Kamis, 01 September 2016

Tatanan Dunia pada Jam Tangan

Kami sekeluarga tidak ingin terkekang oleh waktu ⌛ maka selalu bingung ketika memperoleh hadiah kenang-kenangan berupa jam tangan, jam meja, atau jam dinding, mau dipakai atau diletakkan di mana. Lagian, saya kan bukan Rangga versi LINE. Masih ada jam yang diperhatikan sih, yakni jam matahari ☀ dan jam gawai (di laptop dan telepon genggam).

Namun, pernah juga suatu masa kami menyempatkan memakai jam tangan. Di tahun terakhir sekolah dasar, saya memakai Casio ⌚ digital lungsuran dari seorang pengusaha batu kalimaya. Sedangkan Tissot ⌚ adalah merek kenangan yang dipakai ibu saya sekitar tahun '90an.

Menemukan iklan ini melalui taut Asian Crush, kenangan tersebut muncul kembali.



Tissot tersebut diperoleh ibu saya sebagai bonus proyek meubel di sebuah studio desain di Bandung. Talinya dari kulit ular putus sehingga mata jamnya dicemplungkan ke gelas porselin pajangan. Suatu hari, jam tersebut hilang. Tak lama, ditemukan kembali oleh polisi di lapak depan pasar Cihaurgeulis. Gelangnya sudah berganti dengan kulit kambing potongan kasar berumbai-rumbai a la koboi. Pembantu rumah tangga yang telah bekerja selama sebulan lebih, yang diperoleh melalui yayasan dari poster di tiang listrik, akhirnya mengaku mencurinya. Barangkali dia menganggap itu barang yang tersia-sia.
Hari yang menyedihkan, menyadari bahwa masih ada kepercayaan yang tidak boleh diserahkan, sedangkan kami pun masih terjajah oleh secercah selera keduniaan ... ☯

Yang jelas, jika ada keleluasaan, saya lebih berminat mengumpulkan pisau lipat.

Tidak ada komentar: