri.

Memang Bahasa Film itu universal, sehingga walaupun ada kendala bahasa, namun sorotan kamera, pemandangan latar belakang, raut wajah, gerak-gerik, tekanan suara, semua bercerita. Cukup untuk membuat penonton terkesima, tegang, gemas, ketawa miris dan menangis tersedu... Para pemerannya menurut saya bermain sangat bagus, walaupun mungkin juga karena saya memang belum memahami intonasi bahasanya. Selebihnya tinggal menekuni huruf-huruf putih yang berbaris di bawah (^-^;)

Tidak ada komentar: