Dari seleksi yang dimulai sejak penyelenggaraan pertama
Kyoto Film Festival, 1997,
terpilihlah Ichigen-san yang berkisah tentang mahasiswa asal eropa yang melakukan kegiatan sukarela membacakan cerita untuk gadis tunanetra (Filmfes 2, 1999) dan I Love Friends tentang fotografer tunarungu (Filmfes 3, 2001).
Namun "zaisei-hijoujitai sengen ni tomonau kinkyuu taisaku" membuat Cinemecenat dicutikan sementara.
Padahal, sudah ada cita-cita PPI Kyoto untuk ikut mengirimkan karya, mengenai suka-duka mahasiswa Indonesia tunaaksara kek, tunawisma kek (untung belum ada naskah untuk tunasusila). Dengan cutinya Cinemecenat, melayanglah seratus juta yen itu (;_;) (kayaknya bakal dapat saja, yahahahaha).
Pekan festival film ke-4 kali ini bertema Chanbara, film seputar samurai-pedang-zorro. Tapi kali ini tidak seramai dulu... Itu pun telah diundur setahun (seharusnya 2003).
Yang menarik biasanya adalah diputarnya film-film lama yang tidak beredar umum, dan menambah pengetahuan mengenai seni sinematografi dan sejarah: keterlibatan film hitam-putih dalam perang dunia I, misalnya, sangat membuat tersepona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar