Minggu, 19 September 2004

Kota Sinema

Sebagai usaha melakukan pendekatan "Eiga no Toshi, Kyoto" (Kyoto Kota Sinema) ke seluruh dunia, didirikanlah Kyoto Cinemecenat, suatu badan yang siap mendukung dana sampai SERATUS JUTA YEN untuk produksi film-film yang mengambil Kyoto sebagai tema, dengan syarat bebas propaganda bisnis, agama atau politik.

Dari seleksi yang dimulai sejak penyelenggaraan pertama
Kyoto Film Festival, 1997,
terpilihlah Ichigen-san yang berkisah tentang mahasiswa asal eropa yang melakukan kegiatan sukarela membacakan cerita untuk gadis tunanetra (Filmfes 2, 1999) dan I Love Friends tentang fotografer tunarungu (Filmfes 3, 2001).
Namun "zaisei-hijoujitai sengen ni tomonau kinkyuu taisaku" membuat Cinemecenat dicutikan sementara.
Padahal, sudah ada cita-cita PPI Kyoto untuk ikut mengirimkan karya, mengenai suka-duka mahasiswa Indonesia tunaaksara kek, tunawisma kek (untung belum ada naskah untuk tunasusila). Dengan cutinya Cinemecenat, melayanglah seratus juta yen itu (;_;) (kayaknya bakal dapat saja, yahahahaha).

Pekan festival film ke-4 kali ini bertema Chanbara, film seputar samurai-pedang-zorro. Tapi kali ini tidak seramai dulu... Itu pun telah diundur setahun (seharusnya 2003).
Yang menarik biasanya adalah diputarnya film-film lama yang tidak beredar umum, dan menambah pengetahuan mengenai seni sinematografi dan sejarah: keterlibatan film hitam-putih dalam perang dunia I, misalnya, sangat membuat tersepona.

Tidak ada komentar: