Bajaj-bajaj dan ojeg-ojeg menjadi Transformers. Wow!
Tapi kenapa Transformers? Bukan Gatotkaca, tulang baja otot kawat?
(Yea Gatotkaca gak mungkin berubah dari bajaj atau ojeglah, paling juga dari tiang jemuran...)
Soal perizinannya bagaimana? Apakah harus membayar royalti kepada pemilik hak cipta Transformers? Atau yang seperti ini tidak akan dianggap plagiat karena merupakan parodi? (Saya tidak menonton satu pun film Transformers jadi belum tahu bedanya.)
Ada yang bilang mirip sama animasi Malaysia dari produser Upin-Ipin juga, berjudul Zaman Dahulu Kala atau semacamnya...
Hebatnya adalah perincian latar belakang yang indah dan meriah tentang kehidupan sehari-hari di Indonesia... Bukan lagi masakan penuh bumbu rempah-rempah, dihidangkan di atas anyaman rotan dan daun pisang, aneka warna buah-buahan dan bunga-bungaan, pelepah bambu, hewan-hewan langka, harta karun emas permata... Tapi makan Indomie, minum kopi sasetan di kios pinggir jalan... Pokoknya segala yang cepat saji dan menyampah plastik...
Sebuah penggambaran rendahnya daya beli rakyat Indonesia, sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga harian, tidak bisa proyeksi secara bulanan dengan belanja borongan yang jatuhnya jauh lebih murah dan hemat daripada eceran...
Apa pun, semoga segera tayang.
***
Pemutakhiran 14 Desember:
Ini Dia Tanggapan Lakon Animasi Soal "Transformers Cap Bajaj"
KOMPAS.com - Video animasi "Pada Suatu Ketika" terlanjur menyebar luas dan diminati publik. Akibatnya, muncul seruan/ajakan untuk mendukung video itu agar menjadi sebuah film animasi layar lebar.
Sayangnya, seruan itu ternyata berbeda dengan misi yang diinginkan para pembuatnya. Berikut adalah tanggapan dari Lakon Animasi mengenai video itu yang ditayangkan di Facebook Page mereka:
Menanggapi perkembangan yang terjadi pada terbitan video Lakon "Pada Suatu Ketika" ( LPSK ), kami merasa perlu menginformasikan kembali latar belakang pembuatan video dan mengembalikannya pada misi semula.
Pertama, LaKON animasi bukanlah Studio Produksi Animasi, melainkan lembaga/studi pelatihan animasi yang rencananya akan dilaksanakan di kota Solo. Kami berusaha ikut berpartisipasi, dalam kapasitas yang kami punya, untuk mendukung sektor industri yang kini sudah, sedang, dan akan lebih berkembang, seperti yang sudah dimulai oleh studio-studio animasi di Jakarta-Bandung-Jogja-Batam dll.
Sebagai lembaga penciptaan SDM, kami memposisikan diri sebagai pelengkap dari institusi-institusi pelatihan lain, yang sebelumnya sudah lebih dulu ada dan berjalan. Studio LaKON baru akan dimulai pada tahun 2012, dalam format uji coba.
Kedua, Video LPSK dibuat dalam rangka uji materi pembelajaran dan pelatihan. Reel tersebut dibuat untuk menemukan bugs (cacat, kelemahan, kekurangan) yang terdapat dalam program yang tengah kami susun, baik itu dalam kurikulum, modul dan wawasan pelaksana program.
LPSK pada awalnya ditujukan untuk pemirsa terbatas di forum LaKON FB dan di media publik yang menekankan pada diskusi dan apresiasi, dalam hal ini situs video-sharing vimeo.
Tanpa mengurangi rasa hormat atas atensi dan tanggapan dari publik yang lebih luas, bahwa pada akhirnya reel tersebut melebar ke media lain, adalah di luar tujuan penerbitan video.
Ketiga, tidak ada wacana dalam agenda kami untuk menjadikan reel/showcase kami untuk keperluan produksi komersial (film komersial, tv seri, dll). Showcase studi memang kami buat dalam kemasan 'film' (unsur cerita dan tokoh) dengan maksud untuk menghubungkan relevansi program pelatihan dengan kebutuhan industri.
Meski dalam kerangka non-komersial, kami akan tetap mempublikasikan showcase studi berikutnya ke depan, tentunya dalam forum yang lebih terbatas.
Demikian informasi ini kami sampaikan untuk memperjelas status dan misi LaKON beserta showcase studi kami.
Tentu saja saya langsung memutuskan untuk menonton film "Pengejar Angin" begitu mendengar gosip ada adegan harimau di air terjun.
Begitu film dimulai, kesan pertama adalah film horor mistis atau thriller ketegangan penumpang bus yang melewati jalur lintas Sumatra. Ternyata oh ternyata, secara garis besar ini hanya film bergenre motivasi (menapaki langkah Laskar Pelangi dkk) sekaligus sebuah bentuk promosi provinsi Sumatra Selatan yang sedang menyambut perhelatan Sea Games. Bahkan gubernurnya pun pasang tampang dengan penuh kebanggaan, berhasil mencanangkan program sekolah gratis sampai ke pelosok-pelosok daerahnya.
Tersebutlah Dapunta, seorang siswa yang cukup cemerlang di kampungnya. Siapa sangka, ayahnya pentolan rampok Bajing Luncat. Sang ayah yang ganteng ini ingin sang putra mengikuti jejaknya. Dapunta yang terimbas angin modernisasi, memilih untuk melanjutkan kuliah, namun menghadapi diskriminasi dari teman-teman sekelas membuat dia mempertimbangkan lagi bahwa mungkin jalan hidup sang ayah lebih benar.
Guru Matematikanya yang simpatik, mendukungnya untuk tampil di pentas dunia, namun apa daya kendala keuangan menghalangi. Uluran sumbangan dari Nyimas, anak dokter yang menaksirnya, ditolak karena gengsi. Sang Guru tidak kehilangan akal, menyodorkan Dapunta kepada temannya pelatih lari dari Jakarta. Menanglah dia di stadion baru dan mendapat jalur atlit untuk masuk ke Universitas Indonesia (?)
Eh, jadi, pengejar angin itu apa? Di keterangan film, katanya itu julukan pelari tercepat di kelompok rampok. Tapi anehnya, tidak ada seorang pun yang membahas istilah ini di sepanjang film. Berbeda dengan, misalnya judul film dulu itu "Mengejar Matahari" yang disebut-sebut melulu dengan penjelasan membosankan setiap sekali 5 menit.
Sayang sekali, alur cerita tidak terjalin dengan rapi dan berkesinambungan. Padahal, para pemain berperan dengan mengungkapkan perasaan cukup baik.
Film ini juga kesempatan memamerkan keindahan Lahat dan Palembang, rumah-rumah panggung kuno yang tampak cukup nyaman dan asri, dibumbui sedikit tenunan dan alunan musik daerah sebagai tempelan di sana-sini. Dalam dialognya terselip beberapa kosakata khas, walaupun sebagai penonton kita tidak bisa tahu apakah itu diucapkan dengan baik dan benar, dan apakah itu peribahasa yang penting atau sekadar basa-basi. Juga beberapa adegan laga silat yang mantap (setidaknya karena situasi ceritanya lebih menarik daripada "Merantau"). Selain itu, sebenarnya film ini punya potensi menjadi kritik yang tajam. Antara lain,
Penerapan sekolah gratis tidak serta-merta menyelesaikan masalah, karena di satu sisi membuat orang tua murid tegas menolak permintaan sumbangan untuk kegiatan ekstrakurikuler lainnya, sementara dana dari pusat tiba tersendat-sendat. Murid-murid pun terkungkung di kelas tanpa bisa mengembangkan bakatnya di bidang olahraga maupun seni. Guru-guru pun belum tentu terjamin digaji dengan lebih baik.
Rampok tetap jauh lebih berjasa dalam meningkatkan kesejahteraan kampung daripada program pembangunan pemerintah. Biarpun perampok, sikap kesatria, mengutamakan keselamatan anak buah, nasionalisme dan kebanggaan akan daerahnya ternyata lebih mendarah daging daripada orang terpelajar lainnya.
Polisi tampak tidak berdaya membasmi kelompok rampok, sang Ayah kebetulan tertangkap hanya gara-gara dilaporkan dan dijebak oleh kelompok rampok saingannya.
Ibu Dapunta bisa dirawat dengan baik di rumah sakit kebetulan karena ada pengeceng Dapunta yang anak dokter. Artinya program Jamkesmas belum tercapai dengan baik.
Peran pelatih olahraga tidak tampak berpengaruh besar karena atlitnya sudah cukup terlatih selama magang di kelompok perampok. Peran sekolah dalam melatih pun tentunya jadi mengecil.
Kasus korupsi Stadion SEA Games-nya tidak diangkat ke permukaan... Padahal kan ini kesempatan untuk membahasnya juga.
Dapunta adalah nama raja Sriwijaya. Tapi apa kaitan kerajaan tersebut dengan kehidupan mereka masa kini? Apa iya Dapunta Hyang keturunan keling keriting hitam legam seperti si Dapunta yang ini, atau keturunan Cina sipit kuning? Seberapa jauh rasa memiliki masyarakat Sumsel terhadap sejarah masa lalu yang berjaya itu?
Eh eh eh, lalu, di mana sang harimau? Oh, itu, benar ada dia, melintas di depan air terjun!
Serial komik yang bertahan tenar dalam rentang waktu penerbitan yang lama, berkesempatan mengalami pendewasaan seiring dengan meluasnya wawasan sang pengarang (walaupun kadang-kadang juga semakin garing seiring dengan berkurangnya kesigapan sang pengarang yang bertambah usia). Tintin yang awalnya fasis, rasis, antisemit, eropasentris, mendukung monarki dan tega memasang dinamit di kulit badak, pun selama 50 tahun bergeser menjadi komunis orientalis pasivis egaliter berhati mulia, rela berkorban demi sesama manusia.
Di dunia global yang kini menuntut penerapan political correctness, tentu saja Tintin perlu dikemas ulang sebagai karya baru yang lebih menyoroti sisi kebijaksanaannya. Toh, Hergé juga menyerap berbagai pengaruh luar dalam menyusun sebuah petualangan yang utuh dalam 62 halaman. Maka bisa dimaklumi jika film terbarunya mencoba menggabungkan potongan-potongan campur aduk dari dua-tiga album sekaligus, apalagi memang ada alur yang nyaris berulang.
Untuk itu, saya sudah siap mental dengan konsekuensi perubahan cerita dan tokoh, jauuuh sejak awal beredar rumor film ini akan diproduksi, tapiii...
Film dibuka dengan bayangan-bayangan sosok komik aslinya yang berlari-lari, terpeleset, dan --entah sebagai perlambang media audiovisual, atau mengenang salah satu album serial ini-- bergantian memegang bola-bola ajaib yang berpendar-pendar sepanjang jalan.
Beralih ke suasana 3D flea market Belgia yang memukau, dilengkapi rincian mobil kuno, batu jalan dan benda-benda antik di sekelilingnya, kita temukan Hergé duduk menggambar kartun untuk seorang pemuda berjambul berwajah imut tapi keriput yang mengelus-elus anjing bermata kancing...
Sebegitukah batasan artistik dari teknologi tercanggih masa kini? Bahkan mata berbentuk titik komik aslinya tampak lebih berbinar daripada hasil motion-capture yang terjerumus ke dalam "uncanny valley" (ketika tiruan manusia tampak dan bertindak hampir, tetapi tidak persis, sama dengan manusia yang sebenarnya, justru menimbulkan rasa muak bagi yang melihat).
Seharusnya Snowy sibuk menggaruk telinga saat beredar di pasar kutu, namun entah karena produser/sutradara tidak memahami humor halus ini, ataukah gerakannya sulit direkayasa, ataukah tidak dianggap penting, tidak diangkat ke film.
POLITIK!!!
Selain soal raut wajah yang aneh tapi nyata, beberapa adegan memang spektakuler, seperti fatamorgana padang pasir yang berubah menjadi pertempuran di tengah laut, tentu hanya bisa dicapai oleh teknologi secanggih ini. Namun kelemahan utama film ini bukanlah soal visualisasi, melainkan penekanan prioritas alur cerita yang memanjakan mata, mengabaikan hati.
Daya tarik komik Tintin yang tergolong mendidik adalah sudut pandangnya yang cenderung netral sebagai seorang wartawan investigasi dalam memantulkan latar belakang berbagai peristiwa abad 20 yang masih relevan untuk dikaitkan dengan percaturan kekuasaan dunia masa kini, layaknya Pengenalan 101 sejarah budaya politik dibumbui selera humor tinggi yang dapat dicerna oleh anak berusia tujuh tahun sekalipun.
Sayangnya, film ini mengesampingkan saripati utama ini demi mengusung polesan slapstik maupun aksi menggemparkan, seakan-akan sedang bermain game digital tanpa jiwa yang ujungnya hanya membosankan. Padahal, dengan sekadar gaya ligne claire komiknya sudah bisa langsung menghujam ke lubuk hati terdalam. Tintin tanpa muatan politik, serasa dikebiri...
KOLEKTOR!!!
Tema cerita asli Rahasia Kapal Unicorn adalah perbandingan tiga sisi kolektor: yang berani membayar seberapa pun juga hanya karena cinta (Ivan Ivanovitch Sakharine); yang berani melanggar norma-norma hanya karena gila/kleptomania (Aristides Silk); dan yang berani menculik membunuh hanya karena tergiur harta (Murai Bersaudara).
Sementara dalam cerita asli Kepiting Bercapit Emas, kita diperkenalkan pada sosok berpengaruh di Afrika Utara bernama Omar Ben Salaad, eksportir kepiting yang rajin shalat selalu mampir ke masjid tepat waktu, namun diam-diam munafik pentolan pedagang gelap candu internasional.
Dalam film, porsi Omar Ben Salaad tereduksi menjadi sekadar Seikh kaya-raya yang hobi koleksi model kapal dan mengundang rekan-rekan bulenya ke pesta pantai, menikmati pagelaran seni Kutilang dari Milan. Murai bersaudara hanya muncul dalam karikatur yang terpajang di lapakHergé di pasar kutu. Sedangkan peran mereka diambil alih oleh Sakharine yang aslinya tak bersalah. Menghindar dari stereotip penjahat Muslim, malah terjebak ke stereotip penjahat Rusia, apa bedanya?
JEPANG!!!
Di komik Kepiting, ada penyelidikan terhadap awak kapal yang tewas, Herbert Dawes, lalu muncul mata-mata Jepang yang diculik dari depan rumah Tintin sebelum sempat memberitahukan tentang kapal Karaboudjan, sementara Tintin ditangkap saat memeriksa kapal tersebut.
Di komik Unicorn, ada anak buah penjual barang antik, Barnabe, yang ikut menawar model kapal dan terpaksa mencurinya, lalu berubah pikiran ingin membocorkan rahasia kepada Tintin tapi malah tertembak di depan rumahnya, kemudian Tintin pun disekap di Moulinsart/Marlinspike.
Sedikit mirip, kan? Makanya di dalam film, ketiga orang (yang tewas, yang diculik dan yang tertembak) itu dihitung sebagai satu orang saja, Barnabe. Dari segi alur cerita, aman.
Sayangnya, ketika penyatuan itu terjadi, ada nilai yang hilang. Bahwa di komik Kepiting, yang ingin memperingatkan Tintin adalah agen rahasia Jepang yang telah melacak Karaboudjan dari pelabuhan Yokohama, Kuraki Bunji. Sekadar tempelan, namun inilah tindakan Hergé untuk menetralkan posisi orang Jepang setelah habis-habisan dieksploitasi sebagai penjahat di Lotus Biru.
LANUN!!!
Dalam komik Unicorn, muatan kapal Sir Francis Haddock sangat mencerminkan dirinya sebagai leluhur sejati Kapten Haddock... Berbotol-botol arak. Sementara harta karun sasaran cerita ini, hanyalah sepeti mungil hasil bajakan Rackham Merah terhadap armada Spanyol, yang ia pindahkan ke Unicorn karena kapalnya sendiri tenggelam akibat serangan Sir Francis. Dalam film, justru Sir Francis-lah yang ditugaskan sebagai "anjing" kerajaan (Perancis/Inggris?) untuk menyita harta armada Spanyol, dan Rackham Merah mengincarnya.
Ketika Unicorn diledakkan, Sir Francis hanya sempat menyelamatkan setangkup topi dari harta yang terserak. Anehnya di sepanjang film, harta ini tetap disebut sebagai "harta karun Rackham Merah". Padahal, sesuai perubahan alur cerita, secara hukum harta tersebut bukan milik Sir Francis, melainkan milik rakyat kerajaan yang dikawalnya, sehingga tidak selayaknya menjadi warisan untuk putra-putranya!
Dalam komik Kepiting, muatan kapal Karaboudjan adalah kepiting kalengan, yang ternyata dipakai menyelundupkan candu tanpa sepengetahuan sang Kapten. Dalam film, kepiting kalengan hanya muncul sebagai muatan yang terguling sepintas lalu.
PETA!!!
Untuk mempersingkat jam tayang film ini, dari hasil memecahkan teka-teki Unicorn, Tintin dan Kapten langsung menemukan bahwa ternyata Moulinsart/Marlinspike adalah tempat harta karun Rackham Merah disembunyikan, tanpa perlu berlayar melintas separuh bumi menuju laut Karibia dan menyelam bersama hiu terlebih dahulu.
Teori mengenai perbedaan penggunaan meridian Greenwich dan meridian Paris oleh Sir Francis Haddock, yang menambah pengetahuan saya bahwa garis bujur dan lintang bola bumi adalah semata hasil kompromi sesama manusia dan produk pemegang kewenangan saat itu, belum tentu merupakan suatu ukuran yang mutlak secara alami, juga jadi tidak disinggung.
Anehnya, tombol rahasia pada bola dunia di kaki Salib Elang adalah sebuah pulau tambahan di peta yang menurut sang Kapten -yang membual sudah mengenal seluk-beluk laut lebih daripada wajah ibunya sendiri- tidak pernah ada... Padahal, bukankah berdasarkan aktivitas vulkanik dan tektonik, bisa jadi sebuah pulau pernah ada tapi tenggelam karena gempa/tsunami, atau malah baru muncul karena letusan gunung bawah laut?
TOPI!!!
Dalam komik Kepiting, Kapten Haddock tidak mengenakan topi pelaut yang menjadi ciri khasnya. Apalagi dalam situasi melarikan diri, alangkah aneh jika topi tersebut tetap bersamanya.
Dalam komik Unicorn, ketika sadar sudah terikat oleh bajak laut, Sir Francis tidak mengenakan topi. Ketika menyelamatkan diri dari ledakan kapal, ia pun tidak tampak membawa topi. Namun ternyata topi tersebut masih ada dalam peti yang diwariskan kepada keturunannya, dan dipakai Haddock dalam memperagakan isi buku harian beliau kepada Tintin.
Dalam film, ketika sadar sudah terikat, topinya entah bagaimana tidak dilepas, dan ternyata di situlah dia menyembunyikan silet. Ketika kapal meledak, dia berhasil menampung secuil harta yang terserak dengan topi tersebut. Dan topi tersebut ditemukan masih menampung harta, tersembunyi di ruang bawah tanah di kolong Moulinsart/Marlinspike.
Dalam komik Unicorn, dendam terkait topi dialami oleh Dupont dan Dupond (Thomson dan Thompson) terhadap Murai bersaudara. Dan ketika Max Murai tertangkap, yang pertama kali mereka lakukan adalah membalasnya.
PEMABUK!!!
Dalam komik Kepiting, sang Kapten dibujuk supaya selalu mabuk sehingga tidak sadar bahwa dia sudah dikhianati oleh jurumudinya. Kalau saja dia tidak ketergantungan alkohol, dia tidak akan membiarkan tindak kejahatan penyelundupan candu dilakukan di atas kapalnya. Segala keonaran pemabuk yang muncul di komik ini tampak sangat membahayakan, sehingga cukup ampuh menempa saya pribadi untuk menjauh dari alkohol.
Dalam komik Unicorn, gerak-gerik sang Kapten menenggak alkohol sambil menceritakan isi buku harian kepada Tintin yang mendengarkan sambil berusaha menghalanginya minum, merupakan adegan yang sangat dinamis, sepadan dengan selingan rekonstruksi peristiwa perompakan Unicorn.
Dalam film, sang Kapten mabuk karena dia tidak percaya diri membawa nama Haddock, bahkan tak berdaya merasa dikurung oleh awak kapalnya yang telah direbut Sakharine... Tapi malah fase mabuk tersebut dibutuhkan oleh Tintin untuk menggali kenangan sang Kapten terhadap rahasia Unicorn. Dan entah bagaimana, kalimat-kalimat motivasi khas Hollywood justru meluncur dari mulut sang pemabuk ini, sungguh di luar watak khasnya!
KUTUKAN!!!
Dalam film, Kapten Haddock terkutuk oleh Racham Merah, dan dendam kesumat pribadi turun-temurun yang tidak mengakar dengan baik pada alur cerita inillah yang menjadi pencetus petualangan kali ini. Entah bagaimana, seorang Rusia(?) Ivan Ivanovitch Sakharine-lah yang menjadi pewaris Rackham Merah (padahal seharusnya kan dia bajak laut inggris sejati). Lalu bagaimana dia bisa tahu nenek moyangnya ingin balas dendam? Bukankah Rackham Merah sudah tenggelam, hanya Sir Francis satu-satunya yang selamat dari peristiwa tersebut?
Rasanya konsep ini sangat tidak khas Tintin, yang hampir semua komiknya berlatar belakang kerumitan situasi politik dunia, antara mafia narkoba dan pedagang senjata, antara gerilya dan pemerintah yang dikudeta.
Yah, bukan tidak mungkin ada dendam pribadi antara tokoh utama dengan penjahat yang pernah kalah berseteru di masa lalu, tapi rasanya tidak pantas kalau tiba-tiba tampil mengawali sebuah serial film yang sejatinya mengusung perdamaian.
Dalam komik Tintin yang lain, kutukan akan punya andil, tapi yang jelas bukan saat ini.
PRAMUKA!!!
Selain semangatnya sebagai wartawan sejati untuk menyelidiki suatu peristiwa secara mendalam agar dapat dijadikan berita yang bertanggung jawab, tindak-tanduk pemuda kita yang mengacu kepada dasa dharma pramuka yang dianutnya tidak terlalu tampak sebagaimana di komiknya.
Seperti dalam komik Kepiting, para pilot penembak dari Karaboudjan yang pesawatnya direbut Tintin pingsan ketika kemabukan sang Kapten membuat pesawat tak terkendalikan, dan tindakan Tintin menyelamatkan mereka dari pesawat yang terbakar setelah mendarat adalah suatu pelajaran moral yang diselipkan tanpa kesan menggurui. Namun dalam film, para pilot berhasil menyelamatkan diri sendiri dengan parasut ketika pesawat mulai jungkir balik, sementara sang Kapten yang masih mabuk berusaha menyelamatkan Tintin dengan manuver yang mustahil.
Tindakan-tindakan terampil a la Mac Gyver yang kreatif dan inovatif, yang biasa dilakukan Tintin untuk menyelamatkan diri, juga terlindas oleh aksi-aksi yang terlalu heboh tanpa makna. Kejar-kejaran di kota Afrika Utara dengan aliran air bendungan, perang katrol antara dua musuh bebuyutan, tidak terlalu berarti.
BROMANCE!!!
Alur cerita yang menjelaskan bagaimana masing-masing tokoh saling memperhatikan, tersisihkan dari film ini:
Tintin tertarik pada model kapal dan tak sudi menjualnya lebih mahal kepada penawar lain justru karena berniat menghadiahkannya pada sang Kapten. Di film, Tintin belum berkenalan dengan sang Kapten saat menemukan model kapal Unicorn.
Rackham Rouge menghukum Sir Francis terutama demi membalas kematian awak kepercayaannya, Diego. Di film, dia hanya ingin merebut harta karun Sir Francis.
Sang Kapten baru mengetahui tentang sejarah rumah nenek moyangnya dan dapat memperolehnya kembali semata berkat kebaikan Profesor Tournesol/Kalkulus/Lakmus yang meneliti berkas-berkas lusuh dari reruntuhan Kapal Unicorn dan merelakan uang hasil patennya untuk membeli Moulinsart/Marlinspike melalui lelang negara. Di film, mereka menemukan harta karun Moulinsart/Marlinspike sebelum berkenalan dengan Profesor, sebelum menjelajah dunia dan melakukan percobaan kapal selam hiu.
Nestor diampuni karena Tintin bersaksi atas kesetiaan terhadap tuannya, dan Kapten kehausan butuh dilayani. Nestor di film tampak bijaksana, berbeda watak dengan di komik, sehingga kelucuan yang timbul dari kepolosannya selama ini terancam lenyap. Nenek moyang Nestor diceritakan 400 tahun yang lalu menjadi awak kapal kepercayaan Sir Francis, masa keturunannya masih setia jadi pelayan rumah tangga Kapten Haddock... Artinya gak ada kemajuan ateuh...
Jika ingin melakukan percobaan teknologi dan artistik untuk sekadar hiburan, buat saja tokoh dan cerita lain yang sama sekali baru. Tapi jika ingin berpatokan pada tokoh dan cerita yang sudah ada, hargailah jati diri mereka dengan semangat yang sama.
Remember aaall the thiiings weee said ♫♪ (huu lala ♫)
And through the course of hiiistoooryyy ♪♪♫
I hope you'll stiiill... remember me... ♫♪♪
And there can't be no ooother waaay ♪♫ (huu lala ♪)
There's nothing left for us to saaay ♫♪ (huu lala ♫)
I've got to see this through alooone ♪♪♫
I've got to do this... on my own... ♫♪♪
Alkisah ada seorang teman.
Anaknya, usia 4 tahun, bertanya, "kapan terjadi masa depan?"
Abang si anak, usia 6 tahun, menjawab, "besok adalah masa depan."
Hari berikutnya, si adik berseru, "horee!! ... kita ada di masa depan!"
Abangnya menimpali, "Tidak, belum."
Adik: "Lho tapi kemarin kamu bilang hari ini adalah masa depan!"
Abang: "Saya bilang, BESOK adalah masa depan..."
Adik: "aaaaaugh, kamu bikin bingung saja!"
Ken®, yang baruuu saja awal tahun ini CLBK dengan Barbie®, panik ketika dihadapkan kepada bukti-bukti dari Greenpeace bahwa selama ini sang kekasih membungkus diri dengan kemasan kardus hasil penebangan hutan hujan tropis di Indonesia, yang artinya turut andil dalam merusak tempat kediaman satwa langka orangutan dan harimau Sumatera.
Berikut wawancara dan liputan eksklusifnya (youtube).
Namun, muncul tanda tanya, bagaimana dengan Ken® sendiri? Mengapa mempermasalahkan kemasan pembungkus, sementara gaya hidup makhluk yang dibungkusnya jauh lebih tidak berkelanjutan? Padahal, baru saja dia berjuang merebut kembali hati Barbie® (setelah berkenalan 50 tahun dan sempat berpisah selama 7 tahun), buang energi demi berkampanye besar-besaran sambil melempar pernyataan gombal semacam "aku ingin kau kembali" "kaulah satu-satunya boneka untukku" "kita mungkin hanya plastik tapi cinta kita sejati!" cieee...
Walaupun mungkin tidak tepat sasaran, dan bisa membuat salah paham kalau tidak menelusuri masalahnya lebih dalam, jelas gembar-gembor ini sangat keren.
Cukup menyentak perhatian orang, termasuk saya.
Mattel pun tampak berusaha turun tangan walaupun sambil protes bahwa mereka tidak secara langsung terlibat. Apa pengaruhnya terhadap pemerintah Indonesia, yang melaksanakan moratorium penebangan hutan dengan enggan, patut kita nantikan.
Karir Tahun Ini: Barbie® Arsitek
Kebetulan, musim panas tahun ini akan menandai pertama kalinya Barbie meniti karir arsitek dalam barisan "I Can Be..." setelah sekian lama ia terjun dalam beragam profesi mulai dari model, aktris, dokter, astronot, pembalap, tentara, kasir McD maupun pengantin (eh, lho, kenapa itu dihitung karir, bukan ibu rumah tangga?)
Arsitektur sempat terpilih oleh masyarakat sebagai cita-cita Barbie pada 2002, namun saat itu Mattel memutuskan bahwa profesi ini terlalu rumit untuk dipahami anak kecil. Tahun lalu ia kalah suara dari Insinyur Komputer, dan baru tahun ini diterima. Dua orang arsitek perempuan yang selama ini memperjuangkan Barbitect, diangkat sebagai penasihat untuk menjaga boneka ini otentik terhadap karirnya.
Ada yang bilang, mungkin sesungguhnya Barbie memang cocok menjadi seorang arsitek, karena boleh dikatakan dengan ukurannya yang tidak seimbang itu, wujudnya sendiri merupakan hasil penguasaan kemustahilan struktural.
Seperti Apa Sih Penampilan Arsitek Sejati?
Mattel menyebut penampilan Barbitect sebagai "gaya simetris dengan warna tegas dan garis bersih" dengan gaun biru dan pink bergambar gedung pencakar langit, sepatu bot hitam hak tinggi dan jaket hitam pendek. Dia memanggul tabung gambar pink untuk cetak biru, membawa serta helm pengaman, sementara kacamata berbingkai hitam bertengger di kepalanya.
Bagaimana penampilan ini mewakili arsitek perempuan?
Stereotip standar busana arsitek adalah celana panjang dan baju berkerah kura-kura berwarna hitam, selain kacamata berbingkai hitam yang kebetulan dia miliki.
Warna pink pasti selayaknya dihindari karena cenderung menimbulkan kekacauan komunikasi di lokasi konstruksi. Sebab, pada umumnya para kontraktor membenci warna banci.
Rambut pendek agar mudah disisir, wajah tanpa rias dan ada kantung mata dan kerutan kening sisa bergadang berhari-hari. Selalu siap dengan segelas kopi hangat.
Pakaiannya perlu ditambah seragam olahraga pink kinclong yang adem ayem untuk bergaul bersama keluarga di hari libur. Juga harus ada scarf.
Dan walaupun punya helm pengaman (yang kebetulan tidak pink!) sesuai pedoman pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku, rok pendek dan sepatu hak tinggi jelas belum memenuhi syarat karena menyulitkan naik tangga. Sayangnya, bentuk kaki Barbie tidak memungkinkan dia memakai sepatu bersol rata!
Beberapa orang lain menyinggung bahwa tabung gambar cetak biru sudah ketinggalan zaman. Bukankah kini arsitek menggunakan iPad dan inFocus untuk menampilkan rancangannya?
Sebaliknya ada juga yang mengacungkan jempol, bahwa sudah saatnya citra arsitek perempuan yang selama ini seakan harus tunduk kepada gaya maskulin diberi sentuhan feminin. Dan bahwa selain di lapangan, banyak kok arsitek perempuan yang mengenakan sepatu hak tinggi dengan leluasa. Kenapa harus berbaju hitam kayak mau berkabung, siapa bilang arsitek tidak boleh pakai pink?
Kenyataannya, Barbitect bukanlah sebuah terobosan di dunia boneka. Sebagai tandingan Barbie, sepuluh tahun yang lalu, pada 2000, sebenarnya Smartees sudah memproduksi Amanda arsitek, dengan aksesori lengkap helm pengaman, kalkulator, penggaris, jangka, koper, bahkan ada meja gambarnya segala! Namun sayangnya proporsi sang boneka belum jauh dari Barbie, dan tentu saja Barbie sebagai ikon budaya pop yang mendunia dianggap akan berdampak lebih jauh terhadap pandangan masyarakat umum.
Kalau menurut pengalaman saya sendiri sih, aksesoris yang kurang pada Barbitect maupun Amanda adalah apa itu namanya pita pengukur/meteran gulung.
Anggota PCP (Perfect Crime Party, manga karya tokoh-tokoh utama Bakuman) saja selalu membawa meteran gulung itu ke mana-mana (jadi gantungan HP), adik saya sendiri bahkan menamai meteran gulungnya 'Legolas', masa si Barbitect ini tidak.
Yang lebih penting, apakah ketepatan gaya penampilan dan perlengkapan sang boneka akan mempengaruhi pandangan anak-anak terhadap profesi tersebut?
Pengaruh Budaya Pop terhadap Cita-cita Anak-anak
Patut dipertanyakan, seberapa besar sih peran Barbie terhadap kesempatan kerja di kehidupan nyata dan keputusan karir masa depan sang anak yang memainkannya, saat ia dewasa nanti?
Adakah survei mengenai peran-peran Barbie sebelumnya, seperti astronot, yang membuktikan pengaruhnya terhadap cita-cita anak-anak generasi tersebut?
Apakah dengan memainkan Barbitect, anak-anak pasti akan senang membuat cetak biru bangunan?
Atau hanya sekadar menggonta-ganti baju tanpa tertarik pada aspek arsitekturalnya?
...
Lebih banyak lagi yang protes, bahwa Barbitect memberikan kesan yang salah kepada anak-anak, seakan-akan bukan otaklah yang diperlukan, melainkan tampang dan gaya yang utama. Seakan-akan kalau mau jadi profesional, intelektual, sarjana, pintar saja tidak cukup, kamu tetap harus cantik. Sejak insiden pengakuan Barbie kesulitan matematika 11 tahun berlalu, apakah kini Barbie terjamin telah lebih cerdas? Apakah dengan menyaksikan tokoh kecantikan ini tampil sebagai intelektual, anak kecil akan terberdayakan?
Untuk mendorong anak kecil jadi arsitek tentu lebih cocok main balok, lego, dll yang memberi sensasi desain dan konstruksi, mengasah kemampuan spasial, rasa estetik, keterampilan merencanakan, dan kebiasaan kerja sama.
Namun mungkin, selama orang tua masih memilih mainan dengan bias gender, adanya Barbie arsitek sudah lumayan menguak pengalaman dunia alternatif dan penyelesaian masalah, dengan memilih apa yang akan dia pakai ke kantor, belanja di toko material, menyambangi tukang, menghadap klien, dll
(walaupun tentu lebih bagus lagi bila anak-anak perempuan mulai tertarik main balok).
Seseorang menyoroti bahwa sesungguhnya masalah yang dihadapi dunia arsitektur saat ini bukanlah dalam tahapan merayu para gadis agar tergiur menjadi arsitek, buktinya jumlah mahasiswi arsitektur cukup tinggi, melainkan dalam tahapan bagaimana membuat para arsitek perempuan bertahan di dalam profesinya dan mengambil izin arsitek.
Jika tujuannya promosi, sebenarnya yang harus jadi sasaran untuk membuat profesi ini tampak menarik adalah remaja.
Harus ada peringatan di kotaknya "mainan ini bagus untuk anak kecil tapi tidak dapat dijadikan gambaran akurat untuk remaja usia 16-22 yang sedang serius mempertimbangkan mengejar profesi ini."
Lomba Merancang Rumah Impian Ramah Lingkungan
Sorotan paling kritis adalah terhadap maket yang menyertai Barbitect. Dengan bahan plastik pink yang sedemikian, bagaimana Barbitect diandalkan merancang rumah masa depan berkelanjutan?
Apalagi mengamati seleranya selama ini, dari rumah impian Ken® di Toy Story 3 yang bernuansa ungu, kuning krem dan biru muda elektrik, toko di Shanghai, sampai rancangan Jonathan Adler di Malibu menyambut ulang tahun ke-50 Barbie®, hanya lagak kemewahan pink norak dengan sentuhan dewasa narsis hedon hura-hura yang tampak, belum ada bayangan sosok perempuan mandiri yang tekun, apalagi konsep hijau sertifikasi LEED® (Leadership in Energy and Environmental Design).
Mereka menekankan agar tidak terlalu serius menghadapi boneka ini, cukuplah sambil "bermain dan bersenang-senang" dan "think pink" sesuai dengan panduan dari Barbie sendiri:
Sebuah rumah kantor yang rapi dan cerdas adalah penting untuk setiap boneka. Dengan lebih dari 125 karir, saya perlu kantor luas yang dapat menampung peralatan canggih saya untuk pertemuan, kunjungan klien dan presentasi.
Saya suka menghibur maka saya perlu ruang duduk dan ruang makan yang terbuka dan terhubung, memungkinkan untuk berbaur dan mudah menghibur dari satu ruangan ke ruangan lain.
Dapur harus fungsional dan keren dengan peralatan mutakhir, meja besar dan banyak ruang untuk memasak. Saya juga suka cahaya alami di dapur saya sehingga wajib ada jendela. Saya koki yang lumayan ahli, lho!
Sebagai "fashionista" sejati, Anda bisa bayangkan perlu seberapa besar lemari saya! Saya memiliki busana dan perhiasan tak terbatas, maka saya perlu banyak ancak, rak sepatu dan kabinet yang dapat mudah diatur – berdandan setiap hari tidak boleh menjadi kerepotan.
Kamar mandi impian: ruang yang besar dan bergaya, dapat diakses dari kamar tidur utama dan ruangan lainnya.
Saya suka hewan dan saya memiliki lima ekor hewan peliharaan (termasuk jerapah) setiap saat. Sebuah halaman belakang yang luas sangat penting agar mereka dapat berkeliaran dan bermain!
Sebagai "Gadis California" asal Malibu, saya mengutamakan lokasi, lokasi, lokasi! Rumah saya harus memiliki pemandangan yang menakjubkan di halaman belakang dan menghadap laut.
"Alangkah jarang seorang perempuan tahu apa yang dia inginkan!"
Apalagi sebagai klien!
Eh? Kok malah jadi klien?
Lho lho lho, Barbie, bukankah kamu tahun ini lulus ujian jadi Arsitek bersurat izin, kenapa tidak merancangnya sendiri???
Tentu banyak rumah boneka yang dikategorikan ramah lingkungan, seperti ini, ini dan ini, tapi pastilah tak ada yang sudi memenuhi syarat-syarat di atas.
Lomba Merancang Busana Barbie Perusak Hutan Hujan
(25/06/2011) Tambahan pilihan 126 profesi, Greenpeace menawarkan karir yang lebih tepat, yaitu Barbie "perusak hutan hujan", lengkap dengan aksesori gergaji mesin dan buldoser pink.
Tak kepalang tanggung menyaingi AIA, mereka juga membuka CONTEST: Design a Rainforest Destroyer look for Barbie.
Pemenang akan memperoleh hadiah selembar kaos pink "Barbaric", bergambar siluet Barbie memegang gergaji mesin...
Kelemahan lomba ini, untuk mengikutinya peserta harus punya Barbie dulu, dong... Atau mungkin memang sasarannya adalah meningkatkan kesadaran para pemilik Barbie. Yang jelas saya tidak bisa ikutan.
Arsitek (dan Boneka) Ramah Lingkungan?
Karena dulu sibuk mengurus adik (yang mengaku-aku arsitek), dan adik-adik sepupu (juga kuliah arsitektur), saya sebenarnya tidak terlalu peduli terhadap boneka, hanya kebetulan menikmati pemberitaannya saja.
Kalau anak-anak Anda membutuhkan teladan boneka, saya usulkan Yotsuba&! yang memang kisahnya beredar di seputar isu ramah lingkungan:
- Pemanasan Global
- Daur Ulang
- Ruang Terbuka
- Penghijauan
- Hemat Energi
- Bebas Polusi...
Nyaris hanya dialah satu-satunya boneka yang saya rela beli sendiri.
...
Masalahnya, berdasarkan peringatan di kotaknya, Yotsuba&! ini mainan untuk usia 15 tahun ke atas walaupun aslinya berusia 5 (tepatnya 10) tahun, sementara Barbie tercantum untuk usia 3 tahun ke atas walaupun aslinya berusia 20an (tepatnya 52) tahun... Aneh ya?
Kalau teladan arsitek, selebritas Bandung yang dielu-elukan oleh ikatan alumni SMA saya kayaknya sih sering juga pakai kaos kerah kura-kura dan kacamata berbingkai hitam, tapi sayangnya ia juga menjadi bintang iklan rokok, hal yang menurut saya bertentangan dengan konsep ramah lingkungan. Yang jelas, belum ada yang saya kenal terpikir untuk merancang rumah boneka.
Saya pun ingin membangun rumah Yotsuba, dan saya rasa IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) perlu juga menyelenggarakan lomba merancang rumah Unyil, rumah Cepot atau rumah siapalah boneka lainnya yang akan lebih mendukung pelestarian hutan hujan Indonesia.
Malam ini aku berdoa, semoga langit cerah listrik sekota padam.
Sayang tidak sepenuhnya terkabul. Karena awan berarak tipis berlapis.
Jelang tengah malam, lampu-lampu rumah banyak yang meredup.
Namun beberapa lampu jalanan masih menyala.
Padahal seharusnya acara-acara seperti "Earth Hour" menyesuaikan jadwal dengan pertunjukan langit seperti ini.
Tapi aku tak sudi menyerah.
Bertengger di atap berdampingan dengan pucuk-pucuk pohon mangga.
Bersaing dengan para kelelawar. Diiringi alunan takbir masjid sebelah.
Menantikan setiap saat sang angin menyingkap sang rembulan.
Yang perlahan ditelan bayang-bayang. Dan mulai menyala merah.
Katanya bulan merah darah pertanda kiamat. Kalau diiringi langit cokelat.
Tapi kali ini warnanya merah bata. Pantulan abu letusan gunung berapi.
Yang pasti, peristiwa buruk mengintai. Akan muncul serigala jadi-jadian.
Lalu mana sang serigala?
Oh, bukankah manusia adalah serigala terhadap manusia lainnya.
Kalau begitu aku melolong. Sekarang.
Terlepas dari kontroversi apakah Boedi Oetomo benar layak dianggap sebagai tonggak kebangkitan nasional atau tidak (sementara banyak orang Indonesia yang belum bisa membedakan antara Bung Tomo dengan dr. Soetomo), ilmu kedokteran memang termasuk ilmu yang paling membuka wawasan kemanusiaan, globalisasi, kesetaraan dan perdamaian, dan menggerakkan roda sejarah.
Dulu, pendidikan kedokteran modern di Indonesia diterapkan hanya sekadar untuk meluluskan tenaga Mantri Cacar yang dibutuhkan Belanda mengatasi wabah penyakit di daerah terpencil. Namun begitu memperoleh sedikit pencerahan, para ilmuwan Indonesia ini tentulah menuntut kesempatan menggapai cahaya yang lebih luas dan merata. Sebagai golongan yang paling terdahulu bersentuhan dengan modernisasi, mereka pun berjuang meningkatkan kesejahteraan rakyat bukan hanya di bidang kesehatan, melainkan juga melalui jalur pendidikan dan politik. Sedemikian mulianya tugas berat ini. Jangan sampai peristiwa seperti kasus Prita terulang lagi. Untuk menggalang kesadaran di kalangan masyarakat maupun profesi, tentulah sejarah dan sepak terjang kedokteran perlu mendapat sorotan khusus...
Seorang rekan dokter (Panji) kemarin mengusulkan sinetron tentang "dokter perempuan tanpa make up di puskesmas daerah terpencil dengan pasien tak beralas kaki, jangan dokter spesialis ganteng dan kaya yang pasiennya cantik pakai BMW." Uh, rasanya sudah pernah ada sinetron TVRI di masa keemasannya tentang itu. Dokter Sartika, diperankan oleh Dewi Yul. Tapi saat itu Dokter Sartika masih hidup di dalam suasana ideal: menjalankan tugas dengan mulus, obat selalu tersedia, sarana dan prasarana puskesmas cukup memadai. Kisahnya juga mungkin lebih ke soal cinta, belum jauh merinci hambatan/tantangan yang dihadapi di tempat terpencil, bagaimana mengatasinya dengan jiwa petualang yang tahan banting, dst.
Untuk membuat komik/sinetron kedokteran Indonesia yang menarik, patutlah meneladani resep manga/drama medis Jepang yang sukses.
Salah satu yang naik daun, J I N. Diangkat dari 20 jilid manga karya Murakami Motoka (2001-2010) hanya dengan sedikit koreksi alur cerita, drama ini tayang seri pertama di musim gugur 2009 dan pada musim semi ini berlanjut ke seri kedua. Bisa dibilang gabungan antara drama sejarah (a la Indiana Jones), misteri sedikit horor, fiksi ilmiah, kedokteran, chanbara (film samurai), dan... dibumbui taktik penyelesaian masalah a la MacGyver!
Seorang dokter bedah otak yang sedang kehilangan kepercayaan diri, menemukan sebuah tumor misterius berbentuk janin di dalam kepala seorang pasien gawat darurat, membuatnya menyelinap melalui waktu mendarat di zaman Edo, (20 Mei) 1862-1868!!!
Walaupun masih merasa aneh dengan lingkungan sekeliling, ia segera mengikuti nalurinya untuk menyelesaikan berbagai masalah medis penyakit, cedera dan wabah yang muncul di hadapannya dengan memanfaatkan segenap pengetahuan medis modern yang ia miliki dan menyesuaikan diri dengan keterbatasan peralatan. Dan kita pun dikejutkan dengan adegan-adegan penanganan medis yang ajaib, yang membuat kita penasaran akan kebenaran ilmiahnya (antara lain membuka batok kepala layaknya membuka batok kelapa...)
Tidak ketinggalan ia tekun berinovasi melakukan rekayasa alat infus dengan teknologi yang ada saat itu, maupun produksi penicillin sekian puluh tahun mendahului penemuan antibiotika tersebut di dalam sejarah kedokteran Eropa! (Walaupun saya sendiri jadi bertanya-tanya, bukankah di satu sisi antibiotika justru menimbulkan berbagai masalah kesehatan? Seandainya antibiotika tak pernah ditemukan, misalnya langsung mengembangkan probiotika atau meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara lain, apakah kedokteran saat ini bisa mengatasi masalah yang dihadapi di masa itu?)
Ketulusan hati dan kesungguhannya segera membuat warga kota Edo terutama kalangan dokter di sana memandangnya dengan rasa takjub dan hormat, dan ia pun mulai nyaman hidup di zaman itu. Perkenalan dan persahabatannya dengan Sakamoto Ryoma, seorang tokoh revolusi Meiji, membuatnya semakin mempertanyakan, apa tujuan nasib mendamparkannya di masa ini, apakah pisau bedahnya mampu mengukir sejarah baru? Apa dampak terhadap hidupnya sendiri? Terhadap masa depan pelayanan kesehatan Jepang? (Tentu saja, pertanyaan itu sebenarnya hanya penyederhanaan dari sebuah pertanyaan paling mendasar dalam sejarah umat manusia... Untuk apa kita menjalani hidup dan memutuskan berbagai pilihan, seandainya garis takdir ternyata sudah ditentukan sampai terperinci di langit ketujuh?)
Kisah cinta juga digarap dengan serius, walaupun hanya bumbu dari ketegangan kasus medis dan sejarah yang melingkupinya, namun menjadi bagian tak terpisahkan dari alur cerita pencarian jati diri... (Seolah menyadarkan kita kembali, dokter yang tulus tidak akan hanya "bermain-main dengan pasien wanitanya sebagai pengisi waktu dan melakukan aborsi sebagai usaha mencari nafkah yang mudah" -pendapat Ikatan Dokter Eropa terhadap dokter akademis Indonesia zaman kolonial...) Cinta segitiga platonik yang terjegal rentang waktu, antara sang dokter dengan sang tunangan di masa depan yang mati suri akibat kegagalannya mengoperasi, dan dengan sang asisten, seorang putri samurai yang setia membantu sambil belajar di sampingnya. Uuu mengharukan!
Drama ini cukup indah dari segi artistik, sorotan yang menawan, musik yang sendu, cerita yang memukau... Para pemeran benar-benar tampil handal dan "alat peraga" operasi yang tampak sangat nyata berdarah-darah dan membuat kita turut merasakan ngilu-ngilu menontonnya. Dokter Jin dalam manga sebenarnya brewokan, namun pemilihan Osawa Takao yang sudah cukup lihai memerankan tokoh semacam ini (lihat "Hoshi no Kinka" di bawah ;p), saya rasa adalah keputusan yang sangat tepat.
Kesimpulan dalam drama ini, "Tuhan hanya memberikan kepada manusia cobaan yang dapat diatasinya..." (#eh: jadi kalau tidak dapat diatasi, artinya bukan cobaan lagi, tapi azab kan ya heheheh.)
Di Jepang kisah medis sangat dinikmati dan menjadi genre standar budaya manga, kabarnya kurang lebih ada 173 judul manga yang menyoroti dokter dan pekerja medis lainnya, isu-isu malpraktik, dll. Alur cerita cukup nyata karena diproses melalui studi pustaka dan lapangan yang cermat, penggambaran terperinci dan hasilnya diperiksa oleh dokter asli. 10 persen telah diangkat sebagai drama, film dan animasi. Orang pun berempati dan merasa dekat dengan dokter, tidak lagi memandang mereka sebagai ahli pekerjaan yang suci. Diharapkan juga kepopuleran karya semacam ini berpengaruh terhadap pilihan karir anak muda dan membantu mengisi kekurangan tenaga kedokteran. Karena mengagumi tokoh tertentu bisa mencetuskan ketertarikan terhadap profesi medis...
Seandainya bisa mengolah sejarah kedokteran Indonesia dijalin dengan pergerakan kebangsaan sumpah pemuda dan proklamasi kemerdekaan, dengan alur cerita semacam tetralogi Bumi Manusia (si Raden Mas Minke sempat sekolah di STOVIA juga kan?) melalui resep "an-donat"nya Jin (yang manjur menyembuhkan beriberi, wabah penyakit di Indonesia yang sempat mengantarkan Eijkman meraih Nobel) ini, hmmm... Alangkah...
***
Beberapa manga/drama kedokteran lain yang patut disebutkan:
Karya fiksi ilmiah dewa manga Jepang, Tezuka Osamu, mencerminkan latar belakang pendidikan tingginya di bidang Kedokteran Universitas Osaka, dan impiannya untuk menjadi seorang dokter tanpa surat izin yang bebas menyembuhkan gratis dan menolong orang lain tanpa terikat pakem peraturan modern. Persaingannya dengan seorang dokter euthanasia menyampaikan bahasan menarik tentang pilihan hidup atau mati.
Saitou adalah seorang dokter muda yang baru lulus. Memulai karirnya sebagai seorang dokter ia menemukan ada lebih banyak hal di balik profesi ini daripada apa yang dikira orang. Sebuah drama yang menegangkan tentang sisi gelap dari dunia medis.
Kisah ini menyelami kerja keras dokter bedah jenius, Asada Ryutaro, yang dianggap sebagai pembelot karena metodenya yang tidak biasa, dan perjuangannya merevolusi cacat cela pada sistem rumah sakit Jepang yang korup dan tidak efisien, tidak dirancang untuk benar-benar merawat pasien.
Sistem Dokter Helikopter telah diresmikan di Jepang bulan Juni 2007. Satu tim medis dikirim ke pasien dengan helikopter untuk memberikan perawatan di lapangan secepat mungkin. Empat dokter muda ditugaskan di sini dan mengalami situasi traumatis, menyaksikan kerapuhan hidup, dan tumbuh sebagai pribadi dan profesional.
Sebuah drama komedi tentang hubungan perawat ceroboh Asakura Izumi dengan senior pengawas dan rekan kerjanya. Kegagalan demi kegagalan dia alami, namun keceriaannya memberikan dorongan semangat hidup bagi para pasien (perwatakannya semacam Candy-candy lah kali ya.) Lambat laun Izumi semakin terbiasa dengan profesinya dan memperoleh kepercayaan diri.
Dokter bedah muda terkemuka meninggalkan rumah sakit bergengsi di Tokyo dan pindah ke klinik di pulau terpencil di selatan Jepang. Para penduduk desa punya pengalaman buruk dengan dokter-dokter sebelumnya sehingga tidak menyambutnya dengan baik. Namun dengan sikap tulus dan bertanggung jawab dia dapat menjalin hubungan baik dengan satu per satu pasiennya.
Di sini Osawa Takao muda juga berperan sebagai dokter bedah otak yang kehilangan ingatan ketika pulang ke Tokyo dari tempat kerjanya di desa terpencil. Tunangannya, seorang perawat tunarungu mencarinya dan malah berkenalan dengan adiknya (Takenouchi Yutaka), seorang dokter juga yang selama ini merasa tersaingi oleh sang abang. Intrik perebutan kepemimpinan rumah sakit dibalut pengkhianatan dan perselingkuhan mewarnai sinetron cengeng ini.
Shiroi Kyotō (Novel 1965, Film 1966, Drama 1978 & 2003)
Perbandingan kontras antara kehidupan dua dokter mantan teman sekelas yang kini bersaing sebagai asisten profesor di Rumah Sakit Universitas Naniwa Osaka. Dokter bedah brilian Zaizen Goro berambisi meraih jabatan kemahsyuran dan kewenangan, sementara Satomi Shuji yang ramah dan rendah hati menyibukkan diri dengan para pasien dan risetnya.
Kisah thriller seorang dokter bedah otak Jepang jenius yang meniti karir menjanjikan di Jerman. Ketika ia memilih untuk menyelamatkan nyawa seorang pemuda daripada sang walikota, ia kehilangan segalanya: reputasi, karir, tunangan, kehidupan normal, malah menjadi buronan tertuduh pelaku serangkaian pembunuhan misterius. Untuk menebus kebimbangan akan apakah keputusannya saat itu benar atau salah, ia mengikuti jejak sang pasien dan menyingkap rahasia konspirasi besar di balik runtuhnya tembok Berlin, sambil menemukan betapa diskriminasi SARA masih tegak di antara batas-batas kenegaraan di seluruh dunia.
dst... Saya belum memperbandingkan dengan komik maupun serial televisi Amerika karena jam terbang menonton masih kurang. Tapi saya rasa setidaknya ini saja sudah cukup menjadi referensi yang bagus untuk *dijiplak* sebaik-baiknya...
NB. Tulisan ini disusun sekalian mengenang Alm. Dr. Saiful Anwar (1905-1976), Alm. Prof. MW Haznam (1924-2008), dan seluruh warga sekampung yang berdedikasi terhadap profesi kedokteran.
Hearing and seeing the word "RUBICON" all over the place... In movies. Advertising. It's even written in a car parked around the neighborhood! Is it a sign? 取り返しのつかない事をしちゃったか? やれというのか? Did I, or do I have to, cross something??? Up to the point of no return? Hyaaa... Or... whether it's kinda new breed of lolicon!? Or... a particular conference, such as Comicon?