Sebagaimana kata isogashii, dalam huruf kanji digambarkan dengan hati dan lupa: "sibuk" = "melupakan hati".
Ketika mulai merasakan kelelahan, dan berhenti sesaat mempertanyakan untuk siapa kita bekerja? Untuk diri sendiri, atau uang? Walaupun memiliki uang untuk membeli kebahagiaan, disadari bahwa keluangan waktu untuk berbahagia tak dapat dibeli dengan uang...
Konsep Slow Life memperoleh semakin banyak perhatian di kalangan masyarakat negara maju yang kapok melalui hari-hari dengan kecepatan tinggi yang memusingkan dan semakin meningkat, dunia yang meletakkan perolehan keuntungan di atas kelestarian alam, kesejahteraan material di atas kesehatan lingkungan, kerja daripada keluarga, dan kesuksesan finansial di atas ketenteraman jiwa.
KIPA (Kansai International Photographers Association) telah memilih "Slow" sebagai tema pameran Kyoto mereka berikutnya untuk menyediakan gambar-gambar yang menantang pemikiran mengenai pace keseharian. Pameran ini diselenggarakan di Prinz Gallery Kyoto (uhm, beberapa langkah dari vila bambumuda) dari 10 Juni sampai 9 Juli 2006.
Di akhir abad 20, Jepang menjunjung tinggi dan menggapai gaya hidup "cepat, murah, mudah, sangkil" yang membawa mereka pada kesejahteraan ekonomi. Namun, itu juga menimbulkan masalah seperti ketidakmanusiawian, penyakit masyarakat, dan pencemaran lingkungan. Beberapa dari mereka pun berusaha maju dengan semboyan "Hidup Lambat" untuk meraih gaya hidup "lambat, tenang dan nyaman", dan berubah dari masyarakat produksi-dan-konsumsi-massa ke masyarakat yang tidak hectic, dan mengagumi apa yang kita miliki dan hati.
Manusia hidup sekitar 700800 jam (dengan memperkirakan usia rata-rata 80 tahun), yang kita habiskan 70000 jam untuk bekerja (memperkirakan kita bekerja selama 40 tahun). Sisa 630000 jam dihabiskan untuk aktivitas lain, seperti makan, belajar, dan bersantai, termasuk 230000 jam tidur. Sampai sekarang, orang Jepang biasa memfokuskan hidup mereka pada 70000 jam kerja ini, mencurahkan hidup mereka pada perusahaan. Namun, dengan asas "Slow Life", kita akan memberi perhatian lebih pada 630000 jam di luar kerja untuk memperoleh kebahagiaan sejati dan kedamaian pikiran.
Praktek "Slow Life" juga dijadikan kebanggaan oleh beberapa pemda/pemkot setempat, sebagai program kerja mereka, mempromosikan daerah masing-masing sebagai tempat yang mengusung gaya hidup nyaman dan pikiran yang tenang, menggapai kepuasan dan mutu kehidupan.
Terkandung delapan gatra garis besar perencanaan kota dan gaya hidup abad 21.
SLOW PACE: menghargai budaya berjalan kaki dan bersepeda, agar bisa bugar, menekan kecelakaan lalu lintas dan menghemat bahan bakar.
SLOW WEAR: menghargai dan mengagumi busana adat yang indah, termasuk kain tenun dan celup, kimono dan yukata.
SLOW FOOD: menikmati budaya boga, makanan khas Jepang dan upacara minum teh, dan menyelamatkan bahan makanan lokal.
SLOW HOUSE: menghargai rumah yang dibangun dengan kayu, bambu, dan kertas, bertahan dua ratusan tahun, dan berhati-hati membuat benda tahan banting dan sebaik mungkin demi melestarikan lingkungan.
SLOW INDUSTRY: Merawat tumbuhan melalui pertanian dan kehutanan, melakukan pertanian yang dapat diperbaharui dengan tenaga manusia, dan menyebarkan pertanian urban dan wisata hijau.
SLOW EDUCATION: Memberi perhatian yang lebih rendah untuk pencapaian akademis, namun membentuk masyarakat yang bisa menikmati seni, kegemaran, dan olah raga sepanjang hidup, tempat semua lapisan usia dapat berkomunikasi dengan baik satu sama lain.
SLOW AGING: Menuju penuaan dengan anggun dan percaya diri.
SLOW LIFE: Berdasarkan filosofi kehidupan yang dinyatakan di atas, hidup dengan alam dan musim, hemat sumber daya dan tenaga.
-(alasan yang bagus untuk tukang telat)-
Jumat, 30 Juni 2006
Jumat, 23 Juni 2006
Iemon
Tidak bermaksud promosi, tapi kebetulan yang disodorkannya lumayan "gue banget": dari IEMON (produk teh botol dari Suntory).
Sementara ini menjadi penghias komputerku menggantikan prof Snape, Willy Wonka, SpongeBob, Lion King dan Morizo-Kiccoro.
Screensavernya menggambarkan suasana berbagai sudut kota Kyoto:
Kurama-Tengu, Maiko, Kinkaku, Aoi/Gion/Jidai-Matsuri,
Uji-Cha, Chiku-Rin, dst.
Lalu wallpapernya tiga besar peringkat pohon utama Jepang.
Pertama diduduki oleh cemara (matsu/shou) gambar biru;
Hijau sepanjang tahun, hidup sehat, panjang umur, awet muda.
Melambangkan persahabatan abadi yang tahan banting.
Kedua diduduki oleh bambu (take/chiku) gambar hijau;
Kekosongan di dalam tabungnya menampilkan kejujuran,
tak ada kejahatan tersembunyi. Disiplin (halah) dan setia.
Ketiga diduduki oleh aprikot (ume/bai) gambar merah.
Mewakili keindahan, kebangsawanan, dan keberanian.
Bunga ume mekar sebelum salju mencair, mendahului bunga lain.
Sementara ini menjadi penghias komputerku menggantikan prof Snape, Willy Wonka, SpongeBob, Lion King dan Morizo-Kiccoro.
Screensavernya menggambarkan suasana berbagai sudut kota Kyoto:
Kurama-Tengu, Maiko, Kinkaku, Aoi/Gion/Jidai-Matsuri,
Uji-Cha, Chiku-Rin, dst.
Lalu wallpapernya tiga besar peringkat pohon utama Jepang.
Pertama diduduki oleh cemara (matsu/shou) gambar biru;
Hijau sepanjang tahun, hidup sehat, panjang umur, awet muda.
Melambangkan persahabatan abadi yang tahan banting.
Kedua diduduki oleh bambu (take/chiku) gambar hijau;
Kekosongan di dalam tabungnya menampilkan kejujuran,
tak ada kejahatan tersembunyi. Disiplin (halah) dan setia.
Ketiga diduduki oleh aprikot (ume/bai) gambar merah.
Mewakili keindahan, kebangsawanan, dan keberanian.
Bunga ume mekar sebelum salju mencair, mendahului bunga lain.
Jumat, 16 Juni 2006
Death Note
Sebagai sebuah seri yang terbit di Shonen Jump --majalah manga remaja bernapaskan semangat persahabatan dan persaingan sehat-- Death Note mengambil tema gelap yang tidak biasa. Namun kesempurnaan pencapaiannya dapat dicatat sebagai manga jempolan lintas genre horor/aksi/ supernatural/mind game/detektif (/gothic-lolita?) yang menampilkan berbagai fenomena kontemporer, terutama berkaitan dengan kecanggihan teknologi sekuriti dan penyusupan privasi.
Yang menyeramkan di sini bukan gore bergelimang darah yang bikin muntah a la serial misteri, melainkan justru keliaran nalar mengenai masalah keadilan hukuman mati dan kecenderungan fasisme dalam diri manusia.
Saking tenarnya, seiring dengan tamatnya serial ini minggu lalu, paruh awal manga ini langsung diadaptasi ke layar lebar, dan ditayangkan dalam dua pecahan, bulan Juni ini dan Oktober depan. Tapi otz, tidak usah menonton filmnya!!! Pemerannya menurut saya pribadi kurang pas mewakili tokoh-tokoh utama sehingga tidak menyampaikan ketegangan dan kepuasan seperti yang diperoleh dari membaca cerita ini. Lebih baik menikmati dalam bentuk komik aslinya saja.
Sinopsis
Tersebutlah dunia shinigami (dewa kematian) yang terpuruk dalam kebosanan abadi. Salah satunya yakni Ryuuku, mencari hiburan ke dunia manusia dengan menjatuhkan sebuah buku tulis hitam yang sampulnya sudah dilengkapi sebagian peraturan penggunaannya dalam bahasa Inggris agar siapa saja bisa memahami ... (Lho kenapa tidak Mandarin sekalian? Katanya pengguna Mandarin lebih banyak daripada pengguna Inggris ...) Setiap pemilik nama asli yang dicatat dalam buku tersebut pasti mengalami kematian dalam waktu dekat.
Entah kebetulan, entah takdir, buku itu dipungut oleh seorang Yagami Raito (dengan kanji bulan, 月 dibaca Light. Arti lengkapnya cahaya dewa malam). Putra polisi yang bercita-cita terjun ke bidang hukum, tetapi menyadari keterbatasan kekuasaan hukum yang dapat diterapkan, menjadi kesal dan bosan juga terhadap dunianya.
Dengan niat mulia memperbaiki dunia dan mewujudkan cita-citanya menjadi "dewa di dunia baru yang bersih dari orang jahat", Raito mencatat nama pelaku kriminal seluruh dunia secara berturut-turut, untuk membuat manusia takut melakukan tindak kejahatan. Namun kematian mereka sekaligus dalam jumlah besar tanpa sebab tersebut menimbulkan kecurigaan mengenai adanya orang di belakang peristiwa ini. Masyarakat dan media massa menganugerahi sebutan "KIRA", maksudnya killer, "pembunuh" dalam lidah Jepang serapan Inggris. Sementara itu, Interpol meminta seorang detektif jenius beralias L untuk menjadi penasihat di markas polisi.
Dari sinilah sorotan utama komik ini: Kedua pemuda jenius saling menipu, bermain kucing-kucingan, mempertarungkan kecerdasan tingkat tinggi.
Apakah L berhasil menangkap KIRA sebelum lebih banyak korban jatuh?
Apakah KIRA berhasil membongkar nama asli L untuk menghabisinya sebelum ditemukan?
Bagaimana KIRA terus membunuh para pelaku kriminal di sela-sela penyelidikan L, memanfaatkan batasan penggunaan buku tersebut?
Karakter
Raito adalah putra kebanggaan keluarga, pria idaman calon mertua, pelajar teladan jenius berkharisma, juara pertama ujian tingkat nasional, juga pemberani berdarah dingin. Sosok yang mengesampingkan keinginan duniawi, menerobos maju tanpa ragu. Ia sama sekali tak tertarik pada harta dan wanita, tetapi justru menjadikan keduanya sebagai alat untuk meraih tujuan tahta di balik layar. Sikap kejam dan ketegaran syaraf yang tak runtuh oleh rasa bersalah, kepercayaan diri yang tak tergoyahkan ketika terkepung, dan keras kepala menegakkan keyakinan pribadinya.
L, digambarkan dengan baik kesenjangan antara penampilan polos, kecenderungan autisme, gerak-gerik yang unik dan logika berpikir yang meloncat-loncat. Manusia eksentrik dibungkus kulit jenius. Mungkin dia dapat ditunjuk sebagai sosok ideal seorang otaku atau hikikomori, yang tidak bergaul di dunia nyata, namun mampu menguasai dunia hanya dari kamarnya lewat jaringan komunikasi dan nama palsu. Sangat asyik memperhatikan bagaimana dia merunut misteri dengan kehebatan otak yang mengerikan.
Ryuuku, shinigami keren berpenampilan death metal modis yang kecanduan apel, pada awalnya seakan hanya terseret ke sana kemari oleh gerakan sang KIRA, namun sesungguhnya dia cerdas, licik, dan yang paling memegang kendali dalam semua peristiwa ini.
Matsuda, polisi yang masuk kerja melalui nepotisme, namun memiliki semangat keadilan tinggi. Kontras dengan kedua "raksasa" muda tersebut di atas, dia jujur, lemah, penuh kebimbangan layaknya manusia secara umum. Dalam beberapa hal dia mengagumi KIRA yang berhasil menurunkan tingkat kejahatan, namun dia jugalah yang berjuang habis-habisan untuk menangkapnya.
Kondisi kejiwaan tokoh-tokoh lain juga digambarkan dengan teliti, membangun situasi yang kompleks dan membuat kita mempertanyakan kembali alasan hidup dan tata nilai kebenaran yang kita sendiri anut, terutama yang menyangkut rasa tanggung jawab dan keterlibatan pada dunia: Apakah gerakan Raito maupun L itu wujud dari altruisme atau egoisme? Di mana sebenarnya letak batasan kedua hal tersebut???
Manga ini sempat mendapatkan kecaman dan dilarang beredar di beberapa sekolah, karena murid-murid ditemukan terpengaruh untuk ikut membuat buku catatan hitam yang ditulisi daftar nama orang yang tak disukai. Cerita ini dianggap "menimbulkan pikiran jahat". Namun beberapa pihak membela, dengan alasan bahwa pelarangan seperti itu akan mengekang kreativitas.
Spoiler
Akhir cerita, yang mau tahu silakan highlight paragraf di bawah ini:
"Raito mati, dan dunia kembali kacau seperti semula, tanpa azab. Namun sebagian orang merasa kehilangan dan membentuk sebuah agama yang memuja KIRA di malam bercahaya bulan. Setidaknya, cita-cita Raito menjadi dewa di dunia baru, tercapai."
Langganan:
Postingan (Atom)