Terbaring di kamar, menonton televisi sambil ngemil pisang goreng. Besok adalah hari terakhir libur musim panas, karena tanggal 13 anak tingkat 4 sudah harus berkumpul kembali di lab, memulai rutinitas baru: mengerjakan tugas akhir.
Baru beberapa hari yang lalu aku berlibur bersama jeng W ke sebuah wahana taman ria baru: Universal Studios, Japan. Itu yang ada Jurrasic Park dan E.T. Ambisi Steven Spielberg menyaingi Tokyo Disneyland yang juga baru membuka wahana pendamping, Tokyo Disneysea.
Yang selalu mengherankan, mengapa USJ yang ada di Osaka bukannya dijadikan Universal Studio, Osaka (USO). Apakah karena dalam bahasa Jepang, uso berarti "bohong"? Atau karena Osaka dianggap kota pinggiran yang tidak mendunia?
Selama ini, kalau masyarakat Osaka menyebut atraksi kebanggaan mereka, Koushien dan Takarazuka, dua-duanya terletak di propinsi Hyogo, bukan Osaka (seperti diungkapkan Conan ketika diajak wisata oleh Heiji dan Kazuna). Apa tidak kasihan? USJ seharusnya menjadi pemicu ketenaran kota ini sekarang.
Sementara kenyataannya, Tokyo Disneyland * Tokyo Disneysea malah berada di propinsi Chiba, dan bukan Tokyo, mengapa tidak disebut Japan Disneyland atau Japan Disneysea, apakah suatu saat ada niatan mendirikan Osaka Disneyland di K.o.b.e., misalnya...?
Cerita punya cerita, di pintu keluar USJ, salah satu gerai yang kami lalui adalah Hard Rock Cafe Osaka Universal Citywalk. Terasa lucu, karena baru seminggu sebelumnya bersama tim kongres PPI dari Kansai aku mampir di HRC Tokyo. Seakan-akan liburan kali ini nyaris habis dengan tur HRC se-Jepang, padahal hanya sekedar numpang lewat. Yang jelas teman-teman dari HRFM Bandung pasti pada sirik kalau tahu hal ini, tohoho.
Dan entah mengapa lambang gitarnya tiba-tiba mengingatkanku pada sebuah film, yang satu adegannya adalah pesawat menerobos lambang tersebut (Con Air, kalau gak salah).
Dan berlalulah hari-hari kegerahan tersapu angin semilir, sampai tiba malam ini, malam terakhir aku bisa bergadang senang-senang, menonton episode terakhir drama musim panasnya Fuji Terebi, judulnya: Usokoi.
Drama komedi menarik, menampilkan permasalahan imigrasi. Seorang fotografer yang membangun rumah tangga harmonis dengan istri cantik yang diperankan oleh Nakama Yukie, ternyata terjebak pernikahan palsu dengan seorang penyelundup, seniwati Cina yang diperankan Wong Faye, yang juga membawakan Lagu OST drama ini: Separate Ways, ringan lumayan enak didengar lah.
Usokoi sudah mencapai klimaks adegan terakhir... tiba-tiba... sekilas info.
"Pesawat menabarak gedung WTC di New York, bla-bla-bla..."
Aku mencomot beberapa potong pisang goreng lagi dari kuali. Berharap film akan segera berlanjut, kok malah: "... kami akan berusaha menghubungi reporter di sana untuk menyampaikan siaran langsung..." dan seterusnya.
Jam menunjukkan pukul sebelas limabelas. Film muncul kembali sekilas, ternyata telah terpotong begitu saja dan sudah berjalan ending tracknya.
Program acara langsung berganti ke berita malam, loh? loh? loh?
Ke mana kalian lenyapkan usokoi-kuuuu?
Cuma pesawat nubruk, dihebohin, kayak gak ada kerjaan lain?!?!
Saat itu kekesalanku memuncak... Semua euforia yang mengalir di sekujur tubuh akibat rasa penasaran menghadapi klimaks itu, padam seketika berganti kegelisahan yang amat sangat.
Ya, aku ingat, pernah mendapatkan pertanda saat memandangi billboard HRC itu. Namun apalah guna jika tak jua terpahami sebelum waktunya. Yang jelas, mempertimbangkan rencana jadwal lab beberapa bulan ke depan, aku takkan punya kesempatan menanti siaran ulang drama ini...
Ussssssooooooooooooooooooooooooooooooo!
Bagaimanapun, aku jamin kejadian ini sungguh benar adanya, uso nanka janai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar