Jumpa nCha lalu main bersama ke Jakarta.
Gadis satu ini menyerahkan draft chicklitnya ke Gagas Media, debut menjadi penulis pop sebagai sambilan meniti karir arsitek dan siaran di Oz103 FM.
Secangkir kopi yang kental oleh obsesi seorang perempuan...
Dia berhasil mengumpulkan tagline dari para artis ternama ahli chicklit, desain sampul pilihannya juga dipuji manajer. Wuih manstabb siap jual dah pokoknya...asli indonesia
Cap ini maksudnya sebagai pembeda, karena yang selama ini beredar di Gramed gitu, kebanyakan adalah terjemahan. (Aku juga baru tahu istilah chicklit ini, kayaknya yang pernah kubaca cuman Bridget Jones's Diary, itu pun demi filmnya, walah kuper euyyy).
Dibandingkan obsesi kental itu, temanya cenderung encer, mengabaikan konflik ideologi, karena formatnya tetap sesuai dengan khas chicklit: cemilan ringan;berkisar pada percintaan wanita quarter-life crisis,
--- achtung: pop culture itu menggenggam nilai-nilai, bahwa yang kental atau berat belum tentu berarti lebih berharga daripada yang ringan atau encer! ---
Maka apa boleh buat kalau format semacam ini tak punya ruang untuk menampilkan keterlibatan langsung tokoh utama ceweknya dalam hiruk pikuk berbagai krisis nasional maupun global yang timbul tenggelam di selang waktu latar belakangnya, 1994-2004 itu. Padahal ini sangat potensial untuk dieksplorasi, dan nCha cukup punya perhatian dan pendirian mengenai romantika masa-masa itu... Usahanya menyelipkan dialog-dialog cerdas melalui tokoh yang wartawan untuk karya kali ini, masih terasa sebagai sekadar tempelan yang bukan penjalin alur...
Lalu, di mana letak Indonesia-nya?
Yap. Itu semualah Indonesia, potret kaum yuppies metropolis yang terimbas globalisasi. Kalau ingin lebih tradisional dan baku, ganti namanya jadi sasyam, Sastra Ayam (gubrag).
Apapun, yang penting tentu dekat di hati sasaran penjualan umumnya: Remaja dan OL singel (atau juga ibu muda?). Bahkan aku pun seakan pernah turut mempersaksikan lika-liku seorang Rahmi. Lah, latar belakangnya mengambil KANST, itu kegiatan ekskul kami, wihihiy, sayangnya kali ini bukan aku yang mengalami.cock-tales
Sepintas membolak-balik halaman, terkesan bahwa penokohan peran kuncinya, sang obsesi, belum diulik tuntas tertulis. "Hanya" tampil sebagai playboy serba ada, makhluk ini masih kekurangan hal-hal trivial yang dapat membuat pembaca maklum bahwa ia pantas dicintai sedemikian rupa.
Atau mungkin memang inilah ciri khas wanita, merasa seakan ia mengerti pria, padahal hanya tahu secuil gosip. Tohoho (^_^;
Dalam hal inilah *cocktales* (adakah istilah ini?) semacam Jomblo dan beberapa terbitan Gagas Media lainnya yang mengambil sudut pandang pria, seharusnya punya nilai tambah bagi pembaca wanita...obsesi?
Khususnya mengenai pengungkapan obsesi kronis seorang cewek sih, sejujurnya aku lebih tertarik pada caranya Down with Love, Amelie, Chong qin Sen Lin atau Hatsukoi no kita Michi atau drama remaja Jepang zaman 97, Osorubeshitsutsu... Yang seperti itulah seharusnya obsesi, tak kepalang tanggung. Mungkin anak SMA zaman kami belum pada berani, tapi kini? Tampaknya sudah lumayan pada nekad tuh.
Yah, ini kan baru satu debut, nCha, mari, kita coba lagi pahami pria dan segenap obsesinya. p(^o^)qN.B.1: telenovela
Malam harinya kami ketemuan sama Tiok, teman SMA yang sedang liburan dari labnya di Montana, kabarnya hidupnya beberapa saat di sini nyaris seperti telenovela Meteor Garden, diselidiki sama mantan bakal camer yang kebetulan istri pejabat. Walah! Masih berlaku kah kekuasaan semacam itu?
Mungkin chicklit selanjutnya bisa mengambil pengalaman dia? Hahaha.
Besoknya kebetulan hari demo mengenang tragedi 12 Mei, banyak angkot yang mogok tapi atas jasa teman-teman yang mengantar, tidak mengganggu ketentraman kami. Thx yaa.N.B.2: kisah-kisah kopi
Jadi teringat akan Manhattan Love Story: Filosofi kopi, cinta segi delapan dan alur yang penuh kejutan. Drama musim gugur tahun lalu.