Jack-in-the-Box, kotak musik mainan yang kalau tutupnya dibuka, akan muncul boneka badut meloncat mengejutkan kita.
Menurut sebuah sumber yang tak dapat dipercaya, ternyata mainan satu ini punya sejarah berdarah juga, bahwa 'Jack' adalah istilah untuk budak kulit hitam, ketika melarikan diri, ditangkap ke dalam kotak. Anak-anak nakal akan menusuk-nusukkan kayu ke celahnya, mengganggu sang budak sehingga berteriak meloncat keluar kotak.
Nah karena penggambaran budak kulit hitam punya masalah politik, maka dalam produksi mainannya diganti dengan badut lucu.
Ngomong-ngomong soal hitam, istilah yang cukup populer, selain permainan kartu bernilai 21 dan alias untuk tokoh sejarah tertentu, yang teringat adalah Black Jack, manga mengenai Hazama Kuroo si "bajak dokter", adikarya Tezuka Osamu. Dilanjutkan oleh putra beliau, tayangan animasi versi abad 21-nya baru berakhir bulan lalu.
Kembali ke jack-in-the-box, Ada lagi teori bahwa yang meloncat ke luar kotak adalah kelinci liar (Jack and Jill up in the hill).
Mungkin juga berhubungan dengan kisah nabi Zakharia yang bersembunyi di batang pohon ketika dikejar tentara Romawi, namun justru sebaliknya beliau malah diam-diam saja tabah tak bersuara bahkan ketika batang pohon itu digergaji, dan tak jelas juga apakah mayat beliau terbelah dua atau lenyap begitu saja.
Kenangan pribadi yang menyeramkan tentang Jack ini bukan pada kejutannya yang membuat jantung copot, melainkan ketika kecil membaca salah satu dongeng H.C. Andersen, ketika si Jack ini cemburu dan berusaha menghalangi kisah cinta Prajurit Timah pemberani berkaki satu dengan sang Balerina pujaannya.
Ngomong-ngomong soal seram, ternyata Jack-o-Lantern yang dipakai untuk hiasan lentera Haloween ternyata aslinya bukan dari labu, melainkan seharusnya dari lobak, dihubung-hubungkan dengan orang suci yang berhasil menangkap setan ke dalam sepatu bot, yah seperti pemburu hantu menangkap jin ke dalam botol pet.
Jack-o-lantern itu sendiri aslinya adalah sebutan untuk ignis fatuus, yang istilah lainnya foxfire, dan juga kebetulan FireFox2 sudah dirilis dua minggu lalu.
Kalau ini kebetulan yang lebih gak nyambung lagi: Termasuk jajaran buku terlaris minggu ini (diluar Nodame dan DN) adalah jibunno chiisana hako kara dasshutsu suru houho (cara keluar dari kotak kecil berupa diri sendiri), yang baru diterjemahkan dari buku Leadership and Self Deception: Getting Out of the Box oleh Arbinger Institute.
Dan ngomong-ngomong soal kotak, ganti ke soal tabung...
Beberapa hari sebelum lebaran kemarin, pihak media massa Jepang menuntut YouTube menghapus banyak tayangan bajakan yang melanggar hak cipta...
Hasilnya, video-video kegemaran, terutama parodi mBahJack tercerabut juga, dan balik dari liburan aku hanya bisa ternganga...
Et tu, YouTube?
Lalu apa hubungannya antara Jack-in-the-box, Jack-o-lantern, Black Jack dan mBahJack Sparrow?
Entahlah.
Cuma kebetulan "bikkuribako" menjadi judul episode OP terbaru yang isinya memang mengejutkan, secara bertepatan tanggal Haloween, dan secara mBahJack adalah sesama pembajak yang baru dapat tempat di kotak kejutan berbentuk tong kayu.
Gaaah, yang jelas aku sedang perlu membahjack internet lagi.
Selasa, 31 Oktober 2006
Sabtu, 28 Oktober 2006
Jenseits von Gut und Böse
Lebaran-lebaran, diseret adik menonton The Departed.
Banyak resensi yang menyebutnya sebagai sekadar "berdasarkan" atau "terilhami dari" Infernal Affairs I-II-III (Mou Gaan Dou, 2002-2003).
Tapi melihat suasananya, yah, sudahlah polos saja bilang "remake".
Tentulah, apa gunanya beli hak cipta kalau dibeda-bedakan.
Alur cerita klimaks konfliknya, desain latar, semua sama lah. Sampai heran juga, apakah memang kantor polisi di mana-mana (setidaknya di Hongkong dan Boston) punya arsitektur yang persis???
Tapi rekomendasi aku dan adikku sih, wajib tonton dua-duanya...
Tentu saja ada pergeseran budaya yang terekam di sini.
TD didukung oleh jajaran aktor Hollywood kawakan yang hampir selalu hanya bermain di film sangat bagus (Jack Nicholson geto loh), sementara IA didukung oleh veteran-veteran Hongkong dengan jam terbang sangat tinggi, tak peduli filmnya bagus atau tidak.
TD penuh dengan serif kata-kata sangat kasar, baik dalam ancaman maupun dalam gurauan, sementara IA, apakah mereka bicara kasar? Rasanya nggak ya? (Karena gak paham Mandarin, apa boleh buat).
TD agak memaksakan keholiwutan dengan memasang satu tokoh perempuan terlibat cinta segitiga, sementara IA lebih realistis, masing-masing tokoh utama lelaki punya urusan hidup yang terpisah, dan tokoh perempuan yang bertebaran cukup sebagai hiasan, tidak perlu terlalu terlibat dalam konflik utama.
TD mengangkat Colin Sullivan (Matt Damon) sebagai orang yang benar-benar menekankan kebohongan demi berpihak kepada penjahat dan Bill Costigan Jr (Leonardo diCaprio) sebagai polisi penyamar yang lelah dengan identitasnya, sementara IA mengangkat Ming Lau Kin (Andy Lau) sebagai orang yang sangat berusaha mempertahankan mukanya orang baik dan Yan Chan Wing (Tony Leung Chiu Wai) sebagai polisi penyamar yang agak bersimpati dengan lingkungan penyamarannya. Sepintas lalu sama saja, tapi entah bagaimana, penyelaman tokohnya terasa berbeda, dibandingkan TD, IA lebih terbaurkan dalam nuansa abu-abu...
TD dipadatkan plotnya sebagai satu film utuh dan menampilkan perkembangan yang cepat, sementara IA ditrilogikan sehingga hal-hal yang belum terjawab di film pertama dilengkapi di sekuel-sekuelnya, dan ketegangan saling mengintai kejar-mengejar serta hubungan batin antar tokohnya lebih tereksploitasi.
Demikian pula ending, TD menamatkan nyawa dengan puas, namun IA lebih menekankan kesengsaraan dalam panjangnya usia.
Seandainya Scorsese mengincar penghargaan melalui TD, maka IA mesti kebagian juga.
Cerita berhadap-hadapannya dua tokoh kucing-kucingan seperti ini, mengingatkan kembali kepada manga DEATH NOTE, Light vs L...
Yang setelah film layar lebarnya menuai sukses bahkan di Hongkong (tempat produksi IA di atas tadi), sekuel keduanya "The Last Name" tayang di Jepang 3 November ini, dan telah turun pula seri animenya.
Saya sih masih tetap berpihak pada komik 12 jilid dengan 108 dentuman episode itu, cobalah baca.
Death Note How To Read 13, sebagai pelengkap, juga katanya sudah terbit minggu-minggu lalu.
***
Dan berhubung TD dan IA itu urusan mafia-mafiaan ala Godfather, kebetulan OP-Chibi episode Jinginai-Time baru tayang... Hihihi yang ini sih lucu gak penting, tapi sungguh menghibur sebagai tambahan. Selamat menonton.
Banyak resensi yang menyebutnya sebagai sekadar "berdasarkan" atau "terilhami dari" Infernal Affairs I-II-III (Mou Gaan Dou, 2002-2003).
Tapi melihat suasananya, yah, sudahlah polos saja bilang "remake".
Tentulah, apa gunanya beli hak cipta kalau dibeda-bedakan.
Alur cerita klimaks konfliknya, desain latar, semua sama lah. Sampai heran juga, apakah memang kantor polisi di mana-mana (setidaknya di Hongkong dan Boston) punya arsitektur yang persis???
Tapi rekomendasi aku dan adikku sih, wajib tonton dua-duanya...
Tentu saja ada pergeseran budaya yang terekam di sini.
TD didukung oleh jajaran aktor Hollywood kawakan yang hampir selalu hanya bermain di film sangat bagus (Jack Nicholson geto loh), sementara IA didukung oleh veteran-veteran Hongkong dengan jam terbang sangat tinggi, tak peduli filmnya bagus atau tidak.
TD penuh dengan serif kata-kata sangat kasar, baik dalam ancaman maupun dalam gurauan, sementara IA, apakah mereka bicara kasar? Rasanya nggak ya? (Karena gak paham Mandarin, apa boleh buat).
TD agak memaksakan keholiwutan dengan memasang satu tokoh perempuan terlibat cinta segitiga, sementara IA lebih realistis, masing-masing tokoh utama lelaki punya urusan hidup yang terpisah, dan tokoh perempuan yang bertebaran cukup sebagai hiasan, tidak perlu terlalu terlibat dalam konflik utama.
TD mengangkat Colin Sullivan (Matt Damon) sebagai orang yang benar-benar menekankan kebohongan demi berpihak kepada penjahat dan Bill Costigan Jr (Leonardo diCaprio) sebagai polisi penyamar yang lelah dengan identitasnya, sementara IA mengangkat Ming Lau Kin (Andy Lau) sebagai orang yang sangat berusaha mempertahankan mukanya orang baik dan Yan Chan Wing (Tony Leung Chiu Wai) sebagai polisi penyamar yang agak bersimpati dengan lingkungan penyamarannya. Sepintas lalu sama saja, tapi entah bagaimana, penyelaman tokohnya terasa berbeda, dibandingkan TD, IA lebih terbaurkan dalam nuansa abu-abu...
TD dipadatkan plotnya sebagai satu film utuh dan menampilkan perkembangan yang cepat, sementara IA ditrilogikan sehingga hal-hal yang belum terjawab di film pertama dilengkapi di sekuel-sekuelnya, dan ketegangan saling mengintai kejar-mengejar serta hubungan batin antar tokohnya lebih tereksploitasi.
Demikian pula ending, TD menamatkan nyawa dengan puas, namun IA lebih menekankan kesengsaraan dalam panjangnya usia.
Seandainya Scorsese mengincar penghargaan melalui TD, maka IA mesti kebagian juga.
Cerita berhadap-hadapannya dua tokoh kucing-kucingan seperti ini, mengingatkan kembali kepada manga DEATH NOTE, Light vs L...
Yang setelah film layar lebarnya menuai sukses bahkan di Hongkong (tempat produksi IA di atas tadi), sekuel keduanya "The Last Name" tayang di Jepang 3 November ini, dan telah turun pula seri animenya.
Saya sih masih tetap berpihak pada komik 12 jilid dengan 108 dentuman episode itu, cobalah baca.
Death Note How To Read 13, sebagai pelengkap, juga katanya sudah terbit minggu-minggu lalu.
***
Dan berhubung TD dan IA itu urusan mafia-mafiaan ala Godfather, kebetulan OP-Chibi episode Jinginai-Time baru tayang... Hihihi yang ini sih lucu gak penting, tapi sungguh menghibur sebagai tambahan. Selamat menonton.
Selasa, 17 Oktober 2006
Buta Hijau: Suntingan Ramadhan
(Kalau katanya, saat puasa orang melupakan lapar, itu bohong besar.
Buktinya, bagi saya, makanan melulu yang terkenang...)
Berikut adalah hidangan berbuka yang dapat dinikmati di Bandung dan sekitarnya.
Es cendol yang asalnya parkir di depan toko sepatu Elizabeth di Otista, kini beredar di setiap pelosok bandung dengan 'waralaba' yang sama: sebenarnya sih gak perlu waralaba resmi, cukup penyetaraan mutu saja. Dengan pewarna hijau daun suji asli, gula aren yang mantap, santan yang segar, dan dibubuhi sedikit serpihan buah nangka matang sebagai pewangi. Harganya Rp5000 (lima ribu rupiah) sekantung, bisa untuk 3 gelas.
Paling sering termakan saat Ramadhan, karena demi mempersiapkan dandanan hari raya, pastilah kita beredar di sekitar Alun-alun, Pasar Baru, dan Kebun Kelapa, dan selalu tergiur oleh makhluk satu ini.
Bahasa Inggrisnya, "agar rumput". Lebih senang menyebutnya dalam bahasa Sunda, dengan g: "cingcau". Berbeda dari cingcau hitam, yang hijau ini dibuat cukup dari rendaman daun cingcau hijau, tidak perlu ditambah kanji dan abu. Tapi, karena tidak tahan lama, dan kekenyalannya mudah mencair kembali, cincau hijau ini jarang diperjualbelikan secara umum, hanya secara musiman bisa diperoleh di gerobak kaki lima yang parkir di pinggir jalan atau sekitar pasar.
Dihidangkan dengan santan encer dan peuyeum sampeu' alias tapai singkong, biasanya diberi gula berwarna merah gincu. Nah karena merah gincunya mencurigakan, saya selalu menolaknya dan cukup puas dengan manisnya peuyeum saja. Cingcau hijau ini berkhasiat menurunkan darah tinggi, dan sejuk untuk sariawan.
Secara pribadi sih, ini sebenarnya bukan hidangan berbuka, karena lebih sering dibeli siang hari setiap pulang sekolah di bawah terik mentari di persimpangan Jalan Batik Kumeli, masa SD-SMP-SMA. Kemudian akan disantap sebagai teman menonton Sesame Street... Hmmm nyammm. Saat itu harganya Rp500 (lima ratus rupiah, kalau sekarang naik sekitar tiga kali lipat jadi Rp1.500 (seribu lima ratus rupiah) seporsi. Jangan sudi beli di restoran, bisa-bisa naik lagi 10 kali lipat jadi Rp15.000! Keterlaluan.
Biasa dicampur dengan pulut hitam, dimasak dengan gula merah, santan, dan daun pandan.
Sebenarnya sih ini makanan rutin penambah tenaga, minimal sekali seminggu pasti dihidangkan, dan dimasak sendiri. Tapi terutama awal-awal puasa, selama kios bubur yang sekaligus juga markas Maung Bandung/Viking Persib di sebelah lapangan bulutangkis dekat rumah masih buka tengah malam, lumayan tinggal beli, untuk memuaskan sahur. Selain itu abang penjualnya bertampang lucu sih, kalem agak bopeng dan berponi, seperti tokoh komik.
Yang penting alpukatnya sendiri harus matang, empuk dan manis. Akhir-akhir ini sulit menemukan restoran yang menjual jus alpukat yang enak. Kebanyakan mereka menutup-nutupi keenceran atau kepahitan alpukat dengan menambahkan gula ataupun susu kental manis putih/coklat sebanyak-banyaknya. Yang bisa direkomendasikan, mungkin di kantin Seruni di RS Hasan Sadikin, diseruput setiap menjenguk siapa pun kenalan yang dirawat di sana.
Kemunculannya tuh cukup misterius, karena disertai peluit uap tungku. Dibuat dari tepung dan gula jawa dijejalkan ke tabung bambu, dikukus di atas lubang uap dari kotak kaleng, lalu ditekan keluar dan ditimbuni kelapa parut di atas daun pisang.
Sempat suatu saat kesal menemukan, ada tukang putu goblok yang berani-beraninya mengganti tabung bambu dengan... pipa paralon. Untunglah, tukang-tukang putu yang dipanggil beberapa hari kemudian, tidak ada lagi yang ditemukan melakukan hal yang sama.
Selain itu juga ada putu ayu dan putu mayang, dengan bentuk yang lebih menarik. Putu ayu, mungkin tepungnya agak berbeda, kelapa parutnya dijejalkan juga ke cetakan, lalu gulanya sudah dicampur (???) Kalau putu mayang, dicetak seperti gulungan bihun halus-halus.
Kue kering, dari adonan tipis digulung atau dilipat-lipat, dengan bumbu pisang dan wijen, biasa dijual di toko keripik berjajar dengan pisang sale.
(Tipisnya ini juga mengingatkan pada dadar gulung, yang duluuu waktu keciiiiil sekali, masa balita menjadi hidangan lebaran favorit yang bisa diperoleh di acara kumpul keluarga. Tapi sekarang, entah apakah karena yang dihidangkan sekarang nyaris tidak ada lagi yang berwarna alami, saya jadi kehilangan selera terhadap dadar gulung.)
Yang satu ini sih khas Jepang, terutama Kyoto-Uji. Teh hijau, bubuk. Pengalaman yang menarik mengenai upacara minum teh pernah saya ceritakan tahun lalu.
Rasanya memang pahit, apalagi sebelum meminumnya harus terlebih dahulu menelan wagashi (kue Jepang yang sangat manis), sehingga pertama kali mencoba harus siap-siap lidah dulu. Namun, meminjam istilahnya oom Nishikado Sojiro, 'sono nigasa ga ii no.' Seperti belajar tentang hidup.
Kalau sudah terbiasa, bisa mengatakan rasa ini enaaaaak dan segar.
Maccha di jepang biasa juga dipakai sebagai bumbu kue, seperti kastela, biskuit, puding, parfait, yatsuhashi, shiratama, dan lain-lain. Haagen Dazs adalah salah satu merek es krim yang menyediakan rasa maccha yang mantap.
Buktinya, bagi saya, makanan melulu yang terkenang...)
Berikut adalah hidangan berbuka yang dapat dinikmati di Bandung dan sekitarnya.
う。 Es Cendol Elizabeth
Es cendol yang asalnya parkir di depan toko sepatu Elizabeth di Otista, kini beredar di setiap pelosok bandung dengan 'waralaba' yang sama: sebenarnya sih gak perlu waralaba resmi, cukup penyetaraan mutu saja. Dengan pewarna hijau daun suji asli, gula aren yang mantap, santan yang segar, dan dibubuhi sedikit serpihan buah nangka matang sebagai pewangi. Harganya Rp5000 (lima ribu rupiah) sekantung, bisa untuk 3 gelas.
Paling sering termakan saat Ramadhan, karena demi mempersiapkan dandanan hari raya, pastilah kita beredar di sekitar Alun-alun, Pasar Baru, dan Kebun Kelapa, dan selalu tergiur oleh makhluk satu ini.
ゐ。 Cincau Hijau
Bahasa Inggrisnya, "agar rumput". Lebih senang menyebutnya dalam bahasa Sunda, dengan g: "cingcau". Berbeda dari cingcau hitam, yang hijau ini dibuat cukup dari rendaman daun cingcau hijau, tidak perlu ditambah kanji dan abu. Tapi, karena tidak tahan lama, dan kekenyalannya mudah mencair kembali, cincau hijau ini jarang diperjualbelikan secara umum, hanya secara musiman bisa diperoleh di gerobak kaki lima yang parkir di pinggir jalan atau sekitar pasar.
Dihidangkan dengan santan encer dan peuyeum sampeu' alias tapai singkong, biasanya diberi gula berwarna merah gincu. Nah karena merah gincunya mencurigakan, saya selalu menolaknya dan cukup puas dengan manisnya peuyeum saja. Cingcau hijau ini berkhasiat menurunkan darah tinggi, dan sejuk untuk sariawan.
Secara pribadi sih, ini sebenarnya bukan hidangan berbuka, karena lebih sering dibeli siang hari setiap pulang sekolah di bawah terik mentari di persimpangan Jalan Batik Kumeli, masa SD-SMP-SMA. Kemudian akan disantap sebagai teman menonton Sesame Street... Hmmm nyammm. Saat itu harganya Rp500 (lima ratus rupiah, kalau sekarang naik sekitar tiga kali lipat jadi Rp1.500 (seribu lima ratus rupiah) seporsi. Jangan sudi beli di restoran, bisa-bisa naik lagi 10 kali lipat jadi Rp15.000! Keterlaluan.
の。 Bubur Kacang Hijau
Biasa dicampur dengan pulut hitam, dimasak dengan gula merah, santan, dan daun pandan.
Sebenarnya sih ini makanan rutin penambah tenaga, minimal sekali seminggu pasti dihidangkan, dan dimasak sendiri. Tapi terutama awal-awal puasa, selama kios bubur yang sekaligus juga markas Maung Bandung/Viking Persib di sebelah lapangan bulutangkis dekat rumah masih buka tengah malam, lumayan tinggal beli, untuk memuaskan sahur. Selain itu abang penjualnya bertampang lucu sih, kalem agak bopeng dan berponi, seperti tokoh komik.
お。 Jus Alpukat
Yang penting alpukatnya sendiri harus matang, empuk dan manis. Akhir-akhir ini sulit menemukan restoran yang menjual jus alpukat yang enak. Kebanyakan mereka menutup-nutupi keenceran atau kepahitan alpukat dengan menambahkan gula ataupun susu kental manis putih/coklat sebanyak-banyaknya. Yang bisa direkomendasikan, mungkin di kantin Seruni di RS Hasan Sadikin, diseruput setiap menjenguk siapa pun kenalan yang dirawat di sana.
く。 Putu Bambu
Kemunculannya tuh cukup misterius, karena disertai peluit uap tungku. Dibuat dari tepung dan gula jawa dijejalkan ke tabung bambu, dikukus di atas lubang uap dari kotak kaleng, lalu ditekan keluar dan ditimbuni kelapa parut di atas daun pisang.
Sempat suatu saat kesal menemukan, ada tukang putu goblok yang berani-beraninya mengganti tabung bambu dengan... pipa paralon. Untunglah, tukang-tukang putu yang dipanggil beberapa hari kemudian, tidak ada lagi yang ditemukan melakukan hal yang sama.
Selain itu juga ada putu ayu dan putu mayang, dengan bentuk yang lebih menarik. Putu ayu, mungkin tepungnya agak berbeda, kelapa parutnya dijejalkan juga ke cetakan, lalu gulanya sudah dicampur (???) Kalau putu mayang, dicetak seperti gulungan bihun halus-halus.
や。 Kue Semprong
Kue kering, dari adonan tipis digulung atau dilipat-lipat, dengan bumbu pisang dan wijen, biasa dijual di toko keripik berjajar dengan pisang sale.
(Tipisnya ini juga mengingatkan pada dadar gulung, yang duluuu waktu keciiiiil sekali, masa balita menjadi hidangan lebaran favorit yang bisa diperoleh di acara kumpul keluarga. Tapi sekarang, entah apakah karena yang dihidangkan sekarang nyaris tidak ada lagi yang berwarna alami, saya jadi kehilangan selera terhadap dadar gulung.)
ま。 Macchaaa!!!
Yang satu ini sih khas Jepang, terutama Kyoto-Uji. Teh hijau, bubuk. Pengalaman yang menarik mengenai upacara minum teh pernah saya ceritakan tahun lalu.
Rasanya memang pahit, apalagi sebelum meminumnya harus terlebih dahulu menelan wagashi (kue Jepang yang sangat manis), sehingga pertama kali mencoba harus siap-siap lidah dulu. Namun, meminjam istilahnya oom Nishikado Sojiro, 'sono nigasa ga ii no.' Seperti belajar tentang hidup.
Kalau sudah terbiasa, bisa mengatakan rasa ini enaaaaak dan segar.
Maccha di jepang biasa juga dipakai sebagai bumbu kue, seperti kastela, biskuit, puding, parfait, yatsuhashi, shiratama, dan lain-lain. Haagen Dazs adalah salah satu merek es krim yang menyediakan rasa maccha yang mantap.
Senin, 16 Oktober 2006
Obahan ・おばはん
Obahan, 「おばはん」 = adalah sebutan logat Kansai (daerah Jepang Barat: Kyoto, Osaka, Kobe, Nara, dll) bagi obasan (ibu-ibu, tante-tante) berusia setengah baya, biasanya mengandung konotasi tambahan. Mungkin kalau di-Indonesiakan, istilahnya menjadi "emak-emak" atau "inang-inang".
Maknanya bisa positif, bahwa mereka adalah ibu-ibu yang penuh semangat tinggi, lihai dalam urusan rumah tangga, aktif bersosialisasi, memberi perhatian penuh pada kebersihan lingkungan, dan hemat cermat...
Negatifnya, adalah bahwa terkadang mereka mengesalkan karena berperilaku kasar dalam menasihati orang, cenderung mau tahu urusan tetangga, hobi bergosip, memanfaatkan semua kesempatan yang gratisan, dan sering menawar semurah-murahnya karena pelit...
Mereka sering berwisata dalam kelompok, menikmati keramaian, dan 'menyingkirkan' siapa saja yang menghalangi jalan mereka...
Selain itu yang terkenal juga adalah selera 'fashion' mereka yang aneh. Dandanannya pasti, rambut mekar sengaja dikeriting. Untuk pakaian, zaman saya kuliah tuh yang sedang ngetrend di antara para obahan adalah... motif macan tutul. Entahlah bagaimana sekarang.
Kali ini tokoh-tokoh OP-Chibi tampil dalam perilaku dan tampang obahan yang lucu abis. Beruntung ada yang bela-belain menerjemahkan. Selamat menonton...
Maknanya bisa positif, bahwa mereka adalah ibu-ibu yang penuh semangat tinggi, lihai dalam urusan rumah tangga, aktif bersosialisasi, memberi perhatian penuh pada kebersihan lingkungan, dan hemat cermat...
Negatifnya, adalah bahwa terkadang mereka mengesalkan karena berperilaku kasar dalam menasihati orang, cenderung mau tahu urusan tetangga, hobi bergosip, memanfaatkan semua kesempatan yang gratisan, dan sering menawar semurah-murahnya karena pelit...
Mereka sering berwisata dalam kelompok, menikmati keramaian, dan 'menyingkirkan' siapa saja yang menghalangi jalan mereka...
Selain itu yang terkenal juga adalah selera 'fashion' mereka yang aneh. Dandanannya pasti, rambut mekar sengaja dikeriting. Untuk pakaian, zaman saya kuliah tuh yang sedang ngetrend di antara para obahan adalah... motif macan tutul. Entahlah bagaimana sekarang.
Kali ini tokoh-tokoh OP-Chibi tampil dalam perilaku dan tampang obahan yang lucu abis. Beruntung ada yang bela-belain menerjemahkan. Selamat menonton...
Sabtu, 07 Oktober 2006
Faerie Varth
Hmmm, bulan cemerlang sekali sejak maghrib tadi, mengalahkan daya tarik lampu neon semeriah apa pun. Rencananya mau melanjutkan cerita peri, namun suasana hati malah terlalu nyaman untuk diganggu gugat.
Ngomong-ngomong ternyata bulan-bulanan bumi yang alami ada lagi satu, asteroid yang dinamakan Cruithne yang terperangkap gaya tarik bumi-bulan. Selain itu banyak lagi sampah angkasa artifisial yang mengitari bumi, sisa-sisa satelit atau roket rusak. Mungkinkah suatu saat mereka akan membesar dan membulat menjadi bulan kedua, ketiga dst?
Yang belum sempat saya ceritakan dari Expo 2005 tahun lalu, gerai Mitsubishi Miraikan dengan teater IFX-nya dan robot Wakamaru-nya menampilkan kisah bahwa "bila bulan tidak pernah ada", evolusi makhluk hidup terhambat, manusia tidak akan hidup saat ini dan dinosaurus akan masih menjajah bumi. Lah, itu kan cuma kalau percaya teori evolusi???
Manga Jepang sering sekali menjadikan bulan sebagai bulan-bulanan. Piccolo di DB menghancurkan bulan tanpa sisa agar Son Gohan tidak berubah menjadi gorila. Tetsuo di Akira melubangi bulan demi memperlihatkan kekuatannya mengganggu keseimbangan gaya berat. Mokuren dan Shion di BCM adalah dua makhluk luar angkasa sebesar kelingking yang berstasiun di bulan demi meneliti perilaku manusia bumi.
Kini giliran bang Ener yang berhasil mendarat untuk mengadakan penjelajahan ke tanah tanpa batas yang dia idam-idamkan selama ini. Apa yang akan ia temukan di sana? Manusia liliput yang menggali lubang bawah tanah? Kelinci yang penuh pengorbanan? Ular naga?
Dulu waktu masih kecil, memandang bulan purnama selalu ingat cerita Chandrakirana-nya Ayip Rosyidi. Sekarang cukup ingat bang Ener saja lah. Semoga dia bisa hidup bahagia di Faerie Varth. Yahaha...
Ngomong-ngomong ternyata bulan-bulanan bumi yang alami ada lagi satu, asteroid yang dinamakan Cruithne yang terperangkap gaya tarik bumi-bulan. Selain itu banyak lagi sampah angkasa artifisial yang mengitari bumi, sisa-sisa satelit atau roket rusak. Mungkinkah suatu saat mereka akan membesar dan membulat menjadi bulan kedua, ketiga dst?
Yang belum sempat saya ceritakan dari Expo 2005 tahun lalu, gerai Mitsubishi Miraikan dengan teater IFX-nya dan robot Wakamaru-nya menampilkan kisah bahwa "bila bulan tidak pernah ada", evolusi makhluk hidup terhambat, manusia tidak akan hidup saat ini dan dinosaurus akan masih menjajah bumi. Lah, itu kan cuma kalau percaya teori evolusi???
Manga Jepang sering sekali menjadikan bulan sebagai bulan-bulanan. Piccolo di DB menghancurkan bulan tanpa sisa agar Son Gohan tidak berubah menjadi gorila. Tetsuo di Akira melubangi bulan demi memperlihatkan kekuatannya mengganggu keseimbangan gaya berat. Mokuren dan Shion di BCM adalah dua makhluk luar angkasa sebesar kelingking yang berstasiun di bulan demi meneliti perilaku manusia bumi.
Kini giliran bang Ener yang berhasil mendarat untuk mengadakan penjelajahan ke tanah tanpa batas yang dia idam-idamkan selama ini. Apa yang akan ia temukan di sana? Manusia liliput yang menggali lubang bawah tanah? Kelinci yang penuh pengorbanan? Ular naga?
Dulu waktu masih kecil, memandang bulan purnama selalu ingat cerita Chandrakirana-nya Ayip Rosyidi. Sekarang cukup ingat bang Ener saja lah. Semoga dia bisa hidup bahagia di Faerie Varth. Yahaha...
Jumat, 06 Oktober 2006
Asterix di Jepang (dan AS)
Walaupun sejak masa PD I telah memasang Jepang ke pihak antagonis, Tintin dan Snowy masih punya penggemar berat di sini. Namun, tidak demikian halnya dengan Asterix, Obelix dan Idefix. Sampai kini, mereka tetap tak terkenal di negara yang punya tradisi cergam khas: Jepang, juga Amerika.
Entah sebagai sekadar sindiran, atau sekaligus pelampiasan kekecewaan, Uderzo pun menerbitkan komik ke-33 Asterix dengan menampilkan masalah ini.
Tersebutlah makhluk-makhluk berperadaban canggih dari luar angkasa datang ke desa Galia berusaha memperoleh senjata rahasia, membuat penghuni desa mengira telah terjadi apa yang paling ditakuti, yaitu langit runtuh di atas kepala mereka...
Tersebutlah makhluk-makhluk berperadaban canggih dari luar angkasa datang ke desa Galia berusaha memperoleh senjata rahasia, membuat penghuni desa mengira telah terjadi apa yang paling ditakuti, yaitu langit runtuh di atas kepala mereka...
Yang agak mengganggu adalah, bahwa orang-orang Galia tampak 'minder' terhadap pihak Tadsilweny beserta superklonnya yang doyan hotdog, walaupun masih sempat meledek mereka.
Sedangkan Nagma, digambarkan sebagai makhluk kuning bodoh buruk rupa berbaju besi, bertopeng mata bundar, dan membawa robot tikus saiber (stereotip Jepang???).
Ini jelas menggambarkan kecemburuan kakek Uderzo... Sejak ditinggal Goscinny memang bisa dimaklumi mutu cerita agak berkurang, namun kali ini adalah yang paling parah. Mungkin dia belum berhasil menghargai manga sebagai karya seni yang indah, karena baru berjumpa dengan contoh judul-judul yang salah kaprah...
Sebagai komik yang selama ini mengangkat isu-isu patriotisme (atau chauvinistisme?) terhadap Prancis, Asterix sebenarnya rancu: kedua penciptanya sendiri bukanlah asli Galia. Albert Uderzo keturunan Italia, sedangkan Rene Goscinny malah keturunan Yahudi Polandia.
Di negara Prancis yang sekarang pun, bangsa Galia Celtic sebenarnya sudah tersingkir oleh bangsa Franca Gothic. Dengan demikian, sensitivitas rasial seharusnya sudah terasah dengan baik.
Mengapa terhadap Jepang belum?
Menumpang perhatian masyarakat Jepang pada negara Prancis sejak Piala Dunia 1998, usaha memperkenalkan jagoan mungil kita dilakukan secara bertahap dengan penayangan animasinya di NHK-BS, dan filmnya di bioskop-bioskop.
Jauh sebelum itu, juga telah dirintis oleh tiga profesor pada tahun 1974, dengan diterbitkannya tiga judul pertama Asterix oleh Futaba Shoten. Namun, komik ini tenggelam oleh kejayaan manga domestik saat itu. Dan kabarnya memang hanya sekian ratus eksemplar yang diterbitkan, untuk komunitas kecil saja.
Padahal, kesulitan penerjemahan antarbudaya seharusnya telah dapat diterobos karena di masa itu (era 70-80an) telah banyak diterbitkan manga-manga yang mengkhususkan diri pada tema sejarah budaya Prancis/Eropa (terutama genre shojo, seperti Versailles no Bara).
"Waai, Asterix!" "Komik rakyat Prancis ya." "Itu parodi 'Perang Galia'."
(Eroica Yori Ai wo Komete 32, "Celtic Spiral", September 2005)
Sedangkan usaha menerbitkan di Amerika, seperti diceritakan di kumpulan komik ke-32 (Asterix et la rentrée gauloise) dirintis sejak 1969, bahkan sempat promosi pilot di National Geographic. Mungkin juga berkenaan dengan usaha tersebut, dalam edisi lama Superman, orang-orang Galia pernah dimunculkan sepintas. Rencana tersebut batal karena sulit memenuhi tuntutan sindikat suratkabar agar menyesuaikan ukuran gambar dengan komik strip yang biasa beredar. Khalayak Amerika kemudian lebih mengenal Asterix melalui terjemahan Inggris Britania yang lebih memperhatikan pemahaman budaya.
Bagaimanapun juga, Asterix adalah karya seni dengan kekhasan tersendiri. Belum bisa terbayangkan bila ia tampil dalam format yang berbeda. Dan ia masih tetap berjaya di kandang sendiri, menang dari DB, Naruto maupun OP.
(Tabel penjualan komik vs manga di Prancis tahun 2005, dicaplok dari doubleclixblog)
Siapa tahu, sejak Denmark mengambil alih teknologi animasi 2D dari Disney untuk Viking, atau sejak Zidane menghebohkan lapangan, peluang Asterix merambah dunia kembali terbuka.
Selasa, 03 Oktober 2006
Jepang-Jerman 2005-2006
Dua tahun terakhir ini ditetapkan sebagai tahun persahabatan antara dua negara unik di belahan benua yang berbeda, yang suatu saat pernah bersekongkol melawan dunia.
Yang satu dengan helm Gothic-nya, yang satu lagi dengan Kabuto-nya.
Tahun 2005 ditandai dengan berlangsungnya World Expo 2005 di Aichi, Jepang.
Gerai Jerman, Bionis, wahana yang menampilkan usaha menyelaraskan teknologi dengan alam, merupakan gerai paling diminati khalayak ramai, terbukti dengan antrean panjang memperebutkan kapasitas yang terbatas.
Selain itu juga dimeriahkan dengan semakin berkembangnya Velotaxi, semacam becak modern yang diproduksi di Berlin dan selama ini sudah beroperasi di Kyoto sejak Mei 2002, kian merambah ke kota-kota besar lainnya, Tokyo, Osaka, Nagoya, dst.
Tahun 2006 ditandai berlangsungnya FIFA World Cup 2006 di Jerman.
Sebagai tuan rumah di kesempatan empat tahun sebelumnya, Jepang berpartisipasi dengan cukup antusias walaupun kalah di babak awal.
Jerman banyak diperkenalkan melalui manga seperti karya-karya Osamu Tezuka (Blackjack, Hitler), Matsumoto Reiji (Kapten Harlock), Ikeda Riyoko (Orpheus no Mado), Aoike Yasuko (Eroica yori Ai wo Komete...) dannn karya-karya Urasawa Naoki (Monster, Pluto, ...).
Walaupun demikian, bagi Jerman pada umumnya, Jepang masih bisa dirumuskan dalam dua kata: "sudoku" dan "hentai"... sehingga masih harus berjuang lebih jauh agar dikenal baik.
Bagaimanapun juga, ternyata masih ada kelanjutan kerja sama kedua negara ini, bahwa di bulan Maret tahun 2007 akan tinggal landas penerbangan internasional pertama khusus perokok itu (hueks), dari Dusseldorf (DUS) menuju Tokyo (NRT)...
Bagaimana dengan Jerman?
Negeri ini tidak tercatat sebagai penjajah secara langsung, namun sejak abad 16 orang Jerman telah berkeliaran di Indonesia, dalam misi menyebarkan agama Kristen yang telah direformasi oleh Martin Luther. Walaupun sekian orang misionaris habis "dimakan" suku Batak yang menentang penjajahan, dan terjegal oleh gerakan Padri, namun mungkin ada kesamaan sifat antara dua bangsa tersebut, akhirnya pendeta Jerman berhasil menyusup ke dalam adat istiadat Batak pedalaman, dan mendirikan HKBP.
Pada 17 Agustus 1945, sebagai koalisi Jepang di ambang kekalahan terhadap Sekutu, mesin tik Jerman-lah yang dipinjamkan untuk mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Goethe Institut di Bandung cukup aktif menyelenggarakan kegiatan pertukaran kebudayaan, sehingga di masa SD saya bisa menonton berbagai film anak-anak Jerman yang asyik-asyik seperti Pumuckl atau Die Stadtpiraten, kadang sampai bolos sekolah.
Berhubung mantan Menristek/Wapres/Presiden ke-3 RI BJH lama besar dididik di Jerman, berbagai kerja sama Indonesia dengan Jerman terbentuk, termasuk yang agak gila: memborong bekas kapal selam Jerman Timur.
Di masa reformasi beliau juga mengerahkan perbantuan dari para pakar ekonomi Jerman, antara lain Dr. Ackermann dan Dr. Kartte untuk restrukturisasi Bank Indonesia dan penerapan Ekonomi Kerakyatan Berorientasi Pasar, kemudian juga mengadakan pameran Technogerma 1999.
Jerman mengaku menjadi negara pertama Paris Club yang melakukan penghapusan utang Indonesia untuk pendidikan.
Sebuah LSM Jerman, Hanns Seidel Foundation Indonesia, mendukung dan membiayai berbagai kegiatan demokratisasi, termasuk kerjaan Cetro: penerbitan almanak anggota parlemen RI 2004-2009 yang tertib dan sistematis, lengkap dengan biografi dan jumlah kekayaan, baik dalam bentuk buku maupun CD, demi terciptanya transparansi dan akuntabilitas DPR/MPR dan DPD (kayak Indonesia gak bisa buat sendiri saja).
Secara global, Jerman, sama seperti Jepang, sempat mengalami kemunduran karena eksklusivitas bahasa, tidak mau tunduk pada "penjajahan" bahasa Inggris, sehingga komunikasi ilmu pengetahuan agak terhambat. Namun, sebagai bangsa yang menghasilkan pemikir-pemikir hebat sepanjang zaman, sisa-sisa kejayaannya (tsaaah) masih belum luruh.
Yang satu dengan helm Gothic-nya, yang satu lagi dengan Kabuto-nya.
Tahun 2005 ditandai dengan berlangsungnya World Expo 2005 di Aichi, Jepang.
Gerai Jerman, Bionis, wahana yang menampilkan usaha menyelaraskan teknologi dengan alam, merupakan gerai paling diminati khalayak ramai, terbukti dengan antrean panjang memperebutkan kapasitas yang terbatas.
Selain itu juga dimeriahkan dengan semakin berkembangnya Velotaxi, semacam becak modern yang diproduksi di Berlin dan selama ini sudah beroperasi di Kyoto sejak Mei 2002, kian merambah ke kota-kota besar lainnya, Tokyo, Osaka, Nagoya, dst.
Tahun 2006 ditandai berlangsungnya FIFA World Cup 2006 di Jerman.
Sebagai tuan rumah di kesempatan empat tahun sebelumnya, Jepang berpartisipasi dengan cukup antusias walaupun kalah di babak awal.
Jerman banyak diperkenalkan melalui manga seperti karya-karya Osamu Tezuka (Blackjack, Hitler), Matsumoto Reiji (Kapten Harlock), Ikeda Riyoko (Orpheus no Mado), Aoike Yasuko (Eroica yori Ai wo Komete...) dannn karya-karya Urasawa Naoki (Monster, Pluto, ...).
Walaupun demikian, bagi Jerman pada umumnya, Jepang masih bisa dirumuskan dalam dua kata: "sudoku" dan "hentai"... sehingga masih harus berjuang lebih jauh agar dikenal baik.
Bagaimanapun juga, ternyata masih ada kelanjutan kerja sama kedua negara ini, bahwa di bulan Maret tahun 2007 akan tinggal landas penerbangan internasional pertama khusus perokok itu (hueks), dari Dusseldorf (DUS) menuju Tokyo (NRT)...
Jerman dan Indonesia
Tentu saja Jepang dan Indonesia punya hubungan sejarah yang sangat erat, lah sekian tahun menjajah begitu.Bagaimana dengan Jerman?
Negeri ini tidak tercatat sebagai penjajah secara langsung, namun sejak abad 16 orang Jerman telah berkeliaran di Indonesia, dalam misi menyebarkan agama Kristen yang telah direformasi oleh Martin Luther. Walaupun sekian orang misionaris habis "dimakan" suku Batak yang menentang penjajahan, dan terjegal oleh gerakan Padri, namun mungkin ada kesamaan sifat antara dua bangsa tersebut, akhirnya pendeta Jerman berhasil menyusup ke dalam adat istiadat Batak pedalaman, dan mendirikan HKBP.
Pada 17 Agustus 1945, sebagai koalisi Jepang di ambang kekalahan terhadap Sekutu, mesin tik Jerman-lah yang dipinjamkan untuk mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Goethe Institut di Bandung cukup aktif menyelenggarakan kegiatan pertukaran kebudayaan, sehingga di masa SD saya bisa menonton berbagai film anak-anak Jerman yang asyik-asyik seperti Pumuckl atau Die Stadtpiraten, kadang sampai bolos sekolah.
Berhubung mantan Menristek/Wapres/Presiden ke-3 RI BJH lama besar dididik di Jerman, berbagai kerja sama Indonesia dengan Jerman terbentuk, termasuk yang agak gila: memborong bekas kapal selam Jerman Timur.
Di masa reformasi beliau juga mengerahkan perbantuan dari para pakar ekonomi Jerman, antara lain Dr. Ackermann dan Dr. Kartte untuk restrukturisasi Bank Indonesia dan penerapan Ekonomi Kerakyatan Berorientasi Pasar, kemudian juga mengadakan pameran Technogerma 1999.
Jerman mengaku menjadi negara pertama Paris Club yang melakukan penghapusan utang Indonesia untuk pendidikan.
Sebuah LSM Jerman, Hanns Seidel Foundation Indonesia, mendukung dan membiayai berbagai kegiatan demokratisasi, termasuk kerjaan Cetro: penerbitan almanak anggota parlemen RI 2004-2009 yang tertib dan sistematis, lengkap dengan biografi dan jumlah kekayaan, baik dalam bentuk buku maupun CD, demi terciptanya transparansi dan akuntabilitas DPR/MPR dan DPD (kayak Indonesia gak bisa buat sendiri saja).
Secara global, Jerman, sama seperti Jepang, sempat mengalami kemunduran karena eksklusivitas bahasa, tidak mau tunduk pada "penjajahan" bahasa Inggris, sehingga komunikasi ilmu pengetahuan agak terhambat. Namun, sebagai bangsa yang menghasilkan pemikir-pemikir hebat sepanjang zaman, sisa-sisa kejayaannya (tsaaah) masih belum luruh.
Langganan:
Postingan (Atom)