Sabtu, 14 Maret 2009

Quis custodiet ipsos custodes?

W h o . W a t c h e s . t h e . W a t c h m e n ?

*** Komik alias Novel Grafiknya ***


http://www.dccomics.com/sites/watchmen/

Gambarnya bagus, ceritanya sangat daleummm, tapi... mengganggu. Bagi saya yang saat membacanya masih remaja, bikin stress berat. Mungkin kalau saya baru menemukannya setelah lewat tengah baya, akan sangat mengena.

Sebuah kisah terperinci mengenai berbagai segi post-power syndrome dua generasi pahlawan bertopeng, yang berusaha sekuat tenaga menegakkan kebenaran keadilan dan kemanusiaan di dunia ini.
Kebenaran Keadilan dan kemanusiaan seperti apa?

ozymandias Bagi saya sampai saat ini, moral objektif seperti yang dianut Rory. Tapi mungkin kalau sedang bete, selera humor Comedian bisa cocok. Sedangkan kalau sempat menggunakan kecerdasan untuk meraup banyak duit, logika Ozy akan lebih diterima. Si Doc ga usah diperhitungkan, anggap saja dia sudah bukan manusia lagi (yah setidaknya dia menambah jajaran makhluk-makhluk biru selain Smurf dan Doraemon). Yang dua lagi sih, peduli amat.

Agak sulit membahasnya, karena komik ini merupakan kritik cerdas terhadap genre superhero, sementara saya sendiri belum sanggup memperbandingkannya dengan komik-komik superhero lainnya. Ya, beberapa tokoh bisa saya kenali, mirip siapa, menyindir siapa. Tapi belum yang lainnya. Karena saya mengalami masa balita dalam timbunan bande dessinée, dan masa kanak-kanak kebanjiran manga, tidak pernah benar-benar terjerumus ke dalam komik khas Amerika.

Yang membuat saya mulai membacanya bukanlah karena komik ini masuk ke dalam jajaran seratus novel terbaik versi majalah Time, atau karena menang penghargaan Hugo Award, atau memberi polesan nama baru terhadap komik sebagai "graphic novel", tapi semata gara-gara di diskusi alt internet (masa awal-awal globalisasi tuh) orang-orang Amerika yang juga berpengalaman membaca manga & bande dessinée, ternyata masih meletakkan Watchmen ke dalam urutan teratas. Wah, komik mana pula yang dinilai melampaui Akira, Tintin dan Kaze no Tani no Nausicaa? Penasaran tentunya.

Yang saya paling suka, adalah narasi bertingkat melalui komik bajak laut (tentu saja, secara BAJAK LAUTTT gitu loh!!!) yang dibaca seorang anak nongkrong setiap hari di kios majalah. Di tempat lain terjadi berbagai aksi, di sini dia diam bergeming tapi dengan kepala penuh petualangan. Mungkin itulah yang dialami pembaca komik ini, ketika di belahan dunia lain sedang terjadi segala macam peristiwa.

Akhir ceritanya agak aneh, tapi memang fenomenal.
Sayang agar tidak membingungkan, sang gurita diganti dalam film.
Bahkan HITLER pun kecewa terhadap perubahan ini.

*** Film Layar Lebarnya ***


http://watchmenmovie.warnerbros.com/

Kalau bukan karena the beginning is the end is the beginning yang jadi OST teasernya serasi banget dengan suasana yang dibangun (mengesampingkan kenyataan bahwa kembaran dari lagu ini pernah muncul di film gagal), atau viral marketingnya yang lumayan menarik di The New Frontiersman dengan slogan "Better Blue than Red", atau lomba iklan Veidt di youtube dst, saya gak akan memaksakan diri untuk menonton sesegera mungkin, apalagi saya sempat risih menonton trailernya bahwa Rory membisikkan satu kata yang seharusnya tak terucap, "Watchmen... one of us died tonight."


Sang sutradara tampak berusaha menampilkan bingkai demi bingkai sepersis komiknya, tapi di sana-sini juga menambahkan beberapa dialog pengantar demi mempermulus alur cerita yang diringkas, dan memasukkan secuil info yang seharusnya diperoleh melalui sisipan dalam berbagai bentuk metafiksi yang tampil di sela-sela komiknya.
Sayang sekali dalam hal ini komik bajak lautnya dilepas sebagai satu sesi animasi khusus, dan tidak dapat dijalin ke dalam cerita aslinya. Juga rentetan kilas balik Silk Spectre yang tercetus oleh berbagai adegan yang melibatkan cipratan air, yang saya sangka sudah sangat sinematis, sama sekali tidak terwujud dalam film ini.
Veidt sejak awal tampil sebagai orang yang tampak menyebalkan dari sudut senyumannya, sehingga segala logika niat baiknya yang salah kaprah jadi terabaikan dan tidak dapat dipahami dengan besar hati.
Selain itu luka di wajah Eddy Blake hanya menjadi carut biasa, tidak sampai menyobek mulut seperti Togog, tentu karena terlanjur keduluan oleh Joker versi The Dark Knight. Percikan darah di lencana smileynya juga tidak berbentuk sebagaimana mestinya.
Yang patut diacungi jempol, topeng Rorschach yang berubah setiap saat dan Walter Kovacs yang diperankan begitu memukau. Anehnya ketika dia mati, Nite Owl menyaksikan dengan jelas. Seharusnya sahabat baik hanya hidup tenang kalau tidak tahu apa yang terjadi.
Memang menjadi tantangan, bagaimana mungkin film ini mampu menampilkan segala kerumitan yang disampaikannya secara tetap kompak dalam format yang berbeda dari komik?

Masalahnya ternyata banyak orang yang belum kenal siapa Watchmen, sehingga menyangka mereka ini pahlawan di lingkungan tetangga yang ramah pada anak kecil seperti kartun-kartun Sabtu pagi, sehingga berbondong-bondong membawa bayi balita ikut menonton.

Tidak ada komentar: