Mungkin umumnya anak-anak abad 20 mewarisi impian primordial sang Ikarus untuk dapat terbang menggapai langit biru, mengagumi sang burung besi. Entah mengapa, aku justru lebih memuja ular besi yang meliuk-liuk melata di atas bumi.
Sempat seurieus mau melamar menjadi pegawai PTKAI, jadi masinis kek, tukang periksa rel kek, apa pun semata demi memuaskan marontisme (tepatnya, train fetish) tersebut. Sayangnya tidak mendapat informasi lowongan kerja.
Terpikir untuk nekat sok kenal dengan Hatta Rajasa, namun urung begitu terjadi kecelakaan beruntun tahun lalu (dan oh, juga kini). Rasanya belum berani memikul tanggung jawab yang melibatkan sekian banyak nyawa manusia secara langsung.
***
Padahal tanpa perlu terlibat suspense di Trans Siberia, melangit bersama Metera di Ginga Tetsudou 999, bersembunyi di balik kekuatan magis Platform 9 1/4, ataupun melesat menjumpai santa di kutub utara, sosok kereta api itu sendiri memang sudah menakjubkan apa adanya. Terukir dalam sejarah sebagai penggebrak revolusi industri...
Shinkansen: Kereta Peluru, revolusi kedua
Menaiki kereta semacam ini memang terasa betapa cepatnya... Tapi entah mengapa sulit dinikmati. Setengah jam pertama terkagum-kagum memandang ke luar jendela, dua tiga jam berikutnya puyeng mata berputar tujuh keliling.
Sampai-sampai ada orang yang menerbitkan buku gak penting yang membahas segala macam lokasi bersejarah di sepanjang jalur, lengkap dengan jadwal dilalui masing-masing keberangkatan.
"Yak, saudara-saudara, saat ini di jendela sebelah kanan, kita bisa melihat sebuah warung mi kuah langganan juara sumo kelurahan. Dan tiga menit dua detik lagi di sebelah kiri, adalah pohon tempat menambatkan saudara sepupu dari kuda kesayangan kaisar..." Kira-kira semacam itu lah???
Maglev: Kereta Bersayap, revolusi ketiga.
Terangkat dengan teknologi magnet superkonduktor yang membuatnya bebas gesekan. Yang masih dalam tahap percobaan di Yamanashi dengan lokomotif dalam foto di atas telah menghasilkan rekor 581km/jam bermasinis. Tentunya hanya akan efektif untuk menghubungkan tempat yang sangat jauh, dan dianggap tidak aman untuk orang berpenyakit jantung.
Linimo (Toubu Kyuuryou sen) yang sudah dioperasikan secara komersial sejak Aichi Banpaku adalah maglev otomatis dengan kecepatan rendah 100km/jam, bebas polusi udara dan polusi suara... hening dan tenang. Tapi karena kunaiki di masa Expo, uwaah masuk keluarnya antre berjam-jam, sampai tiap stasiun perlu mengerahkan ratusan hansip dan satpam, payah. Dan masih harus berhenti kalau diterpa angin.
Sempat terpikir: Jangan-jangan segala semangat menantang percepatan itu adalah perwujudan "berjalan di muka bumi dengan angkuh" seperti yang terlarang dalam Al Quran. Sudah basikah pepatah "biar lambat asal selamat"? Bukannya berjalan kaki lebih hemat energi bebas polusi? Karena ketika kita menggapai kejauhan dengan percepatan sedemikian rupa, kita justru berpaling dari sepanjang jalan di antaranya...
Indonesia masih heboh menginginkan MRT. Tapi apakah dalam situasi dan kondisi perkeretaan seperti sekarang, MRT bisa jadi penyelesaian keruwetan lalu lintas Jakarta sebagaimana orang tua Bruce Wayne memajukan Gotham?
Baiklah sebagai pelarian, untuk melipur lara, singkirkan filosofi, mari wisata kereta (sisa draft Oktober lalu, tersia-siakan).
Stasiun Kyoto
Bangunan megah berarsitektur ultramodern, seakan pesawat alien interdimensional mendarat di antara kuil-kuil tradisional. Konsep ruang terbuka yang ditawarkan di sini memang sangat menarik untuk tempat nongkrong. Selain menampung segala macam jalur kereta Kyoto, stasiun utama ini juga berfungsi sebagai pusat perbelanjaan dan pertukaran kebudayaan. Di sayap kanan ada panggung teater yang menampilkan sandiwara broadway versi Jepang, serta bioskop kecil plus perpustakaan yang menayangkan karya-karya Osamu Tezuka.
Museum Lokomotif Uap Umekoji
Tempat berkerumunnya anak TK bergiliran dari berbagai sekolah seputar Kyoto.
Bekas stasiun kuno, satu setopan di belakang Stasiun Kyoto.
Kini beralih fungsi sebagai museum yang memarkirkan puluhan lokomotif uap bersejarah sejak satu setengah abad lalu. Ada lokomotif yang beroperasi pada jam-jam tertentu di siang hari, bisa dinaiki dengan tiket 200 yen. Ada beberapa peragaan diorama. Ada atraksi peluit uap dari lokomotif kecil yang berputar sebelum masuk hanggar berbentuk kipas. Tempat yang tepat untuk bernostalgia.
Romantic Train Torokko
Jalur sepanjang lebih dari 7 km, dari Sagano melalui Arashiyama sampai Kameoka, dengan beberapa gerbong terbuka untuk menikmati keindahan alam sepanjang sungai. Melalui hutan bambu, barisan pohon kaede dan sakura... Setiap musim menampilkan keindahannya masing-masing, dan untuk hari-hari pendek, ada light-up di keberangkatan sore. Kereta akan berhenti di titik-titik tertentu untuk memberi kesempatan penumpang mengintip jurang-jurang curam dan berarus deras.
Eizan Dentetsu
Selain tujuan Kurama yang diceritakan dulu, juga ada tujuan akhir gunung Hiei. Salah satu gunung sakral di Kyoto (markas rahasianya hmh, itu Shishio samurai yang dibalut perban itu, uh gak penting)
Keihanna
Keihan menghubungkan Kyoto Demachiyanagi dan Osaka Yodoyabashi (iklan tvnya sering lucu). Tapi Keihanna jalurnya kintetsu (huhuh lieur) bersambung ke arah Nara - Kansai Science City. Nama jalurnya terdengar seperti bidadari di pegunungan kaukasus sana...
Gerbong Merah Jambu
Gerbong yang disediakan khusus untuk perempuan pada jam-jam sibuk, demi menyelamatkan para office lady dari serangan chikan. Ya ya, negara paling sekuler justru lengkap dengan sarana pemisahan gender.
Yang paling mencolok mungkin gerbongnya Hankyu Kawaramachi-Umeda yang benar-benar serba merah jambu. Herannya, terkadang masih ada saja bapak-bapak yang menyelinap ke gerbong itu. Apa gak malu yah, ngepink gitu loh.
Densha Otoko
Fairy tales cowok yang diangkat dari kisah nyata pada messageboard internet selama tahun 2004 (yang mungkin juga sengaja diada-adakan). Laris manis sebagai film, drama, novel dan manga. Setidaknya patut dicatat di sini karena memang diawali pertemuan di atas kereta, walaupun keseluruhan cerita berfokus pada kehebohan bermessageboard di internet dan dunia otaku...
Umiressha
Ternyata masih ada mimpi yang belum terkabulkan oleh kereta api... Menempuh jalur air seperti dikhayalkan Sen to Chihiro no Kamikakushi atau OP episode Puffing Tom dan Rocketman menembus tsunami...
Pacar Ketinggalan Kereta
Ngomong-ngomong, pasang judul ini tapi tak paham maknanya. Sempat nonton waktu SD, tapi yang terkenang hanya Alex Komang berjingkrak a la Jacko. Ceritanya tentang apa ya? Lupa, gubrags deh...
3 komentar:
http://www.kereta-api.com/
Yaha... alamat gitu mah siapa juga bisa ngegoogle atuh neng, sayangnya sedang down, maka kucopot dari posting kali ini.
Iyah. Coba kalau menyimak perjalanan, sepanjang jalur kereta Bandung-Jakarta aja berapa banyak perumahan RSS yg tersia2, pemukiman kumuh, tumpukan sampah, pabrik2 pencemar, dll. Sekarang orang maunya lewat tol mulus aja
Posting Komentar