Berikut wawancara dan liputan eksklusifnya (youtube).
Ken Minta Putus Lagi
Versi Indonesia bisa ditonton di http://www.greenpeace.or.id/barbie
(silakan sekalian tanda tangani petisinya).
Ken® marah dan bersedia menjadi jubir Greenpeace di FB, sampai memanjat gedung untuk memasang spanduk di Mattel California dan Piccadily Circus London:
"Barbie, kita putus! Aku nggak mau pacaran sama cewek yang merusak hutan! Cewek yang mengancam hewan unyu bikin aku sebal!"
Pertengkarannya bisa disimak via twitter @Ken_talks vs @Barbie.
...
Namun, muncul tanda tanya, bagaimana dengan Ken® sendiri? Mengapa mempermasalahkan kemasan pembungkus, sementara gaya hidup makhluk yang dibungkusnya jauh lebih tidak berkelanjutan? Padahal, baru saja dia berjuang merebut kembali hati Barbie® (setelah berkenalan 50 tahun dan sempat berpisah selama 7 tahun), buang energi demi berkampanye besar-besaran sambil melempar pernyataan gombal semacam "aku ingin kau kembali" "kaulah satu-satunya boneka untukku" "kita mungkin hanya plastik tapi cinta kita sejati!" cieee...
Walaupun mungkin tidak tepat sasaran, dan bisa membuat salah paham kalau tidak menelusuri masalahnya lebih dalam, jelas gembar-gembor ini sangat keren.
Cukup menyentak perhatian orang, termasuk saya.
Mattel pun tampak berusaha turun tangan walaupun sambil protes bahwa mereka tidak secara langsung terlibat. Apa pengaruhnya terhadap pemerintah Indonesia, yang melaksanakan moratorium penebangan hutan dengan enggan, patut kita nantikan.
Karir Tahun Ini: Barbie® Arsitek
Kebetulan, musim panas tahun ini akan menandai pertama kalinya Barbie meniti karir arsitek dalam barisan "I Can Be..." setelah sekian lama ia terjun dalam beragam profesi mulai dari model, aktris, dokter, astronot, pembalap, tentara, kasir McD maupun pengantin (eh, lho, kenapa itu dihitung karir, bukan ibu rumah tangga?)
Arsitektur sempat terpilih oleh masyarakat sebagai cita-cita Barbie pada 2002, namun saat itu Mattel memutuskan bahwa profesi ini terlalu rumit untuk dipahami anak kecil. Tahun lalu ia kalah suara dari Insinyur Komputer, dan baru tahun ini diterima. Dua orang arsitek perempuan yang selama ini memperjuangkan Barbitect, diangkat sebagai penasihat untuk menjaga boneka ini otentik terhadap karirnya.
Ada yang bilang, mungkin sesungguhnya Barbie memang cocok menjadi seorang arsitek, karena boleh dikatakan dengan ukurannya yang tidak seimbang itu, wujudnya sendiri merupakan hasil penguasaan kemustahilan struktural.
Seperti Apa Sih Penampilan Arsitek Sejati?
Mattel menyebut penampilan Barbitect sebagai "gaya simetris dengan warna tegas dan garis bersih" dengan gaun biru dan pink bergambar gedung pencakar langit, sepatu bot hitam hak tinggi dan jaket hitam pendek. Dia memanggul tabung gambar pink untuk cetak biru, membawa serta helm pengaman, sementara kacamata berbingkai hitam bertengger di kepalanya.
Bagaimana penampilan ini mewakili arsitek perempuan?
Arsitek-arsitek muda teladan pun turut berkomentar.
...
- Stereotip standar busana arsitek adalah celana panjang dan baju berkerah kura-kura berwarna hitam, selain kacamata berbingkai hitam yang kebetulan dia miliki.
- Warna pink pasti selayaknya dihindari karena cenderung menimbulkan kekacauan komunikasi di lokasi konstruksi. Sebab, pada umumnya para kontraktor membenci warna banci.
- Rambut pendek agar mudah disisir, wajah tanpa rias dan ada kantung mata dan kerutan kening sisa bergadang berhari-hari. Selalu siap dengan segelas kopi hangat.
- Pakaiannya perlu ditambah seragam olahraga pink kinclong yang adem ayem untuk bergaul bersama keluarga di hari libur. Juga harus ada scarf.
- Dan walaupun punya helm pengaman (yang kebetulan tidak pink!) sesuai pedoman pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku, rok pendek dan sepatu hak tinggi jelas belum memenuhi syarat karena menyulitkan naik tangga. Sayangnya, bentuk kaki Barbie tidak memungkinkan dia memakai sepatu bersol rata!
- Beberapa orang lain menyinggung bahwa tabung gambar cetak biru sudah ketinggalan zaman. Bukankah kini arsitek menggunakan iPad dan inFocus untuk menampilkan rancangannya?
Sebaliknya ada juga yang mengacungkan jempol, bahwa sudah saatnya citra arsitek perempuan yang selama ini seakan harus tunduk kepada gaya maskulin diberi sentuhan feminin. Dan bahwa selain di lapangan, banyak kok arsitek perempuan yang mengenakan sepatu hak tinggi dengan leluasa. Kenapa harus berbaju hitam kayak mau berkabung, siapa bilang arsitek tidak boleh pakai pink?
Kenyataannya, Barbitect bukanlah sebuah terobosan di dunia boneka. Sebagai tandingan Barbie, sepuluh tahun yang lalu, pada 2000, sebenarnya Smartees sudah memproduksi Amanda arsitek, dengan aksesori lengkap helm pengaman, kalkulator, penggaris, jangka, koper, bahkan ada meja gambarnya segala! Namun sayangnya proporsi sang boneka belum jauh dari Barbie, dan tentu saja Barbie sebagai ikon budaya pop yang mendunia dianggap akan berdampak lebih jauh terhadap pandangan masyarakat umum.
Kalau menurut pengalaman saya sendiri sih, aksesoris yang kurang pada Barbitect maupun Amanda adalah apa itu namanya pita pengukur/meteran gulung.
Anggota PCP (Perfect Crime Party, manga karya tokoh-tokoh utama Bakuman) saja selalu membawa meteran gulung itu ke mana-mana (jadi gantungan HP), adik saya sendiri bahkan menamai meteran gulungnya 'Legolas', masa si Barbitect ini tidak.
Yang lebih penting, apakah ketepatan gaya penampilan dan perlengkapan sang boneka akan mempengaruhi pandangan anak-anak terhadap profesi tersebut?
Pengaruh Budaya Pop terhadap Cita-cita Anak-anak
Patut dipertanyakan, seberapa besar sih peran Barbie terhadap kesempatan kerja di kehidupan nyata dan keputusan karir masa depan sang anak yang memainkannya, saat ia dewasa nanti?
Adakah survei mengenai peran-peran Barbie sebelumnya, seperti astronot, yang membuktikan pengaruhnya terhadap cita-cita anak-anak generasi tersebut?
Apakah dengan memainkan Barbitect, anak-anak pasti akan senang membuat cetak biru bangunan?
Atau hanya sekadar menggonta-ganti baju tanpa tertarik pada aspek arsitekturalnya?
...
Lebih banyak lagi yang protes, bahwa Barbitect memberikan kesan yang salah kepada anak-anak, seakan-akan bukan otaklah yang diperlukan, melainkan tampang dan gaya yang utama. Seakan-akan kalau mau jadi profesional, intelektual, sarjana, pintar saja tidak cukup, kamu tetap harus cantik. Sejak insiden pengakuan Barbie kesulitan matematika 11 tahun berlalu, apakah kini Barbie terjamin telah lebih cerdas? Apakah dengan menyaksikan tokoh kecantikan ini tampil sebagai intelektual, anak kecil akan terberdayakan?
Untuk mendorong anak kecil jadi arsitek tentu lebih cocok main balok, lego, dll yang memberi sensasi desain dan konstruksi, mengasah kemampuan spasial, rasa estetik, keterampilan merencanakan, dan kebiasaan kerja sama.
Namun mungkin, selama orang tua masih memilih mainan dengan bias gender, adanya Barbie arsitek sudah lumayan menguak pengalaman dunia alternatif dan penyelesaian masalah, dengan memilih apa yang akan dia pakai ke kantor, belanja di toko material, menyambangi tukang, menghadap klien, dll
(walaupun tentu lebih bagus lagi bila anak-anak perempuan mulai tertarik main balok).
Seseorang menyoroti bahwa sesungguhnya masalah yang dihadapi dunia arsitektur saat ini bukanlah dalam tahapan merayu para gadis agar tergiur menjadi arsitek, buktinya jumlah mahasiswi arsitektur cukup tinggi, melainkan dalam tahapan bagaimana membuat para arsitek perempuan bertahan di dalam profesinya dan mengambil izin arsitek.
Jika tujuannya promosi, sebenarnya yang harus jadi sasaran untuk membuat profesi ini tampak menarik adalah remaja.
Harus ada peringatan di kotaknya "mainan ini bagus untuk anak kecil tapi tidak dapat dijadikan gambaran akurat untuk remaja usia 16-22 yang sedang serius mempertimbangkan mengejar profesi ini."
Lomba Merancang Rumah Impian Ramah Lingkungan
Sorotan paling kritis adalah terhadap maket yang menyertai Barbitect. Dengan bahan plastik pink yang sedemikian, bagaimana Barbitect diandalkan merancang rumah masa depan berkelanjutan?
Apalagi mengamati seleranya selama ini, dari rumah impian Ken® di Toy Story 3 yang bernuansa ungu, kuning krem dan biru muda elektrik, toko di Shanghai, sampai rancangan Jonathan Adler di Malibu menyambut ulang tahun ke-50 Barbie®, hanya lagak kemewahan pink norak dengan sentuhan dewasa narsis hedon hura-hura yang tampak, belum ada bayangan sosok perempuan mandiri yang tekun, apalagi konsep hijau sertifikasi LEED® (Leadership in Energy and Environmental Design).
AIA (Institut Arsitek Amerika) berusaha menengahi kontroversi ini dengan mencanangkan Lomba Merancang Rumah Impian Barbie Ramah Lingkungan sejak 16 Mei-27 Juni 2011, terbatas anggota AIA.
Mereka menekankan agar tidak terlalu serius menghadapi boneka ini, cukuplah sambil "bermain dan bersenang-senang" dan "think pink" sesuai dengan panduan dari Barbie sendiri:
- Sebuah rumah kantor yang rapi dan cerdas adalah penting untuk setiap boneka. Dengan lebih dari 125 karir, saya perlu kantor luas yang dapat menampung peralatan canggih saya untuk pertemuan, kunjungan klien dan presentasi.
- Saya suka menghibur maka saya perlu ruang duduk dan ruang makan yang terbuka dan terhubung, memungkinkan untuk berbaur dan mudah menghibur dari satu ruangan ke ruangan lain.
- Dapur harus fungsional dan keren dengan peralatan mutakhir, meja besar dan banyak ruang untuk memasak. Saya juga suka cahaya alami di dapur saya sehingga wajib ada jendela. Saya koki yang lumayan ahli, lho!
- Sebagai "fashionista" sejati, Anda bisa bayangkan perlu seberapa besar lemari saya! Saya memiliki busana dan perhiasan tak terbatas, maka saya perlu banyak ancak, rak sepatu dan kabinet yang dapat mudah diatur – berdandan setiap hari tidak boleh menjadi kerepotan.
- Kamar mandi impian: ruang yang besar dan bergaya, dapat diakses dari kamar tidur utama dan ruangan lainnya.
- Saya suka hewan dan saya memiliki lima ekor hewan peliharaan (termasuk jerapah) setiap saat. Sebuah halaman belakang yang luas sangat penting agar mereka dapat berkeliaran dan bermain!
- Sebagai "Gadis California" asal Malibu, saya mengutamakan lokasi, lokasi, lokasi! Rumah saya harus memiliki pemandangan yang menakjubkan di halaman belakang dan menghadap laut.
"Alangkah jarang seorang perempuan tahu apa yang dia inginkan!"
Apalagi sebagai klien!
Eh? Kok malah jadi klien?
Lho lho lho, Barbie, bukankah kamu tahun ini lulus ujian jadi Arsitek bersurat izin, kenapa tidak merancangnya sendiri???
Tentu banyak rumah boneka yang dikategorikan ramah lingkungan, seperti ini, ini dan ini, tapi pastilah tak ada yang sudi memenuhi syarat-syarat di atas.
Lomba Merancang Busana Barbie Perusak Hutan Hujan
(25/06/2011) Tambahan pilihan 126 profesi, Greenpeace menawarkan karir yang lebih tepat, yaitu Barbie "perusak hutan hujan", lengkap dengan aksesori gergaji mesin dan buldoser pink.
Tak kepalang tanggung menyaingi AIA, mereka juga membuka CONTEST: Design a Rainforest Destroyer look for Barbie.
Pemenang akan memperoleh hadiah selembar kaos pink "Barbaric", bergambar siluet Barbie memegang gergaji mesin...
Kelemahan lomba ini, untuk mengikutinya peserta harus punya Barbie dulu, dong... Atau mungkin memang sasarannya adalah meningkatkan kesadaran para pemilik Barbie. Yang jelas saya tidak bisa ikutan.
Arsitek (dan Boneka) Ramah Lingkungan?
Karena dulu sibuk mengurus adik (yang mengaku-aku arsitek), dan adik-adik sepupu (juga kuliah arsitektur), saya sebenarnya tidak terlalu peduli terhadap boneka, hanya kebetulan menikmati pemberitaannya saja.
Kalau anak-anak Anda membutuhkan teladan boneka, saya usulkan Yotsuba&! yang memang kisahnya beredar di seputar isu ramah lingkungan:
- Pemanasan GlobalNyaris hanya dialah satu-satunya boneka yang saya rela beli sendiri.
- Daur Ulang
- Ruang Terbuka
- Penghijauan
- Hemat Energi
- Bebas Polusi...
...
Masalahnya, berdasarkan peringatan di kotaknya, Yotsuba&! ini mainan untuk usia 15 tahun ke atas walaupun aslinya berusia 5 (tepatnya 10) tahun, sementara Barbie tercantum untuk usia 3 tahun ke atas walaupun aslinya berusia 20an (tepatnya 52) tahun... Aneh ya?
Kalau teladan arsitek, selebritas Bandung yang dielu-elukan oleh ikatan alumni SMA saya kayaknya sih sering juga pakai kaos kerah kura-kura dan kacamata berbingkai hitam, tapi sayangnya ia juga menjadi bintang iklan rokok, hal yang menurut saya bertentangan dengan konsep ramah lingkungan. Yang jelas, belum ada yang saya kenal terpikir untuk merancang rumah boneka.
Saya pun ingin membangun rumah Yotsuba, dan saya rasa IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) perlu juga menyelenggarakan lomba merancang rumah Unyil, rumah Cepot atau rumah siapalah boneka lainnya yang akan lebih mendukung pelestarian hutan hujan Indonesia.