Minggu, 03 Juli 2022

Mangkutak Alam

Nama ini unik juga ya, mengotakkan alam? Apakah menyiratkan kesan picik karena berpikir "inside the box"  atau mungkin maksudnya terbagi-bagi? Tapi bukankah terkadang itu juga perlu? 

Kaba Sabai nan Aluih adalah kisah girl with gun before it was cool, jauh mendahului tren komik amrik yang sepertinya kini fetish terhadap sosok cewek-cewek main senjata api ... 🔫

Disebut sebagai cerita rakyat, mungkin dari suatu peristiwa yang banyak digunjingkan orang di suatu masa dan Tulis Sutan Sati hanya menyadurnya ke dalam buku.

Ceritanya adalah tentang seorang gadis lemah lembut yang diwanti-wanti oleh ayahnya agar duduk manis menenun di rumah kecuali disuruh bepergian oleh orang tua. Namun, ia terpaksa angkat bedil karena ayahnya dibunuh oleh orang yang ditolak meminangnya.
Mangkutak Alam, adiknya tersayang yang dimanja orang tua, berkulit hitam legam karena asyik bermain layang-layang, dianggap pengecut karena tidak mau membantu membalaskan dendam sang ayah.
Benarkah?
Bukannya tindakan Sabai itu emosional impulsif dan berbahaya, tanpa perhitungan, serta main hakim sendiri? Mengapa tidak melapor dan menyerahkannya kepada pihak berwenang? Apakah Sabai tidak ditindak secara hukum begitu melakukan pembunuhan?
Menjadikan tindakan Sabai sebagai suri tauladan adalah bertentangan dengan Pancasila (?)
Tentu saja di masa itu bisa jadi lebih parah daripada sekarang, pihak berwenang tidak dapat diandalkan, pihak lawan punya harta dan kuasa, korban tak berdaya.
Rasanya tidak salah juga jika Mangkutak Alam berusaha menyelamatkan diri, tidak mau terhanyut dalam dendam, daripada mati konyol sia-sia ...
🤔

Tidak ada komentar: