Kamis, 04 Agustus 2005

Layar Bambu Cheng Ho

Juli 1405, bertolaklah duta persahabatan dan perdamaian dari selatan cina mengarungi samudera hindia. Kini, 600 tahun kemudian, dirayakan di berbagai penjuru dunia, termasuk Semarang dan Singapura.

Yang paling menakjubkan, adalah jumlah armadanya: lebih dari 200 kapal dengan sembilan layar bambu, dengan kapal harta terbesar mencapai panjang 120 meter!
Sang pemimpin, Laksamana Cheng Ho, alias Kong Co Sam Poo Tay Jin, manusia yang tangguh dan bijaksana, muslim yang saleh.
Beliau menerapkan manajemen Rasulullah saw dan prinsip Tao, sehingga mampu memimpin armada sedemikian besar dengan keteraturan rapi jali.

Kim Sin Kong Co Sam Poo Tay Jin


Armada beliau singgah di Cirebon dan Tuban, juga diyakini sempat ke Semarang, jauh sebelum daerah itu berkembang menjadi kota pelabuhan.
Kelenteng Sampookong, situs Gua Batu yang menjadi tempat beribadah beliau, malah telah dikembangkan sebagai tempat pemujaan beliau, yang dianggap juga oleh umat tridharma sebagai dewa pelindung yang telah menyelamatkan mereka dari bajak laut dan merintis berkembangnya kota ini. Semarang sendiri diyakini sebagai pelesetan dari Sampoolong, artinya Makam Sampoo.

Karena sempat dikuasai oleh pemungut pajak yahudi di masa penjajahan Belanda, demi memperlancar peribadatan, patung kongco yang diletakkan di Gedung Batu sempat dibuatkan replikanya ke sebuah kelenteng Dewi Kwan Im di daerah pecinan, 「大覚守」 Tay Kak Sie, sehingga terjadilah kirab tahunan Kimsin Kongco Sampoo Taijin untuk mempertemukan sang replika ke patung aslinya. Walaupun Gedung Batu telah dibebaskan sejak 1879, namun ritual ini masih dilaksanakan (tahun ini jatuh pada tanggal 4 Agustus) dan kini digalakkan oleh departemen pariwisata untuk mengundang turis Cina yang ke Singapura untuk mampir juga ke Indonesia (sejak 1 Agustus berlaku visa kedatangan di bandara Ahmad Yani).

Memperingati 600 tahun pelayaran armada beliau, kini telah ditambahkan hiasan relief ala borobudur yang menampilkan rangkaian muhibah beliau ke negara-negara maritim sepanjang pantai Indonesia.

Bhekun, pasukan pengurus kuda, orang-orang yang melepaskan nazarnya dengan memeriahkan arak-arakan sambil mendandani wajah ala ria jenaka kyougeki (opera beijing). Karena hampir tak ada lagi yang betul-betul memahami pakem riasnya, asal cemang-cemong saja, bahkan ada yang memasang tampang batman dan spiderman!

Sosok Sebuah Patung


Mulanya yang terbayang adalah sosok Jet Li dalam YingXiong, tapi kabarnya Cheng Ho ini bermata besar dan berdaun telinga panjang.
Beliau keturunan Bukhara (Uzbekistan, berarti kampung halaman Imam Bukhari dan Ibnu Sina), dengan ayah dan kakek yang haji, bermarga Ma (「馬」 kuda, konversi kanji Cina untuk Muhammad). Lahir mengalami masa kanak-kanak di Yunnan, ditangkap dan oleh pasukan dinasti Ming, dijadikan sida-sida mendampingi pangeran Yan selama 20 tahun menuju tahta kekaisaran, kemudian menjadi laksamana kepercayaan.

Mempertimbangkan bahwa pengebirian di masa remaja seharusnya juga mempengaruhi hormon pertumbuhan badan, mitos bahwa tinggi beliau ada hampir 2 meter dan lingkar pinggang 1.5 meter (haaa? aku aja 75 senti merasa kegendutan) yang didukung oleh penampilan patung ganteng yang didatangkan khusus untuk peringatan ini, terlihat menakjubkan...

Yang lebih menakjubkan lagi, adalah bagaimana beliau bisa bertahan dalam kesetiaan terhadap sang kaisar, melupakan dendamnya, sambil tetap menjalankan tugas sebagai muslim yang taat...

Tidak ada komentar: