Kamis, 09 Februari 2006

Muhammad, dalam Manga

Pada suatu shubuh di bulan Ramadhan di masjid depan kelurahan, di masa aku sebagai anak sekolahan rajin mencatat ceramah harian, tema yang dikemukakan saat itu adalah mengenai keluarga sakinah.
“Ibu-ibu,” sabda sang Khatib, “kalau patuh dan setia sama suami, nanti ganjarannya di surga bisa mendampingi Rasulullah SAW! Rasulullah itu keren, ganteng loh, saya punya gambar wajahnya, barang langka ini jarang diterbitkan, tapi saya dapat waktu menunaikan haji. Kalau mau lihat bisa mampir ke rumah saya.”
Dan ibu-ibu arisan pengajian yang bergerombol di balkon pun kasak-kusuk cekikikan.

Gubraggg. Pemahaman konyol yang satu ini terasa jauuuh lebih parah dari janji bidadari untuk para lelaki taqwa. Tentunya gambar seperti itu hanya sekedar tingkatan lukisan orang suci kaum Sikh Babaji yang potretnya dipuja-puja. Atau seperti lembaran lusuh bernuansa kehijauan yang tersembunyi di balik pintu lemari jati berukir hampir setiap rumah di desa-desa di pinggir sepanjang pantai selatan Jawa, "Ini foto Nyi Roro Kidul, cantik kan?" Huh, apanya yang foto, gambar kasar begitu, aku pun bisa melukis lebih bagus.

Rasanya banyak sekali tenaga terbuang untuk mempertahankan kebanggaan semu, lebih baik cari jalan meningkatkan kemakmuran dan kebesaran hati umat. Dan sebelum mengeluhkan pihak luar, renungkan dulu sikap diri sendiri dan masyarakat sekeliling.

Aku tidak punya utang budi atau dendam sama sekali pada Denmark. Hanya kenal HC Andersen. Oh, LEGO. Lalu Danish-Monde Butter Cookies (yang tentunya bukan impor dari sana, cuma numpang merek doang).
Tapi kebetulan sensei joshu (asisten dosen) di labku di masa kuliah dulu, posdok ke sana. Aku pun sempat dapat kiriman hadiah kelulusan bros bunga dari perak untuk jilbab (hadiah yang unik sebagai satu-satunya cewek di lab saat itu, padahal aku lebih iri pada rekan-rekan seangkatan lain yang dapat setumpuk perangko atau selembar uang kertas.
Kabarnya Patung Putri Duyung, satu-satunya objek wisata di sana ternyata sering terpaksa diganti karena hilang beberapa kali, entah terhanyut ombak berdebur, atau memang sengaja dicuri maling budiman.
Dan yang paling penting, Denmark ternyata sangat sosialis (???), karena gaji orang yang bekerja dengan tekun habis terpotong pajak penghasilan, yang dipakai untuk meng”gaji” para tunawisma dan tunakarya, sehingga seluruh rakyat hidup makmur adil merata. Kapan pula sistem zakat yang seperti itu bisa benar-benar diterapkan di Indonesia!
Selain itu Denmark kebetulan juga adalah Negara yang tahun ini sedang memproduksi film animasi 2D terbaru, Asterix and the Vikings! Mengajak boikot? Lain kali ajah lah yaw!!!

Merujuk dasar dilarangnya penggambaran Muhammad adalah untuk menghindarkan beliau dari pemberhalaan. Tetapi tentunya oknum pedagang di tempat Haji yang menjual gambar sang Nabi pada oknum khatib tersebut di atas, berprinsip masih lebih baik orang memajang foto Rasulullah daripada sekedar idola selebriti artis (ataupun politisi). Idola kan sinonimnya = berhala!

Baiklah kehebohan kali ini adalah reaksi kemarahan terhadap penghinaan. Nah...
Bagaimana kalau Rasulullah digambarkan dengan baik dan mulia (serta keren), seberapa besar mobilisasi umum bisa terjadi?

Berikut cuplikan dari shojo manga Jepang tahun 70an, sebuah komik humor/parodi/pastiche historis-psikedelik gak penting yang berlatar belakang dunia dimensi lain di balik kota London, Inggris.

evemohd
Episode-episodenya menampilkan aneka sosok sejarah atau sastra ternama sepanjang masa yang dicampur aduk tanpa ampun. Dibanding tokoh-tokoh lainnya yang digambarkan lumayan parah, "Mahomet" mendapat peran bintang tamu yang cenderung berwibawa. Klimis, masih bujang dan mengucapkan kiza-na-serifu semacam... "Jalan hidupku adalah Quran, pedang, dan cinta".
Uheeeeee benar-benar teladan pahlawan serial cantik...
Salah satu tokoh utama komik itu pun ceritanya sempat jatuh kagum pada beliau dan mulai mencoba belajar baca Quran.
Hmmm, tampaknya ini terbit di masa Cat Stevens masuk Islam.
Ayo, bagaimana, mau protes atau tidak?

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau menurutku sih, biarpun penggambarannya dibuat kakkoii (ganteng) atau sebaliknya, tetap saja enggak boleh. Masalahnya, yang kakkoii itu, enggak membawa unsur penghinaan, meskipun ia tetap menanggung sebuah dosa, yaitu menggambarkan wajah Nabi. Sedangkan yang baru-baru ini dibuat, menggambarkan image yang buruk. Jadi dosanya dobel gitu...
Btw Kanti, kalau mau memanggil anak muda di Arab sana, mudah saja. Panggil saja dengan "Muhammad." Pasti pada noleh deh... Mungkin seperti Ujang, Ucok, Taroo, begitu...

Anonim mengatakan...

eh eh.. kalo anak anak malay juga githu loh mbak.. "poyoh lah mamat ni" = "ni anak belagu banget"

Kanti (Hyoutan) mengatakan...

Iya, bahkan di Inggris 1 dari 20 bayi yang lahir bernama Muhammad.

Tapi tentu masalahnya yang dimaksud dalam kartun atau manga itu adalah Muhammad yang The One, walaupun saya juga tidak memasang embel-embel dalam judul karena semuanya jelas sama sekali tidak ada yang mirip sang Rasul, juga tak sesuai dengan deskripsi tradisional yang pernah ada sekalipun.

Seharusnya dengan pendapat ini kartun-kartun oleh orang yang tak mengenali beliau bisa dicuekin saja tak perlu ditanggapi. Toh apa boleh buat, dari sekian banyak manusia ada saja Muhammad yang berkelakuan tak terpuji, mencoreng nama sendiri.

Bagi saya, pendapat yang miring di lingkungan internal seperti ilustrasi pertama, justru lebih menyakiti hati. Masa Rasulullah dibayangkan sebagai objek pelampiasan ibu-ibu genit di surga, yang benar saja!!!!! Huh

Anonim mengatakan...

ada orang muslim yang berkata, berfikir positif saja lah mengenai visualisasi muhammad, barangkali saja, muhammad yang dimaksud oleh penulis buku, jylland posten, dan kartunisnya bukanlah rasulullah muhammad, tetapi jutaan orang yang punya nama seperti nama Rasulullah.
tapi, setiap orang yang mendengar nama muhammad, muhammad saja, tanpa nama depan atau nama belakang, yang tergambar adalah rasulullah muhammad, jadi sudah pasti, yang dimaksud adalah Rasulullah Muhammad. apalagi bukunya memang adalah buku yang menceritakan kehidupan Rasulullah.
jadi, ketika seorang muslim tidak marah ketika Rasulnya dihina, sebaiknya mengevaluasi lagi keimanannya kepada Allah dan Rasulnya

Kanti (Hyoutan) mengatakan...

Ini memang tidak ada hubungannya dengan muhammad yang lain.
Sayangnya, tetap saja ada bentuk kemarahan Islami yang terlupakan. Dalam sejarahnya pun tercatat, salah satu kemuliaan Nabi Muhammad adalah sangat bersabar menghadapi penghinaan serendah-rendahnya. Anggap saja itu karena mereka tidak tahu.
Argumen yang cukup menarik diungkapkan, adalah bahwa sementara "umat" terpana dan mencurahkan segenap tenaga dan pikiran pada selembar karikatur di ujung dunia sana, gerakan AS dan Israel untuk menjegal dan memboikot pemerintahan baru Palestina telah diluncurkan, tanpa mendapat protes dengan porsi seimbang.
Kenapa tidak pernah ada boikot yang berarti terhadap produk-produk AS/Israel? Saya yang memperbincangkan segala masalah ini lewat produk bernama komputer dan internet, tidak punya hak untuk merintisnya... (^_^;) Anda juga, tentu.