sehitam setan, sepanas neraka,
semurni malaikat, semanis cinta...
MENU SEDUHAN HARI INI: KOPI silang ganda
#1. Mandheling
#2. Eureka!
#3. Sejarah berdarah
#4. QAHWAH vs Drink of the Devil
#5. WARKOP, wahana intelektual
#6. Fenomena Luak
#7. Musium "Koohii"
#8. SBX vs shapeshifter
#9. cinTapuccino in Cirebon
#0. Manhattan Love Story
Selamat mencicipi...
Mandheling
1945. Sebagai acara perpisahan, beberapa Tentara Jepang (TJ) mampir di kedai kopi pak Regar (PR).
TJ: Umai! (Enak) Kore doko kara? Dari, mana?
PR: (menyangka pak tentara menyebut Omae = kamu)
PR: Sahaja? Dari Mandailing, Tuan...
TJ: E? Nani? Mandeeringgu?
PR: Ya tuan. Mandailing tuan.
TJ: Ah, sou... (sambil manggut-manggut).
Sepuluh tahun kemudian, telepon luar negeri untuk Pwani, seorang makelar beken di tanah Sumatra, berdering di meja operator. Terjadilah transaksi mengapalkan 15 ton Kopi Arabika bermutu tinggi dari Sumatra ke Jepang, sebagai tonggak keberhasilan ekspor besar-besaran pertama, dengan label yang menginternasional sejak saat itu: Mandheling (yang sebenarnya bukan nama tempat, melainkan semata-mata plesetan nama kelompok etnik yang kebetulan paling terlibat dalam produksi kopi, Mandailing, yang saya masih penasaran apa hubungannya dengan Mandarin dan alat musik Mandolin).
Di Indonesia malah paling juga tahunya kopi Medan...
BTW: Ini hanya gosip dari Sumatra. Pada kenyataannya, jauh sebelum perang dunia II, dalam katalog grosir kodian Sears tahun 1903 tercatat "Java Mandailing" for sale. Saat itu, sudah umum untuk memanggil semua kopi Indonesia dengan Java-ini dan-anu (bukan berarti berasal dari Jawa).
... Terkenang sekaleng Mandheling,
mendukungku bergadang di lab saat-saat genting...
Sebagai makhluk yang
tak mampu membedakan Nescafe dengan Kapal Api,
ibarat menghadiahi mutiara kepada seekor sapi
(^-^; Belum paham apa enaknya...
Pahit gila! Tapi manjur lah...
Eureka!
Tidak ada fakta yang kuat mengenai penemuan biji kopi. Namun terdapat bukti-bukti sejarah pemanfaatan kopi sejak delapan abad sebelum Masehi.
Suku Galla dari Habsyi (Ethiopia) sebenarnya bukan meminum, melainkan memakan kopi di dalam lemak hewan sebagai satu-satunya sumber gizi selama dalam kafilah.
Legenda yang beredar antara lain mengenai seorang seorang perenung yang pandai, Kaldi dari Ethiopia sekitar abad ke-6.
(Metoda ilmiah 1: menemukan masalah)
Kaldi: Hmm. Mengapa domba-dombaku kelihatan sakaw beginih?
(Metoda ilmiah 2: merumuskan masalah)
Domba: Mbehehehehekkk mbheheheehk
(Metoda ilmiah 3: mengumpulkan teori)
Kaldi: Karena cuaca? Tergelitik rumput? Kan belum musim kawin?
(Metoda ilmiah 4: mengajukan hipotesis)
Kaldi: Aku mata-matai ah. Inilah kerjaan gembala.
(Mengendap-endap)
(Metoda ilmiah 5: mengumpulkan data lapangan)
Kaldi: Perdu hijau berkilau, semak apa tuh yang mereka mamah biak?
(Metoda ilmiah 6: melakukan penelitian)
Kaldi: Ada buahnya euy, merah kecil-kecil... Coba juga ah.
Glek-glek... Gllppp... Whoaaa!
(Metoda ilmiah 7: membuat kesimpulan)
Domba: Mbebeheekehek mbhekeheheek
Kaldi: Mmmbeheheeeek mmmbheeeeeek
(Langsung menari-nari di tempat)
Sejarah berdarah
Al Mukkah (Moccha) di laut merah, menjadi satu-satunya pelabuhan ekspor kopi dunia selama seribu tahun.
Penyebaran kopi dimulai secara ilegal, karena mengangkut tumbuhan kopi ke luar Negara Muslim dilarang oleh pemerintahan Islam saat itu.
Orang Belanda mencuri bayi pohon Kopi dari pelabuhan Moccha ke Sumatra dengan cara menempelkannya ke perut mereka, dan memulai babak Tanam Paksa Kopi di bawah dominasi kolonial...
Perang sipil banyak meletus di Amerika Tengah akibat kebijakan kopi yang mematikan sumber ekonomi rakyat.
Awal tahun ini pemerintah melakukan pembabatan kebun kopi rakyat di Manggarai karena berada di areal hutan lindung "milik Negara".
Dapatkah kau hirup wangi kepulan uap dari secangkir kopi,
dan meneguk pelan-pelan dengan penuh kepuasan,
tanpa mengendus dan mengecap amis darah tertumpah...??
QAHWAH vs Drink of the Devil
Setiap arisan ke apartemen Sarah, kami wajib menenggak minuman satu ini. Apalagi di saat dingin salju menusuk tulang, qahwah adalah obat yang tepat.
Minuman ini lebih menyerupai Bandrek, karena ke dalam seduhan kopi ditambahkan cengkeh, kayu manis, kapulaga dan bunga lawang.
Minuman pertama yang dibuat dari kopi adalah Wine, dari ceri kopi, madu dan air. Demi mengadaptasi kopi ke dalam syariat Islam yang melarang konsumsi alkohol, orang-orang Turki meramunya sebagai qahwah yang kita minum sekarang.
Dalam perkembangannya, sempat terjadi pengharaman kopi oleh pemerintah Makkah, yang kembali dihapuskan dengan pertimbangan kopi berkhasiat sebagai obat sesuai catatan Ar-Razi dan Ibnu Sina, dan dihidangkan di masjid-masjid untuk menambah kekhusukan ibadah.
Ketika kopi didagangkan dari Mocha ke Negara-negara Eropa, para penggemar Teh dan anti Islam memboikotnya dan meminta Paus melarang penyebarannya sebagai "minuman setan". Namun Paus, yang terlanjur menikmatinya dari kiriman pendeta-pendeta Habsyi (Ethiopia), pada tahun 1605 justru membaptisnya sebagai minuman Kristiani, dan berkata "kopi itu lezat sekali, alangkah sayang membiarkan kaum kafir menikmatinya sendiri!".
WARKOP, wahana intelektual
Tempat tinggal sesempit liang kelinci, membuat orang Jepang rata-rata memilih bertemu di luar rumah, ketimbang bertamu minum teh seperti adat istiadat lama Cha-no-yu yang merepotkan. Bagi kelompok yang tidak menikmati minuman beralkohol, kopi adalah pilihan yang punya tempat khusus di hati dan lidah.
Banyak sekali kafe di Kyoto, rata-rata hanya memuat sepuluh orang sekaligus, ditata dengan interior unik, antik menarik. Kebanyakan mengambil gaya saloon Perancis, bahkan ada satu di belokan dekat PAM berjudul "Le Petit Prince" sambil memasang ilustrasi buku karya de Saint Exupery itu di sana-sini.
Tengah malam terdampar di kota, kita bisa beristirahat murah meriah di warkop 24 jam, hanya dengan segelas kopi dan sepotong biscuit seharga 500 yen bisa numpang duduk dan sesekali terlelap di antara kepulan asap rokok dan majalah-majalah lama.
Di sudut sebuah Karafuneya pastilah ditemukan satu dua orang yang membuka buku-buku tebal mengerjakan PRnya sambil menyeruput segelas espresso dan menyuap sebongkah black forest.
Warung kopi sejak pertama kali muncul di Turki, telah berperan sebagai pusat pertukaran intelektual sampai sekarang. Dimanfaatkan sebagai pijakan untuk meninggikan karyacipta dan wacana, dengan kesempatan bergaul, mengobrol, bermain dan mengapresiasi seni.
Fenomena luak
Ayahanda (alm) yang mengaku besar di perkebunan kopi, sering cerita mengenai kopi paling enak yang diramu dari biji-biji sisa pencernaan hewan unik bernama luak. Katanya, luak hanya memakan buah kopi yang telah matang, dan menyisakan biji kopi dengan kulit ari, yang dipungut dalam keadaan seperti ini justru yang paling enak. Sayangnya karena sehari-hari beliau tidak menenggak kopi, saya meragukan seleranya... (^^;
Penelitian mutakhir membuktikan bahwa telah terjadi proses semacam fermentasi, pemecahan protein di dalam kopi tersebut oleh kelenjar-kelenjar luak, sehingga menurunkan kadar kepahitan.
Tapi harap hati-hati, ada kecurigaan tertular SARS, dan sementara pertimbangan luak adalah sejenis kucing, maka aroma yang ditimbulkannya dianggap tidak kosher, walaupun belum saya temukan fatwa ketidakhalalannya.
Bagi yang ingin mencoba gratisan online, ada nih sebuah alternatif menarik bagi kopi luak... Silakan silakan (^-^;
Koohii
Di Jepang gak ada yang namanya kopi ataupun coffee. Ada juga, koohii dalam katakana. Itulah sebabnya ketika si Doumyouji (tokoh dalam Hanayori Dango, dikenal di seputar Asia dengan nama Tao Ming Tse) ke New York, kebingungan gak bisa memesan koohii.
Secara umum posisi kopi belum sedemikian berakarnya seperti cha dalam budaya Jepang.
Namun orang Jepang punya bagiannya sendiri dalam sejarah perkopian.
Penemu kopi instant adalah seorang peneliti Jepang di Chicago, Satori Kato.
Ueshima Coffee Company (UCC), sebuah perusahaan pelopor pengalengan kopi siap minum yang kini dijual umum di vending machine, punya museum Kopi di Kobe dan sejak sekitar sepuluh tahun terakhir memiliki kebun kopi sendiri di Lintong Mandailing. Kini mereka berusaha mengatasi problem lingkungan terutama kaleng-kaleng bekas yang menyampah.
Sejujurnya, saya sangat menikmati beberapa iklan kopi kalengan di Jepang, antara lain Fire versi Kimutaku berkucing putih (ada yang punya gambar atau rekamannya? Mauuuu), BOSS a la Hamasaki Ayumi berkumis ria, dan yang "moshi sekai juu ga minna teki ni nattemo..." Walaupun tak sampai tergerak untuk mengonsumsi...
SBX vs Shapeshifter
Di suatu arisan di tempat Sarah, Mahdjouba teman dari Algeria menjerit, "Boikot SBX!"
Semua berpandangan tak rela. Bahkan Sarah pun sebenarnya penggemar Starbucks, jaringan internasional yang buka kafe di setiap kelokan jalan Sanjo-Shijo dengan wanginya yang menggoda dan suasana yang nyaman untuk membaca novel. Karena desainnya yang nyaman? Pelayanannya yang ramah? Mungkin perasaan global metropolis lah yang membuat SBX punya tempat tersendiri di hati para yuppies bergajulan ini. Kita seakan-akan berada di Utopia States for All. Dan kesempatan satu-satunya melakukan "free will" dengan harga "memadai":
Saya mau yang Tall! Short! Decaf! No Sugar!
Kalau berminat membaca, ada komik online yang menyindir SBX dan mempertarungkannya dengan shamanism: SHAPE SHIFTER
Sebagai yang tak punya kebutuhan harian akan kopi, aku sih oke-oke saja. Tapi selanjutnya Mahdjouba menjerit lagi, "Boikot Disney!" Wah. Belum sanggup deh. Gimana donggggg...
cinTapuccino in Cirebon
Kebetulan hari Minggu lalu aku menemani nCha ke Cirebon, kali ini dalam rangka berkeliling promosi chicklitnya yang pernah aku ceritakan dulu itu, ke Grage Mall dan radio-radio di sekitarnya(maklum dasar penyiar), sambil bagi-bagi edisi lepas gratis. (Hebat juga, berapa yah alokasi biaya untuk promosi... Sehari saja mestinya habis sejuta dua juta...)
Analoginya dengan kopi, yang digunakan untuk mendulang untung ini, keren juga:
Obsesi kronis sekental saripati espresso yang dipermanis oleh bumbu kenangan serupa krim coklat; secangkir cinta dalam seduhan cappuccino...
Sambutan dari para pegawai Gramedia Cirebon ternyata cukup meriah: Mereka brsemangat promosi dengan kostum festival, lalu menampilkan dance dan kabaret, yang cukup merusak kenangan masa SMA yang kubayangkan selama ini... yahaha...
Manhattan Love Story
Drama musim gugur tahun lalu. Sebuah kafe mungil di belakang stasiun televisi Chuo, ramai dikunjungi pelanggan menyebalkan dengan berbagai latar belakang, sebut dalam inisial A, B, C, D, E, F, G.
Sang pemilik kafe yang pendiam dan setia pada kemurnian kopi yang dihidangkannya, tergerak untuk diam-diam secara rahasia turun tangan dalam menyelesaikan masalah cinta segi delapan masing-masing pelanggan dengan filosofi kopinya.
Suatu saat panah di peta cinta berbalik arah...
Sang master yang selama ini di belakang layar, ternyata menghadapi kenyataan bahwa ia suatu saat juga harus maju sebagai pemeran utama ke panggung.
Selain itu, demi menyesuaikan selera pelanggan, perlahan-lahan kafe yang konvensional itu berubah menjadi tempat yang meriah, ada kopi instan, eskrim, nasi kare, napolitan, komik slam dunk, bahkan karaoke...
Sampai tiba-tiba stasiun televisi harus pindah dan sang master bisa terbebas dari para pelanggan yang seenaknya itu...
Alur yang penuh kejutan sampai detik-detik terakhir.
Drama ini memenangkan berbagai penghargaan antara lain drama terbaik, pemeran pembantu wanita (Kyon-kyon!), naskah, casting, sutradara, musik, OST (manhattan e itta koto ha nai kedo).
Serif-serif yang tak terlupakan:
アンタはブレンドし過ぎだ!ブレンド依存症だ。アンタはまだ、コロンビアの味もマンデリンの味も知らない。一方の魅力を知る為には、もう一方を捨てる勇気が必要なんだ!
私の人生と経験と魂をこめて言わせてもらう。
鉄は、熱い内に、飲め!…もとい、打て。
3 komentar:
hey hyoutan! watashiwa badu desu. dozo yorosiku. (haha bener gak? sok tau gw ini yeah..) r u mala's sister? well, i am mala's friend! makasih udah komen di blog gw. btw, nice blog, grreatt writings! gw link ya! siip!
Aaagghh kopi? bisa aja dibahas. Dah lama kapok minum kopi. Sempet tersugesti memberi kekuatan begadang. Tapi lama2 kapok, rasanya gak sehat. Lebih milih teh sekarang, atow coklat. Kapan2 ada bahasan mengenai teh ya.. teh Jepang kan enak2.
Posting Komentar