Buta Hijau #5
Dari kalung keramik F Widayanto sampai jimat perunggu di tera-tera;
Kerajinan Aborigin produksi Sumedang, tempat sabun di toko Qta;
Entah sejak kapan tiba-tiba jadi kolektor pernak-pernik kura-kura.
Atau penyu? Bukan yang asli, itu pasti.
Baik hadiah dari sahabat maupun beli dengan uang saku sendiri.
Sampai-sampai bingung bagaimana menyusun displaynya, karena aneka ragam bentuk, ukuran dan desain sangat tidak menarik untuk ditampilkan bersama-sama.
---
Mungkin takdir menggariskan demikian, sejak tingkat 4 kuliah, kebetulan aku masuk ke kenkyuushitsu satu-satunya yang memelihara kura-kura di seluruh fakultas teknik! (Entahlah kalau fakultas lain)
Cerita punya cerita, dua ekor kura-kura mungil yang diparkir di sela rak buku-buku catatan latihan ujian warisan turun-temurun itu, adalah hadiah dari mahasiswa Cina yang pernah meneliti di lab ini. Dan telah menjadi adat istiadat lab untuk menugaskan seorang mahasiswa baru yang duduk paling dekat ke aquarium sebagai pengurus tetap bagi makhluk-makhluk itu. Karena aku duduk persis di sebelah teman yang jadi kamegakari alias petugas kura-kura, aku pun turut bertanggung jawab memberi mereka makan pada jam-jam tertentu. Walaupun air diganti setiap hari, tapi baunya... Uhhh...
Ketenaran kura-kura kami menggema ke segenap jurusan, sehingga dalam seminggu ada saja satu-dua anak lab lain ingin mengintip: Anak putra pasti mencoba menoel tempurungnya, sementara anak putri akan menjerit genit "Kawaii! Kawaii!"
Suatu saat ketika tidak ada satu orang pun di lab, hanya Sensei associate professor yang lembur dengan rajinnya, merasa terganggu bunyi esek-esek yang berkelanjutan. Antara jengkel mengira ada anak yang teledor membiarkan jendela terbuka sambil kecut kalau itu hantu gentayangan, ternyata itu bunyi kaki-kaki kura-kura yang telah tumbuh semakin besar menggapai-gapai kaca aquarium. Akhirnya pada akhir program master tingkat 1, kami sepakat untuk membuang mereka ke sungai (baca: melepas kembali ke alam) dengan sebuah upacara kecil yang khidmat.
Dan kekosongan di rak digantikan oleh adik-adik kelas dengan: Tumbuhan Aloe Vera alias Lidah Buaya. (Sehingga tiap hari kami punya ritual baru untuk bernyanyi: "Kiite Aloelina...")
---
Kura-kura dihargai sebagai makhluk antik dan unik sejak zaman karuhun. Tersebutlah bahwa bumi terletak di punggung kura-kura.
Tokoh DB, Songoku, sebagai tanda penghormatan kepada sang guru, menggunakan lambang kame no ichimonji di punggung baju silatnya.
Dalam mitos Jepang, makhluk ini biasa disejajarkan dengan tsuru alias sang bangau... Mengapa ya.
Kura-kura juga merupakan pendukung resmi semboyan terkenal:
"Biar Lambat Asal Selamat", "Better Late than Never"
Sebagaimana muncul dalam fabel "Kelinci dan Kura-kura".
Aku pun memeriahkannya dengan rekor keterlambatan sehari-hari selama 17 tahun masa sekolah, yang terbukti sama sekali tidak mempengaruhi kesuksesan (???).
Dan ada kura-kura modern, yang mengalami masalah lingkungan terparah: mutasi genetik, yang mendorong mereka menjadi: remaja ninja!!!!!
Leonardo, Michelangelo, Donatello, Raphael... Makhluk-makhluk hijau yang merangsang semangat anak kecil mendalami seni renaissance...
Entah bagaimana sistem franchisenya, bahkan para kura-kura jadi-jadian ini juga muncul di tanah panutan budaya mereka, Jepang, dalam kemasan manga. Lalu kabarnya akan segera diluncurkan lagi film TMNT terbaru yang lebih suram dari biasanya.
1 komentar:
Haaaa <=0 limaratus... Pakar euy... Koleksi saya gak sampai segitu... Paling ada sekitar dua puluhan.
Mungkin perlu juga dibuatkan blog atau friendster penggemar pernak-pernik kura-kura.
Pernah dengar juga kalau Monica Oemardi juga kolektor yang rajin untuk mainan perkura-kuraan... tapi, monica oemardi itu siapa yah????? (@_@)
Posting Komentar