"Banyak anak-anak di sini sudah sekolah tinggi, dan pergi bekerja ke luar kota, berkeluarga di sana. Hanya pulang sesekali." "Bagaimana kalau orang dari luar ingin tinggal di kampung ini?" "Secara adat rasanya sih tidak masalah, tapi mau tinggal di mana? Tanah untuk tempat tinggal sudah habis. Yang lain sawah dan kebun. Masa mau mengubur balong..."Yang jelas, pemeliharaan "Bumi Ageng" masih mereka lakukan dengan baik, mereka sakralkan untuk tidak dihampiri semena-mena oleh para tamu.
Kamis, 06 Mei 2004
Ryu no Mura
Menuruni lembah yang hanya berjarak beberapa meter dari jalan raya antara Garut-Tasikmalaya, kita akan menemukan diri "menembus waktu" ke tengah-tengah suasana alam permai Kampung Naga, sisa-sisa kehidupan ramah lingkungan yang bisa bertahan di tengah hiruk pikuk modernisasi.
Mulud adalah acara tahunan yang dirayakan dengan membaca riwayat leluhur, pesta tumpeng dan wajik.
Ternyata tidak sepenuhnya alami, bilik semua rumah telah dicat putih rapi.
Walaupun saluran kabel listrik tidak ditarik ke kampung ini, beberapa rumah terlihat sudah memancangkan antena televisi. Ruang tamu dihias dengan kalender bergambar Aa Gym.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar