Alkisah, tersebutlah seorang kawan seangkatan di EL96 yang juga suami dari teman sekelas saya SMA. Orang cerdas baik hati yang gemar menolong, walaupun enggak kalah narsis daripada saya sendiri. Beliau ke Tokyo saat saya menyelesaikan studi tahap akhir di Kyoto, dan setelah pulang saya masih sempat berlibur ke tempatnya sekeluarga di Nara.
Pada 2009, beliau turut mendirikan "Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional" (I4). Kegiatan tersebut menarik sorotan media massa sampai tampil di Kick Andy: Berjaya di Negeri Orang pada 2011, lalu tokoh penemu nasional versi majalah Tempo 2012, atas pencapaian beliau sebagai ilmuwan telekomunikasi.
Berbagai penghargaan nasional maupun internasional pun disabetnya. Secara pribadi, sebagai solidaritas terhadap korban Lapindo, saya menentang keras keputusannya untuk menerima penghargaan Achmad Bakrie dari Freedom Institute pada 2014, karena itu berarti membentuk jaringan dengan keluarga Bakrie. Namun, bagi beliau, itu adalah salah satu jalur dakwah dan syiar ilmiah yang patut ditempuh.
Masalah terjadi, ketika media massa semakin nyaman mengutipnya sebagai pakar "penemu" teknologi 4G LTE, tanpa penjelasan lebih dalam. Apalagi, pemberitaan tersebut tampaknya dimanfaatkan oleh mesin-mesin partai, berdasarkan fakta bahwa beliau dan istri adalah pegiat KAMMI.
Sebutan itu tidak tepat, demikian pernah beliau akui. Dalam blognya, beliau telah menolak disebut sebagai penemu 4G sedangkan patennya berurusan dengan standar ITU.
Sayangnya, barangkali karena ketidaktahuan tentang cara kerja media, kewajiban menerbitkan rilis untuk pengawaman ilmu malah terabaikan. Tenaga dan waktu luangnya lebih banyak dipakai untuk ceramah keliling tentang ilham dari anime Dragon Ball dalam temuan berikutnya, alih-alih menjelaskan dengan seksama duduk perkara politik perpatenan teknologi dunia.
Seseorang mempertanyakan pencapaian beliau jika dibandingkan dengan Seniro dua tahun di atasnya, KOMPAS: Sinyal Digital Membawa Basuki Berkiprah di Eropa, yang akhir-akhir ini juga sempat ketiban gelar "Anak Bandung Penemu Teknologi 4G".
.
Hal ini memicu sang Seniro untuk melakukan klarifikasi tentang Juniro-nya: Apakah Penemu 4G LTE dari Indonesia?. Entah mengapa, tembak langsung melalui media massa adalah jalur yang beliau tempuh. Dan terbitlah rilis yang dibuat sang Seniro bersama seorang tokoh lagi.
Yang menarik, istri sang Seniro juga ikut bersuara (sampai mengutip Harry Potter segala).
Kompas berupaya meliput pemberitaan tersebut secara cukup berimbang dari sudut pandang kedua belah pihak mempertanyakan dan meluruskan. Kawan saya pun menanggapi setelah diminta wartawan konfirmasi di detik.com. Namun, kalimat kutipan dari blog dipandang kurang menjelaskan oleh kaum yang haus kesimpulan instan ini.
Ketika berlatih menulis di forum lingkar pena cabang Jepang, semangat beliau menyusun cuplikan otobiografi yang berbau motivatif inspiratif menawarkan mimpi sebagai bentuk penyegaran di tengah kesibukan risetnya, tanpa lebih tekun mengasah kepiawaian tata bahasa, penghematan kalimat, dan kekayaan kosakata, sejujurnya mengesalkan. Bagi saya, seorang pakar teknologi lebih baik fokus dalam upaya menyederhanakan ilmunya yang rumit untuk konsumsi khalayak awam.
Seorang kawan saya yang lain mengamati kerancuan bagaimana temuan teknologi telekomunikasi mutakhir justru menyibukkan kita sampai tak sempat bersilaturahmi secara pribadi. Sementara itu, gaya tulisan sang Seniro sesungguhnya sangat menyudutkan dan membahayakan, tanpa terlebih dulu membahas di forum alumni.
Berikutnya, muncullah pernyataan dari sang Seniro bahwa dia telah menghubungi secara pribadi, tetapi tidak digubris. Namun, ketika kawan saya mempertanyakan kapan upaya tersebut dilakukan dan melalui jalur apa, tidak ada pembuktian lebih lanjut, malah dituduh seolah-olah berkelit membelokkan masalah utama. Padahal, kunci dari kehebohan ini menurut saya ada pada fakta apakah kontak pribadi itu pernah terjadi atau tidak. Jika tidak, diamnya sang Seniro sekian lama adalah kesalahan fatal sebagai rekan sealmamater yang tidak ber-amar makruf nahi munkar.
Dan tentu saja, pengumuman tersebut dalam hitungan jam jauh lebih banyak tersebar luas daripada tulisan lengkapnya sendiri, karena demikianlah watak penghuni medsos Indonesia yang lebih mudah berbagi keluhan daripada berita ilmiah.
*otaku mode on* Selain kekecewaan terhadap Bakrie, saya juga menentang penyelewengan kisah Dragon Ball. Seperti koran kemarin menambah karangan bahwa Bola Semangat dipakai Son Goku mengoyak perut Piccolo. Padahal, kita semua tahu bahwa Bola Semangat adalah jurus yang diperoleh di alam kematian setelah Son Goku beraliansi dengan Piccolo Majunior untuk melawan abangnya Son Goku, sehingga jurus tersebut tidak pernah diterapkan kepada Piccolo. Sebelum itu, Piccolo Daimaoh tua perutnya dikoyak oleh Goku menggunakan jurus Tsuranuke dengan propulsi jet Kameha-meha. Kesalahan wartawan tersebut tidak akan muncul jika beliau membatasi secara tegas bagian mana dari Dragon Ball yang sedang dia bahas.
Akhirnya setelah kerepotan berusaha tetap tenang dalam menjawab di sana-sini, beliau pun membuat penafian di status.
Dilanjutkan dengan pernyataan yang akhirnya diproofread terlebih dahulu oleh "Grand Seniro" mereka berdua.
Marilah melangkah bersama-sama menatap masa depan.
Adapun tentang kontroversi ini, saya pribadi berpendapat bahwa pengakuan maupun penafian temuan adalah konsep barat modern, yang seharusnya tidak diserap oleh budaya Indonesia. Cukuplah seseorang berkarya sebagai anonim untuk digunakan secara gotong-royong untuk kemaslahatan umat manusia, dengan imbalan pahala surga atau sekadar balas budi oleh segelintir orang di lingkarannya, tanpa ada yang menyelewengkannya untuk kepentingan pribadi atau golongan. Utopia, memang. Tapi apakah yang lebih utopia daripada kesadaran berbangsa dengan masyarakat terbayang?
Bagaimanapun juga, saran saya, jika beliau belajar dari sosok Son Goku, selayaknya juga meneladani betapa Goku dihargai kehebatannya baik oleh kalangan kawan maupun lawan, tetapi sama sekali tidak perlu dikenali oleh khalayak awam.
Pada 2009, beliau turut mendirikan "Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional" (I4). Kegiatan tersebut menarik sorotan media massa sampai tampil di Kick Andy: Berjaya di Negeri Orang pada 2011, lalu tokoh penemu nasional versi majalah Tempo 2012, atas pencapaian beliau sebagai ilmuwan telekomunikasi.
Di usia 32 thn, Khoirul Anwar berhasil mematenkan sistem komunikasi 4G. Kuncinya? "Peneliti harus bisa kerja sama & saling percaya".
Dikirim oleh Kick Andy Magazine pada 7 Oktober 2011
Berbagai penghargaan nasional maupun internasional pun disabetnya. Secara pribadi, sebagai solidaritas terhadap korban Lapindo, saya menentang keras keputusannya untuk menerima penghargaan Achmad Bakrie dari Freedom Institute pada 2014, karena itu berarti membentuk jaringan dengan keluarga Bakrie. Namun, bagi beliau, itu adalah salah satu jalur dakwah dan syiar ilmiah yang patut ditempuh.
1.Skrg ramai dibicarakan ttg 4G & teknologi Long Term Evolution (LTE). Bnyk yg tdk tahu bhw penemunya adalah orang Indonesia: Khoirul Anwar.— Anindya N. Bakrie (@anindyabakrie) 2014年12月13日
Masalah terjadi, ketika media massa semakin nyaman mengutipnya sebagai pakar "penemu" teknologi 4G LTE, tanpa penjelasan lebih dalam. Apalagi, pemberitaan tersebut tampaknya dimanfaatkan oleh mesin-mesin partai, berdasarkan fakta bahwa beliau dan istri adalah pegiat KAMMI.
Sebutan itu tidak tepat, demikian pernah beliau akui. Dalam blognya, beliau telah menolak disebut sebagai penemu 4G sedangkan patennya berurusan dengan standar ITU.
Prof dr khoirul anwar bukan kader pks!!! @partaisocmed @mildband_— rakyat #BEJO (@B4ly4n) 2014年8月27日
Sayangnya, barangkali karena ketidaktahuan tentang cara kerja media, kewajiban menerbitkan rilis untuk pengawaman ilmu malah terabaikan. Tenaga dan waktu luangnya lebih banyak dipakai untuk ceramah keliling tentang ilham dari anime Dragon Ball dalam temuan berikutnya, alih-alih menjelaskan dengan seksama duduk perkara politik perpatenan teknologi dunia.
Dahsyat!! Ternyata Penemu 4GT LTE Orang Indonesia Asli, Awalnya Dianggap Gila & Dicemooh Karena... Benarkah berita di atas ini? Saya kok mendapatkan versi yang berbeda ya Dikirim oleh Irman Gurmilang Lanti pada 6 Maret 2016
.
Hal ini memicu sang Seniro untuk melakukan klarifikasi tentang Juniro-nya: Apakah Penemu 4G LTE dari Indonesia?. Entah mengapa, tembak langsung melalui media massa adalah jalur yang beliau tempuh. Dan terbitlah rilis yang dibuat sang Seniro bersama seorang tokoh lagi.
Yang menarik, istri sang Seniro juga ikut bersuara (sampai mengutip Harry Potter segala).
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain dan seburuk-seburuknya manusia adalah manusia berilmu yang menggunakan ilmunya untuk memanipulasi orang lain untuk kepentingan pribadi. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan menjadi pencerahan.
Saya tahu betul pergulatan batin suami saya, Basuki Endah Priyanto, ketika membuat tulisan ini, karena walaupun ingin menyuarakan kebenaran, tulisan ini juga menyangkut kredibilitas orang lain. Tapi kebenaran tetaplah kebenaran dan diam tidak selamanya emas. Tidak mudah memang untuk menyuarakan kebenaran. As Dumbledore once said :) "Sometimes we have to choose between what is RIGHT and what is EASY."
http://inet.detik.com/read/2016/03/16/073649/3165775/328/apakah-penemu-4g-lte-dari-indonesia
Dikirim oleh Ihdina Sukma Dewi pada 15 Maret 2016
Kompas berupaya meliput pemberitaan tersebut secara cukup berimbang dari sudut pandang kedua belah pihak mempertanyakan dan meluruskan. Kawan saya pun menanggapi setelah diminta wartawan konfirmasi di detik.com. Namun, kalimat kutipan dari blog dipandang kurang menjelaskan oleh kaum yang haus kesimpulan instan ini.
Ketika berlatih menulis di forum lingkar pena cabang Jepang, semangat beliau menyusun cuplikan otobiografi yang berbau motivatif inspiratif menawarkan mimpi sebagai bentuk penyegaran di tengah kesibukan risetnya, tanpa lebih tekun mengasah kepiawaian tata bahasa, penghematan kalimat, dan kekayaan kosakata, sejujurnya mengesalkan. Bagi saya, seorang pakar teknologi lebih baik fokus dalam upaya menyederhanakan ilmunya yang rumit untuk konsumsi khalayak awam.
Yang jadi permasalahan itu sebenarnya statement ini "Jika ada 4G yang tidak memakai dua FFT, berarti bukan berdasar konsep yang saya kerjakan," kata Khoirul."
Padahal :
1. Patent ybs itu sangat spesific metoda 2FFT untuk satelite uplink
2. Misleading karena konsep dua FFT sudah diketahui jauh lebih dahulu dan ditetapkan utk 4G LTE sebelum paten ybs itu ada.
3. Kalau memang paten ybs dipakai tentu ada licensing deal dengan Nara University sebagai pemegang IP ybs. Tapi Nara University tidak disebut-sebut di dokumen analisis paten 4g LTE seperti di bawah ini.
Dikirim oleh Satrio Wicaksono pada 17 Maret 2016
Seorang kawan saya yang lain mengamati kerancuan bagaimana temuan teknologi telekomunikasi mutakhir justru menyibukkan kita sampai tak sempat bersilaturahmi secara pribadi. Sementara itu, gaya tulisan sang Seniro sesungguhnya sangat menyudutkan dan membahayakan, tanpa terlebih dulu membahas di forum alumni.
Tulisan Dr. Basuki E.P. (http://inet.detik.com/read/2016/03/16/073649/3165775/328/apakah-penemu-4g-lte-dari-indonesia) lebih dari sekadar "meluruskan misinformasi" tentang penemu 4G-LTE, tapi jelas sekali menduga Prof. Khoirul Anwar "fraud" (atas penyebutan media sebagai "penemu 4G-LTE" yang menurut Mas Basuki E.P. "tidak disangkal secara aktif [atau efektif?]" oleh Cak Khoirul)
Tuduhan personal yang serius untuk persoalan yang "relatif" sepele. Hanya masalah "sebutan", bukan karena penemuan Cak Khoirul itu jiplakan, misalnya. Sebutan "penemu 4G" itu pun berasal dari media, bukan klaim Cak Khoirul sendiri. Jadi "kesalahan" Cak Khoirul hanya karena beliau diduga (sengaja/tidak) mengarahkan terjadinya kesalahpahaman dan membiarkannya, sehingga beliau disebut "penemu 4G" oleh media.
Fakta bahwa di beberapa kesempatan Cak Khoirul berusaha menyangkal sebutan ini dan mengklarifikasinya, tidak berarti apa-apa buat Mas BEP, yang dalam artikelnya tetap menuntut supaya Cak Khoirul melakukan "klarifikasi aktif." Ini agak lebay menurut saya. Apalagi kalau baca status FB istri Mas BEP yang di-share teman2 EL-ITB, parah sekali tampaknya skandal "fraud" ini, seolah-olah Cak Khoirul ini orangnya manipulatif.
Cukuplah sekali Cak Khoirul memberikan klarifikasi ke media, artikel atau wawancara, toh semuanya tertulis, otentik, bisa jadi reference. Selebihnya bukan tanggung jawab beliau. Atau nggak cukup?
Saya nggak tahu, apakah sebelum tulisan itu keluar Mas BEP sempat melakukan pendekatan komunikasi personal ke Cak Khoirul terkait hal ini? Untuk mengklarifikasi dugaan "fraud" ini, dan mendorong Cak Khoirul membuat klarifikasi khusus ke media untuk "meluruskan misinformasi" ini? Seberapa aktif Mas BEP sendiri berkomunikasi dengan Cak Khoirul untuk memaksa beliau melakukan hal itu?
Atau, mungkin "personal communication approach" ini nggak penting sama sekali? Nggak ada artinya sama sekali bahwa Mas BEP dan Cak Khoirul ini seniro-juniro dari satu almamater, pernah berinteraksi di satu sub-jurusan, mungkin juga dulunya satu lab., atau at least sesama peneliti/penemu hebat yang sama-sama membuat bangga bangsa Indonesia?
Karikatur banget ini kan? Peneliti/penemu teknologi telekomunikasi mutakhir terlalu sibuk dan nggak sempat menggunakan teknologinya untuk saling berkomunikasi personal. Padahal semua just a phone call away, an e-mail away, just a text away! Akhirnya mereka malah jadi korban adu domba kepicikan media.
Sebagai orang awam yang sama-sama bangga terhadap prestasi serta potensi Mas BEP dan Cak Khoirul, yang berharap at least para pakar/peneliti/penemu kita bisa kompak, karikatur ini bikin sedih. Mungkin citra profesionalisme di mata komunitas pakar internasional lebih penting ketimbang menjalin silaturahim sesama bangsa Indonesia.
Tulisan Mas BEP itu sendiri bagus dan informatif, sukses mencapai tujuannya untuk "meluruskan misinformasi". Tapi lebih dari itu, baca sekali lagi dengan hati yang jernih, tone dari artikel itu (terutama paragraf-paragraf akhir) adalah subtle personal attack :(
Masyarakat akan mengambil banyak manfaat artikel informatif itu. Tentang "fraud" yang dipersoalkan, masyarakat nggak akan ambil pusing. Mas BEP dan Cak Khoirul tetap kebanggaan kita. Kekuatiran saya cuma satu, mudah-mudahan tulisan itu tidak membuat damage silaturahim Mas BEP dan Cak Khoirul, dan para pakar/peneliti/penemu hebat kita lainnya.
Dikirim oleh Lucky Ginanjar Adhipurna pada 17 Maret 2016
Berikutnya, muncullah pernyataan dari sang Seniro bahwa dia telah menghubungi secara pribadi, tetapi tidak digubris. Namun, ketika kawan saya mempertanyakan kapan upaya tersebut dilakukan dan melalui jalur apa, tidak ada pembuktian lebih lanjut, malah dituduh seolah-olah berkelit membelokkan masalah utama. Padahal, kunci dari kehebohan ini menurut saya ada pada fakta apakah kontak pribadi itu pernah terjadi atau tidak. Jika tidak, diamnya sang Seniro sekian lama adalah kesalahan fatal sebagai rekan sealmamater yang tidak ber-amar makruf nahi munkar.
Ketika berita penemu 4G LTE ini pertama kali mencuat di tanah air, saya menghubungi KA secara PRIBADI untuk klarifikasi misinformasi ini, karena bagaimanapun juga KA adalah rekan se-alamamater saya, kalau nama KA jelek, nama almamater saya juga ikut jelek. Tapi KA tidak mau meresponse/klarifikasi. SAYA DIAM.
Ketika briefing acara Kick Andy tentang paten-paten yang saya miliki di 4G LTE, Andy Noya dan tim nya mulai mencium keanehan kok ada yang punya 1 paten tetapi mengaku penemu 4G LTE, sedangkan yang punya puluhan paten tidak pernah meng-klaim nya. SAYA DIAM.
Ketika saya sebagai 1 dari dua putra Indonesia di delegasi 3GPP wireless communication yang merumuskan 3G, 4G dan 5G, mulai mendengar candaan, olok-olok, kalimat-kalimat yang mendiskreditkan bangsa saya di forum International karena adanya orang Indonesia yang mengaku-ngaku penemuannya menjadi dasar teknologi 4G LTE. SAYA TIDAK BISA TETAP DIAM.
SAYA TIDAK BISA TETAP DIAM.
Dikirim oleh Basuki Endah Priyanto pada 18 Maret 2016
Dan tentu saja, pengumuman tersebut dalam hitungan jam jauh lebih banyak tersebar luas daripada tulisan lengkapnya sendiri, karena demikianlah watak penghuni medsos Indonesia yang lebih mudah berbagi keluhan daripada berita ilmiah.
Waduh!
Dikirim oleh Hasanudin Abdurakhman pada 19 Maret 2016
*otaku mode on* Selain kekecewaan terhadap Bakrie, saya juga menentang penyelewengan kisah Dragon Ball. Seperti koran kemarin menambah karangan bahwa Bola Semangat dipakai Son Goku mengoyak perut Piccolo. Padahal, kita semua tahu bahwa Bola Semangat adalah jurus yang diperoleh di alam kematian setelah Son Goku beraliansi dengan Piccolo Majunior untuk melawan abangnya Son Goku, sehingga jurus tersebut tidak pernah diterapkan kepada Piccolo. Sebelum itu, Piccolo Daimaoh tua perutnya dikoyak oleh Goku menggunakan jurus Tsuranuke dengan propulsi jet Kameha-meha. Kesalahan wartawan tersebut tidak akan muncul jika beliau membatasi secara tegas bagian mana dari Dragon Ball yang sedang dia bahas.
Akhirnya setelah kerepotan berusaha tetap tenang dalam menjawab di sana-sini, beliau pun membuat penafian di status.
Untuk meluruskan informasi yang berpotensi makin salah dalam beberapa hari terakhir ini terutama terkait berita heboh di detik tentang "komplain" dari seorang senior, untuk kebaikan bersama, saya sengaja menyelesaikan lewat darat, kami satu almamater. Saya sengaja tidak ingin terpancing oleh orang2 yang berusaha memanfaatkan situasi ini dengan tidak melayani pertanyaan mereka. Kemudian terkait fitnah memanfaatkan kesalahan untuk ketenaran :D, ya tidak lah. Saya berprinsip bahwa "Pohon lebih utama daripada bayangannya. Pohon adalah diri kita sendiri, bayangan adalah popularitas". Saya sudah beberapa kali masuk media bukan karena 4G, misalnya dalam artikel Tarbawi ini. Sewaktu diberi penghargaan Bakrie, jika penghargaan diberikan karena dianggap penemu 4G, tidak akan saya terima. Semoga status ini bermanfaat dan membuat kita lebih bijaksana dalam bersikap ya :D.
Dikirim oleh Khoirul Anwar pada 19 Maret 2016
Dilanjutkan dengan pernyataan yang akhirnya diproofread terlebih dahulu oleh "Grand Seniro" mereka berdua.
Turut mendoakan selalu Mas Khoirul Anwar . Meninggalkan Polemik 'Penemu 4G', Menyongsong Era 5G dan 6G
Dikirim oleh 21 Maret 2016
Marilah melangkah bersama-sama menatap masa depan.
Rekan-rekan, terkait dengan generasi telekomunikasi 5G dan 6G, karena setiap generasi memiliki ciri khas, maka saya merasa perlu memberikan gambaran bedanya dengan 2G, 3G dan 4G. Saya berikan tanda tanya "?" karena standard 5G dan 6G belum ditentukan. Gambar ini mungkin tidak merepresentasikan struktur sebenarnya, akan tetapi saya berharap mampu membantu kita memahami secara sederhana struktur setiap generasi. Saya sangat welcome terhadap masukan terkait dengan gambar ini.
Dikirim oleh Khoirul Anwar pada 21 Maret 2016
Bagaimanapun juga, saran saya, jika beliau belajar dari sosok Son Goku, selayaknya juga meneladani betapa Goku dihargai kehebatannya baik oleh kalangan kawan maupun lawan, tetapi sama sekali tidak perlu dikenali oleh khalayak awam.
Tugas untuk tampil tenar sebagai tokoh masyarakat diserahkan kepada mantan pesaing yang kemudian menjadi besannya, yakni Mr Satan.
Strategi tersebut semestinya fasih diterapkan oleh para penggemar sejati Dragon Ball. Sebaiknya meminta pendampingan humas dari pihak almamater atau tempat kerja; jangan bertindak sendiri dalam menghadapi media. Hindari taktik politik, kembalikan semuanya ke jalur akademik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar