Baru saja pulang bolos dan berniat santai-santai di Jumat pagi, ternyata ada peristiwa: Kakak sepupu tiba-tiba menang tiket terusan Java Jazz berkat iseng menjawab kuis radio. Dia masih tugas jaga klinik, bingung dibuang sayang, membujukku untuk memanfaatkannya pergi menonton ke Jakarta. Yaah, malas banget deh! Mana tiketnya hanya untuk seorang setiap hari!
Sebagai bukan penyimak radio (sebelum bukan pemirsa MTv) ini memang kesempatan langka yang tak pernah aku angankan. Tapi karena kepepet tidak sempat menanyai siapa kenalan yang pergi, dan baru saja pewe dalam suasana rumah, iming-iming bahwa harga aslinya mahal pun tak membersitkan semangat ke sana tuh...
Semangatku sendiri menyala-nyala ketika berusaha menunggui gerhana bulan di balik gumpalan awan, dan walaupun takbir cukup heboh terdengar di masjid, ternyata yang bertahan bangun hanya aku dan dua ekor kucing. Kakak sepupu bolak-balik mencium bantal, sementara adik malah mengigau dan baru bangun setelah bayangan mulai tersingkap.
Menebus dua hal yang belum terpuaskan itu, adikku mengajak, "Yuk nonton Paris Je t'Aime, murah meriah cuma 15 ribu, popcorn gratis, lewat pelentinan juga pasti sudah sepi!"
Reaksi pertama kami, "Haa? Tumben ada film luar negeri terinspirasi film Indonesia (Eiffel I'm in Love, hiks komentar gak mutu)..."
Kami pun berbondong-bondong ke bioskop, tapi sebelumnya mencicipi sushi groove. Waduh, sungguh kalau cari restoran sushi lebih baik yang konvensional saja, jangan yang sok modern. Dihias dengan wajah indah, rasanya malah tidak karuan. Takoyaki bungkus kentang masih mendingan, tapi masa maguro pakai remah gorengan dan saus sambal. Akhirnya kami kenyang cuma dengan jahe merah dan wasabi. Untungnya mereka tidak sampai menghidangkan yang separah ini...
Film Paris Je t'Aime, BAGUS BANGET!!! Lengkap, dengan 18 potongan itu, seakan-akan segala ada. Sangat direkomendasikan. Hmm, inginnya sih Bandung dibuat seperti itu. Kyoto mungkin sudah punya ya. Selamat menonton deh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar