"Trousseau" - scanlation read online chapter 10 (via MangaReader)
Suatu sore yang cerah ketika menghabiskan liburan di Indonesia dengan mampir nongkrong di pelataran LFM-ITB, Bang Tegar pentolan kineklub saat itu menyodorkan kepada saya sebuah kaset VHS berisi film dokumenter berbahasa Jepang. Katanya ini adalah jatah pembagian dari Departemen Penerangan untuk unit kegiatan mahasiswa.
Isi film hitam-putih itu mengenai suatu desa di pelosok Jawa yang mandiri dalam memproduksi kain batik, mulai dari menanam kapas dan nila, memintal benang, menenun kain, merancang gambarnya, mencanting dan mencelup, sampai menjadi siap pakai. Masing-masing anak gadis melakukan hal itu sendiri, untuk kemudian dipakai sendiri sebagai kain pengantin mereka.
Semangat yang seirama dengan adegan menyulam yang saya baca dalam manga di atas. Hmmm sejak kapankah semangat mengerjakan keterampilan hastakarya seperti itu mulai luntur di kebudayaan kita, tereduksi menjadi selera untuk sekadar "berbelanja" pilih sana-sini tunjuk sana-sini pesan sana-sini tahu beres dan bayar dengan uang?
Menurut kabar berita, tante-tante saya masih rajin menyulam selendang pengantin mereka masing-masing. Ibu saya sendiri tidak, tampaknya sih bukan karena sudah termodernisasikan atau kenapa, melainkan karena kepepet tidak punya uang modal membeli benangnya, hihihi. Lalu bagaimana dengan saya? Setelah menonton film dokumenter itu terpikir juga untuk melakukannya tapi tidak pernah sempat. Seandainya memulai sekarang, mungkin tidak akan keburu waktu, huh. Yang jelas, saya ingiiiiiiin sekali bisa membuat komik kebudayaan Indonesia seperti buku ini. Atau kalau ada siapa pun juga yang bersedia, saya berjanji akan mendukung sekuat tenaga... :p
Otoyomegatari (Kisah Pengantin Muda)
Saat adik sepupu menyodorkan Emma, romantika "maid" Inggris abad 19, saya hanya memandang sebelah mata pada Mori Kaoru. Okelah, renda-renda dan pita-pitanya digambar dengan indah, tapi bukankah alur novel-novel Jane Austen, bahkan drama Shakespeare sekian abad sebelumnya, jauh lebih rumit daripada cerita ini. Mana ada manusia yang sesederhana dan sepolos tokoh-tokoh utama manga ini? Raut wajah mereka membosankan. Dan huh, lagi-lagi berlatar belakang Eropa. (Walaupun, diam-diam dalam hati saya mengagumi cara dia menggambar BAJING yang menjadi figuran cerita tersebut.)
Otoyomegatari, dalam hal kesederhanaan dan kepolosan secara garis besar masih sejajar dengan pola pikir dalam "Emma". Namun, entah mengapa, kenyataan bahwa kali ini latar belakang yang diangkat bukan Eropa melainkan Asia Tengah sepanjang jalur sutra, dengan nama-nama tokohnya yang eksotik, adalah suatu daya tarik tersendiri. Berbagai kekeliruan sejarah dan budaya seperti pencampuradukan gaya pakaian, penggunaan busana istimewa dalam kegiatan sehari-hari, menarik panah tanpa pelindung jari (sementara sang pengarang menggambar komik saja jelas-jelas menggunakan pelindung jari), dan kesalahan penafsiran lainnya, semua termaafkan!
Seorang gadis usia 20 dari suku pemburu yang berpindah-pindah, Amiru Hergal, berjumpa untuk pertama kalinya dengan bujang usia 12 dari suku petani yang menetap, Karluk Ayhan, tepat pada hari upacara pernikahan mereka.
Ada "kesenjangan yang lebih lebar daripada sekadar perbedaan potongan baju", namun mereka tulus berusaha menjembataninya agar pernikahan ini berhasil. Apakah dunia membiarkan?
Episode sebelumnya yang paling menarik bagi saya:
"Jimat" (ep. 2) tentang ukiran kayu...
***
Beberapa contoh keanggunan busana jalur sutra ada di sini:
http://www.chinahush.com/2009/12/06/family-portraits-of-all-56-ethnic-groups-in-china/
Proses Menggambar Manga a la Mori Kaoru (via YouTube)
Ini sudah lama beredar, tapi siapa tahu ada yang belum sempat menonton...
http://natalie.mu/comic/pp/otoyomegatari
- Saat menggambar sketsa, perhatikan bahan-bahan dengan baik, supaya tidak menyimpang.
- Jangan terlalu banyak garis dalam sketsa, nanti sulit memberi tinta.
- Tata letak, besar tokoh, sudut pandang, termasuk balon suara, sudah diputuskan secara terperinci sebelum mulai ditinta.
- Ketika konsentrasi pada gambar, cenderung hening. Hanya kalau dekat tenggat waktu, terpaksa memutar musik agar tidak panik.
- Mengerjakan satu bingkai jangan lebih dari 15 menit. Kalau tersangkut di satu bingkai saja gambar itu tak ada artinya.
- Garis yang digambar, disesuaikan tergantung adegannya.
- Alat: Pensil cetet 0.3 mm dan 0.5 mm. Untuk penamaan dengan 0.9 mm. Kehitaman 2B agar cukup lunak bisa dihapus dalam sekejap, tidak terlalu diserap oleh kertas.
Penintaan terutama dengan pena Cabra (Sazhidov), lalu pena bulat. Akhir-akhir ini untuk gambar yang besar menggunakan pena G. Pena kuas untuk sketsa luar. Spidol biasa dengan tiga jenis ketebalan. Tinta gambar Pilot. Sarung tangan yang dipotong jarinya. Gradasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar