"Tiruan dari tiruan yang asli kah......"
"Begitulah. Menjadi asli akan merugi. Yang menyalinnya pun masih belum apa-apa. Untuk menggenggam dunia, sudah dipastikan... Salinan dari salinan."
"Hmmm..."
Baru-baru ini, Makihara Noriyuki mengadukan balik Matsumoto Leiji yang telah menuduhnya menjiplak frase dari komik bekennya, Ginga Tetsudou (Galaxy Express) 999 secara terbalik di dalam lirik lagu terbaru Chemistry, Yakusoku no Basho.
時間は夢を裏切らない・夢も時間を決して裏切らない
Waktu tidak mengkhianati mimpi,
dan mimpi pun takkan pernah mengkhianati waktu.
Matsumoto Leiji sedang menjabat sebagai penanggung jawab masalah hak cipta di asosiasi komikus jepang, memperjuangkan perpanjangan masa berlaku hak cipta untuk manga dari 50 tahun menjadi 70 tahun. Takut kalau hak cipta terkhianati oleh waktu?
"Semua berawal dari meniru. Kau menyalin sesuatu, lalu menerapkan, meningkatkan, dan mengembangkannya menjadi sebuah ide. Tembok raksasa kreativitas muncul setelah proses itu. Kegagalan akan menimpa secara beruntun. Pastiche (seni yang merayakan tiruan) tidak pernah merupakan karya asli. Saya sepenuhnya menentang itu. Pastiche, kalau bukan untuk latihan, adalah plagiarisme. Merupakan suatu penghinaan terhadap seorang pencipta jika diberitahu bahwa karyanya 'mirip dengan sesuatu yang lain'.
Tak dapat dihindari adaptasi ide dari ratusan tahun yang lalu, tapi batas 50 tahun terlalu singkat dan terlalu mudah dikenali. 70 tahun itu pas-pasan. Saya telah bekerja selama 54 tahun, itu pun terasa sekejap mata."
Sebenarnya tarik-ulur hak cipta ini adalah isu antara pengarang dan produser, bukan antara pengarang dengan konsumen. Konsumen akan senang jika pengarang merasa aman terlindungi sehingga bersemangat menciptakan karya yang bagus, sementara karya kesayangannya tidak akan semena-mena dipelintir demi produk komersial semata.
Lepas dari masalah itu, Jepang pada dasarnya punya budaya khas "Monomane" sebagai bagian pertunjukan panggung Noh, dan diwariskan ke dunia hiburan televisi saat ini. Untuk peniruan yang lebih "ringan" ada Kasou Taishou (Masquerade) misalnya.
Sedangkan di Indonesia, negeri tempat tiru-meniru (dan pembahjackan) sudah menjadi kebiasaan, yang berhasil adalah parodi, meniru sambil menyindir puncak-puncak kekuasaan dengan cerdas, yang kemudian dipermasalahkan pula karena dianggap melecehkan...
Karya yang katanya buatan sendiri (otentik bukan orisinal), seperti Jomblo tersingkir dari kancah persaingan peringkat tayang, kalah mutlak dari berbagai macam sinetron jiplakan untuk pembodohan terstruktur yang terbukti ditonton bahkan oleh manusia-manusia kekar seperti polisi dan paspampres (menurut pengakuan mereka langsung...)
Namun terbukti memang untuk menguasai dunia, kita harus meniru tiruan.
Mou Gan Dou alias Infernal Affairs (2001, Hongkong) yang sebenarnya juga tidak terlalu orisinal, cenderung menafsirkan face off secara lebih harfiah, ketika dibuat ulang dengan sedikiiit sentuhan amerikanisasi menjadi The Departed (2006, Scorcese) bisa dapat penghargaan bergengsi toh (tolong jangan disamakan dengan nasib Ekskul: sebuah ekstrakurikuler).
© Fight Club |