Jumat, 07 Januari 2005

Umpan Balik...!!!

Gubraggg... Dapat komentar di satu milis:

Kalau bicara tentang gaya bahasa lagi, saya tertarik dengan si bambumuda (dulu pernah dibawakan takenoko-gohan sedap sama sensei nihongo). Tulisan Mbak (?) xoxox ini cowok sekali, karena selama mengikuti milis muslimah dan ummahat, saya tidak pernah menemukan cara merangkai kata dan menyatakan ide seperti ini.


Apakah ini keluhan? Saya juga pernah dipanggil "Pak *****" lima tahun yang lalu, dalam suatu milis gara-gara saya celetuki (ketika saya masih jauuuuh lebih innocent daripada sekarang), padahal jelas-jelas nama saya sangat feminin... Lagi-lagi kejadian...


  • Jangan pernah lagi panggil saya mBak...
    Bukankah dianjurkan memanggil orang dengan sebutan yang dia sukai? Panggillah dengan nama, tanpa embel-embel, agar ketika diucapkan dalam intonasi yang berbeda pun, selama bentuknya tertulis, bisa saya maknai dengan suasana hati yang saya pilih sendiri... tohoho.

  • Saya sebenarnya risih dengan istilah cowok-cewek
    Sebagaimana lidah dan telinga saya juga mengasingkan diri dari elu-gue, lisan maupun tulisan. Efek samping: memasang jarak pada pergaulan, adalah konsekuensi yang nekad saya hadapi. Jadi, kalau dituduh *cowok+... hmmm.

  • Komentar di atas merujuk pada tulisan yang mana?
    Judulnya apa? E-mail, atau isi blog? Dalam kalimat dan pilihan kata yang mana...? Saya rasa sih saya tidak memilah-milah antar media, selalu seadanya saja. Tapi masakah merujuk pada keseluruhan?

  • *Cowok* itu maskulin?
    Setelah sempat bingung curhat sana-sini beberapa saat, saya diwejangi oleh... eeto... seorang Sufu saya dalam menulis, bahwa mungkin yang dimaksud dengan *cowok* adalah gaya rasionalnya, bukan maskulin. Asumsikan saja sebagai pujian, mengingat kebanyakan perempuan lebih mengeksploatasi emosi negatif dalam tulisan, terutama di blog atau buku harian. Tohoho...

  • Perihal lugas, itu kan wujud usaha untuk menjadi berani.
    Daripada dipendam-pendam. Lugas berbeda dengan ungkapan kasar caci-maki. Setidaknya saya tidak merasa pernah menggunakan kosakata yang bermakna pejoratif. Kalau ada, boleh tolong tunjukkan? Penggunaan majas, terutama eufimisme sesungguhnya lebih cenderung sebagai pelarian dari rasa takut terhadap suatu kekuatan di luar diri manusia. Terkadang saya heran, mengapa berita bencana, kebakaran, misalnya, masih sempat-sempatnya menggunakan istilah "si jago merah"... Polesan yang gak penting. Kalau puisi yah apa boleh buat. Mungkin sama nilainya dengan memanggil harimau di Sumatra sebagai "Datuk" atau tikus di Jawa sebagai "den Baguse"...???

  • Kalau parameternya milis muslimah dan ummahat...
    Terus terang saya tidak tahu gaya bahasa mereka seperti apa, a la HTR kah? Karena saya jarang membaca yang pesertanya aktif menulis. Kebanyakan mengecewakan, hanya memuat satu dua pengumuman undangan mengaji yang berstruktur klise, forward dari Aa-Gym atau pak Ferry yang banyak penggemar, penjelasan syariah yang terkadang tidak berdasar kuat, dan... Peringatan terhadap alamat situs-situs anti Islam yang patut diwaspadai (tapi sebaliknya malah terjebak promosi karena yang membaca jadi penasaran dan malah bela-belain mampir)... Memang ibu-ibu dan gadis-gadis lebih kreatif merumpikan isi milis di luar sambil temu darat, daripada terpuruk di depan layar; catatan harian biasanya hanya berisi hal-hal rahasia.

  • Di milis yang memuat komentar di atas...
    Malah saya rasa gaya tulisan anggota yang bapak-bapak justru "feminin" karena lebih berbunga dalam bahasa, tentu karena diselaraskan dengan selera ibu-ibu yang menjadi sasaran pembaca utama.

  • Tetapi disebut *cowok*, bukan *ikhwan*...
    Apakah karena... Isi tulisan kurang berkesan Islami, tidak dihias tasbih, tahmid dan tahlil?... Bukankah ketika setiap desah nafas dan langkah kaki diniatkan (walaupun mungkin cuma mandeg di niat, tohohohoho) menjadi dzikir, apa signifikansi dari pernak-pernik itu? Adakah pakem-pakem yang mengikat tulisan Islami, sehingga untuk melanggarnya, harus mengibarkan embel-embel liberal, misalnya?

  • Coba lepaskan dahulu kategori *akhwat*.
    Yang disebut tulisan *cewek* menurut rekan-rekan yang seperti apa? Maaf saya agak kuper dalam hal ini, tohohohoho... Ayu Utami? Fira Basuki? Dewi Lestari? Djenar? Atau teman-teman SMA saya yang sedang naik daun dengan tulisan a la chicklit?
    Memperbesar persoalan ke skala internasional:, antara Agatha Christie, Karen Armstrong, Helen Fielding atau JK Rowling, gaya menulis mana yang lebih sesuai di hati rekan-rekan?

  • Bambu Muda
    Lupa belum cerita, bambumuda itu wakatake, bukan takenoko alias rebung. Besok-besok saya jelaskan asal-usul nama ini lah ;)).

  • Tohohohoho
    Adalah gaya tertawa Chibi Maruko Chan, sama sekali bukan cowok.


Sebenarnya ketika blog hanya ditujukan demi kepuasan pribadi, rekaman sehari-hari dari jejak tapak merangkak-rangkak di dunia maya, apa pun gaya bahasa saya tentu tak penting. Tetapi jika suatu saat saya perlu memanfaatkannya sebagai sarana pemindahan ilmu, kesalahpahaman akan sangat mengganggu.
Sebagai reaksi dari surat yang sempat membuat saya "terpekur muram" tadi, saya harap rekan-rekan yang menyempatkan mampir mengisi jajak pendapat umpan balik yang saya sediakan di pojok kanan atas blog bambumuda, kalimat mana yang paling tepat menggambarkan kesan rekan-rekan terhadap blog ini (yang jelas selain "cowok banget" lah), untuk pertimbangan dalam mengasah pena di perjumpaan kita yang berikutnya.

Terima kasih yaaa.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Anggap saja komentar tadi sebagai pujian :-)

-indres-

cselvalva mengatakan...

Jadi pingin ikutan milis muslimah dan ummaha, huehe.. siga kumaha sih

rani mengatakan...

kata saya sih, tulisannya ***** banget (gak menjelaskan ya?) mungkin karena suka baca juga di milis

Anonim mengatakan...

tadi baru buka blognya, kanti (note: tanpa mbak), karena kecepatan kbps gak mendukung, gitu loh. hahaha... tuh, kan, cowok banget! pokoknya keukeuh lah.... segubraggg... itukah? paling nggak, jujur gitu loh.

o, chibi maruko chan? ya, ya. apa yang diputar di sini ketawanya sama? penasaran, pengen denger dubbing buat tohohoho, gitu loh (mewabah gitu loh).

irma,
yang gak ngerti gimana caranya ngirim komen.

Anonim mengatakan...

Sempat beberapa kali chatting dengan Kanti. Paling tidak saya bisa raba tipe ini. Kamu memang tipe perempuan yang "maskulin". Rasional? Bisa jadi karena sifat ini kamu digelari "cowok banget". Hal lain: straight forward. Ini juga sikap yang lebih nempel ke lelaki.

Biasanya kebanyakan perempuan agak risih bergaul dengan tipe maskulin begini. Tapi mesti saya akui, sifat rasional dan tegas pada seorang perempuan kadang malah ditunggu-tunggu komunitas perempuan itu sendiri. Kalau racikannya pas, dengan dua sifat ini komunitas perempuan malah bisa menjadikan pemimpin buat si pemilik sifat ini.

Hanya saja, toch kelembutan dan sifat malu tetap saja menjadi keanggunan tersendiri pada perempuan. Dua sifat itulah yang lebih banyak diangkat Quran. Bahkan bidadari pun ditandai dengan sifat "tertunduk pandangannya". Ada juga diangkat profil perempuan yang sorotannya lebih ke leadership-nya, seorang ratu yang semasa dengan Nabi Sulaiman.

Jadi, saran buat Kanti, kalau boleh. Seimbangkan sifat "cowok banget"-mu dengan sifat-sifat kelembutan dan "malu" sebagai sejatinya perempuan.

Mudah-mudahan kamu juga bisa mengerti kalau milis or komunitas muslimah agak aneh membaca tulisan-tulisanmu. Ini kan hanya semacam cerminan "dialog kepribadian".

Lepas dari semua komentar saya di atas. Kamu, Kanti, adalah seorang yang unik. Saya sungguh berharap kamu berikan kebaikan-kebaikan buat manusia seluruhnya, yang perempuan atau lelaki.