Jumat, 29 Desember 2017

Tugu Maung Kolonial Bandung

Di Kota Bandung tiba-tiba bermunculan tugu-tugu dan gapura-gapura asing, diduga demi mengejar penyerapan sisa anggaran akhir tahun. Konon, desainnya berlanggam "kolonial" merayakan arsitektur bersejarah warisan zaman Hindia Belanda (yang ironisnya justru pada runtuh tersia-siakan) 🏛️🏰

Kehebohan terjadi akibat kebingungan akan makhluk yang menghuni kubah-kubahnya. Niat awal menampilkan "MAUNG" hewan suci urang Sunda, semacam harimau jejadian 🐯🐅
Namun, terbukti sejak di atas kertas yang tergambarkan hanya perpaduan beruang kutub dan serigala kecebur got, entah menjiplak dari kastil kampung di pelosok eropah bagian mana 🐻🐺 

Pikiran Rakyat 27-12, 19:14: RK Ingin Patung Maung, Malah Mirip Anjing Laut
Kompas 28-12, 12:19: RK Kritik Tugu Maung Bandung yang Mirip Anjing Laut
Detik, 28-12, 17:10: Patung Maung Bandung Mirip Anjing Laut Ada di Tiga Lokasi


Mengecek salah satu TKP, kami menyimpulkan bahwa patung ini berbahan resin bolong, sehingga dapat dengan mudah diganti. Secara keseluruhan, memang terkesan murahan, barangkali bisa digolongkan sebagai KITSCH. Jam tugu pun hanya memakai batre biasa, kaca patrinya mungkin plastik 🕚🔋

Katanya para maung berfungsi untuk menandai empat penjuru mata angin. Wah, bukankah ada pakem Asia Timur bahwa harimau putih menandai arah Barat saja, sementara Selatan, Timur, dan Utara masing-masing ditandai oleh burung merah, naga biru, dan kura-kura hitam berkepala ular? 


Andaipun tercapai bentuk yang dicita-citakan, mari pertanyakan lagi apa perlunya memajang makhluk kesayangan kita semua di sini? Bukankah kolonialisme harus dibasmi dari muka bumi karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan? Lalu bagaimana dengan perikemaungan? Tentu lebih baik anggaran dialihkan untuk meningkatkan mutu trotoar, atau merawat bangunan pusaka aslinya, atau melestarikan maung dengan menjaga hutan rimba 🌳🌲

Serahkan sajalah pertigaan atau perempatan jalan kepada para seniman kreatif kota, untuk dirancang dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam kritik saran maupun penciptaannya, sebagai sarana edukasi mengasah selera mencari ciri khas jati diri nusantara 🎍🎋

Tidak ada komentar: