"Terpenjara Wisata Kemanusiaan" "Membiayai Humanisme"
"Untuk kita ke Tuhan" (???)
"
"Sedia nazi goreng/uduk/rames"
"Tsunami Award untuk Tenda Terapih"
"Aku suka Bandung tapi lebih cinta kamu"
...
...
Demikianlah bunyi corat-coret di langit-langit tenda yang kami tatap setiap saat, dihiasi juga dengan aneka karikatur dan nama-nama alias.
Tampaknya tim perintis sebelum ini pujangga semua...
Tapi memang berada di sini seakan berwisata. Terbebas dari suatu rutinitas yang mungkin ada dalam hidup selama ini, dan terperangkap di sebuah lingkungan baru. Hari-hari berlalu dalam siklus yang nyaris tetap, namun dengan corak yang beragam dan penuh tantangan:
0600 Shubuh, piket masak mulai menanak nasi
0700 Sirine "nguiiiik, nguiiiik" dikumandangkan melalui toa...
- - Karena banyak yang protes, setelah beberapa hari diganti menjadi
- - himne Indonesia Raya.
0800 Makan pagi, berberes-beres, belanja ke pasar
0900 Berangkat ke tujuan masing-masing:
- - Menemui pejabat-pejabat berwenang;
- - menyelenggarakan permainan di SD;
- - berbelanja bahan bangunan; mengukur-ukur;
- - foto-foto; turun ke lapangan...
1200 Kembali ke tenda, piket masak, mandi, bergolek di rerumputan...
1300 Shalat Dhuhur, makan siang
1400 Bergerak kembali ke pekerjaan
- - Diiringi alunan lagu "Rumah Kita" dari BigMama FM radio:
- - memasang pipa-pipa; mengajar SMP; mengatur tukang;
- - mengangkut barang; membuat program; survei keliling...
1700 Pulang mandi, piket masak, bakar-bakar sampah,
- - bermain origami dengan anak-anak sekitar
1800 Jalan-jalan sore ke pantai
1900 Maghrib, makan
2000 Dantim dan beberapa orang ke Kompi C- - untuk rakor dengan Satkorlak dan numpang buka internet
- - mumpung sepi tak perlu antre dengan tentara
- - Yang ditinggal akan kasak-kusuk menggelar
- - atau bergitar-gitar memandang bulan
2300 Briefing, evaluasi dan penyusunan rencana esok hari

2400 Piket jaga malam giliran I: hihi, buat apa?
- - Masih pada bangun semua...
- - anak arsitek mulai menggambar
0200 Piket jaga malam giliran II: main kartu... Beberapa orang sudah tumbang.
- - Saat yang paling tepat untuk mengamati fenomena MENGIGAU
- - yang menimpa beberapa orang tertentu: terutama si KaSep
- - yang paling terbebani sampai bisa memberikan perintah
- - dan berdialog rapat dalam lelapnya.
- - anak arsitek main game komputer
0400 Piket jaga malam giliran III: hening... (ketiduran semua?)
- - anak arsitek sudah terkapar
0600 Shubuh, piket masak mulai menanak nasi


Kabarnya payung kuning dipajang sebagai lambang kebangsawanan. Apalah artinya ketika segalanya musnah dalam sekejap...
Terlebih dahulu kami harus menuntaskan tugas pertama di Medan, titipan dari tim yang mendahului ke sana. Uang kas melimpah ruah yang baru diturunkan oleh t Sali dari bank, membuat semua merasa kaya sesaat. Walaupun segera lenyap lagi di toko material...
Ternyata berbelanja bahan konstruksi bukanlah pekerjaan mudah, walaupun masih menyangkut skala kecil, sekitar seratus juta-an... Perlu dua tronton untuk mengangkut semuanya, karena total berat barang mencapai 13 ton, belum ditambah bawaan pribadi.
Menghabiskan waktu bersama memang kesempatan baik untuk sejenak menyiapkan mental menghadapi segala kemungkinan, dan konsolidasi kelompok. Seperti menemukan, bahwa ternyata teman seperjalanan kami adalah anak-anak yang bisa diandalkan dalam berbagai situasi menegangkan.
Untungnya penumpang (Sopir, kenek dan Didit) hanya sedikit tergores dan terkilir.
Walaupun ada dua vegetarian di tim kami, sementara acara makan dimeriahkan dengan berbagai
Tapi ternyata banyak juga yang tak tahu seperti apa Medan sebenarnya. Seperti dikeluhkan oleh para senior yang hidup di sana, mereka selalu ditanyai oleh orang yang mau ke sana: "Di Medan ada flashdisk gak? Ada VCD player gak? Kalau bawa pentium4 bisa hidup gak?" Seakan di udik saja, padahal Medan adalah sebuah kota metropolitan, kota ekspor-impor dan bisnis serba ada yang punya beragam Mal tak kalah dari Jakarta. Ada Sogo... BUNDARAN HI pun ada!
Mari, mari, siapa saja, janganlah ragu untuk mendaftar menjadi Legion I, Resimen III, Batalyon II, Century I 