"... Jepang ketinggalan teknologi 20 tahun, bikin pesawat keren-keren tapi untuk turun ke lapangan masih harus ditarik lembu..." -suatu saat sebelum Perang Dunia II-
Karya Miyazaki Hayao yang (untuk kesekian kalinya diaku) terakhir, Kaze Tachinu 「風たちぬ」 (The Wind Rises), mengisahkan tokoh nyata teladan beliau, Horikoshi Jiro (1903-1978), seorang pendesain pesawat tempur Mitsubishi A6M Zero yang membuat Jepang percaya diri terjun ke medan perang.
Boleh dibilang semacam 'Habibie-Ainun' Jepang, a la animasi Ghibli tentunya, dengan latar sekitar 30 tahun lebih jadul, lengkap babak pergi studi banding ke Jerman dan dibumbui sepintas kisah kasih dengan istri tabah yang jatuh sakit... Tapi penuh khayalan ajaib dan proses ngoprek pesawatnya lebih banyak disorot.
Suara-suara mesin dan deru api kabarnya diolah dari suara manusia, sehingga gemanya menggetarkan kalbu huhuhu.
Sedang diputar di Blitz dalam bahasa Jepang terjemahan Inggris dan Indonesia, berharap versi sulih suara Inggris bisa turun juga ke 21 suatu saat nanti.
Btw kayaknya jarang lihat Miyazaki mengambil sudut pandang melintas horizontal begini, tumben ikut-ikutan gaya anaknya (atau Wes Anderson?)
Jarang juga melihat film Ghibli yang tokoh utamanya cowok, cewek-cewek hanya sampingan, dan tidak memunculkan monster-monster lucu seperti biasa.
Pesawat buatan Indonesia sendiri, mungkin ketinggalan berpuluh tahun lagi karena untuk membeli materialnya harus ditukar dengan berkarung-karung beras, eeeh itu pun sudah impor pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar