Sabtu, 19 Maret 2005

HaTe Gate

H.T.= handy talkie; h.t.= hatsu taiken (初体験) yahahahaha


Tersebutlah, tim kami memanfaatkan seperangkat HT pemberian Medco demi kelancaran komunikasi lapangan. Apalagi dengan tugas yang beraneka ragam, sementara HP sering sulit memperoleh sinyal, HT menjadi benda terpenting dalam petualangan kali ini.

Beberapa kali, kalau ada orang yang masuk ke sinyal kami, terpaksa diusir dengan hormat:
"Ini adalah jalur komunikasi posko I...(tuuuut, sensor), harap anda mengganti frekuensi..."
"Mua-aaap tho maaassss mbbbakkkk, tapi saya gak ngerti gitu lho, cara gantinya..."
"Anda bisa datang ke posko kami, atau di mana posisi anda? Kami akan segera ke sana."

Namun terkadang, untuk memecah kebosanan, HT juga dipermainkan...


"Halo, di sini Saliitem, Saliitem kepada Taman Maluku..."
"Di sini Taman Maluku menerima anda dengan jelas, Taman Maluku telah terazia oleh Tibum..."
"Saliitem kepada Tibum, kalau lewat kota tolong belikan parfum afterbath bau bunga kenanga, sekalian sama mi Aceh sebungkus gak pakai daging..."
"Okkeee deeeee..."
"Perhatian kepada para pemegang HT. Harap tidak menggunakan HT kecuali untuk komunikasi yang penting-penting..."
"Taman maluku kepada Saliitem... Adda yang punduuuuuunggggg..."
"Parfum itu penting boss, untuk menambah Pede!"


Sebelumnya, istilah terhadap masing-masing pemegang HT tidak seperti itu.

"Halo, halo, chicken-one kepada big mama, chicken-one sudah beres di SMP1, chicken-one cross the road..."
"Di sini big mama. Black hawk sudah menghampiri anda ke SMK 2. Di mana posisi?"
Saat itu ayam-ayam telah menemukan elang hitam dan beranjak menaikinya. Tapi dasarnya iseng,
"Di sini black hawk. Kami sedang ada urusan penting, harap chicken-chicken pulang sendiri semua."
"Big mama pada chicken-one, bisa diterima? Kalian naik angkutan umum saja satu kali jalan, berhenti di dekat masjid."
"..."
"Chicken-one, bisa diterima chicken-one?"
"... Kami tidak tahu ini di mana... Kami tersasar..."
"Haaaaaa? Di mana posisi? Harap tenang. Perhatikan keadaan sekeliling kalian."
"Ini... Kelihatannya ini di Jeuram..."
"JEURAM??? BAGAIMANA PULA BISA SAMPAI SANA!!!!! Itu kan tempat kita survei bambu! Black Hawk, harap menghubungi tim edukasi. Tim edukasi berada di Jeuram dan kemungkinan besar tak tahu jalan pulang. Harap diusahakan untuk menjemput mereka sebelum ada hal-hal yang tidak diinginkan..."
"..."
"Black hawk bisa diterima, ganti?"
"Tek kotek kotek jambu, anak ayam turun seribu..."
"Black hawk?"
"Mati satu tinggal smblnrtsmblnplhsmbilan... Tek kotek kotek jambu..."
"Dan kami putarkan untuk hiburan anda-anda sekalian, the neveeeerrrrrr endiiiiinggggg sooooooonggggg."


Dan suatu hari tibalah acara perpisahan dengan kloter pertama yang mengincar pengangkutan dengan Chinook. Ternyata masih ada suara-suara alien yang tiba ke posko, membangunkan macan tidur (tepatnya, si ganteng dengan perut bercorak kura-kura, alias Ichiro) yang sedang terkapar kelelahan.

"Mother Earth, Mother Earth..."
"..."
"Calling Mother Earth..."
"Ini Saliitem, siapa itu?"
Sang macan eh, kura-kura melek dan merebut mikrofon.
"Ini adalah sinyal posko I (tuuuut, sensor). Harap jangan menggunakan jalur ini."
"Ini AD, sedang main-main..."
"SUDAH DIBILANG HT BUKAN BUAT MAIN-MAIN!!!!!!"
Jebret.
Listrik diswitch off.
Aku, yang kebetulan sedang mencharge HP tepat di depan HT, menyalakannya lagi.
Si kura-kura yang sudah terbaring, langsung melotot dan menghardik:
"SIAPA YANG SURUH MENGHIDUPKAN!"
Aku tidak merasa dia punya kewenangan untuk mematikan atau menghidupkan HT, karena ini adalah milik bersama.
"ini kan basecamp, seharusnyalah HT selalu menyala untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk agar tidak miskomunikasi. Bukan begitu? Bagaimana kalau yang sedang bepergian nanti ada kepentingan mendesak?"
"SALAH SENDIRI MEREKA PAKAI MAIN-MAIN!"
"Yah kalau mereka main-main jangan dibalas, lah tadi kau jawabi. Padahal kan didiamkan saja."
"BAGAIMANA KALAU ADA YANG DENGAR SINYAL DIPAKAI MAINAN!"
"Lah kau juga biasanya mesan Coca-Cola lewat HT gitu. Ini zaman orang sedang kesusahan, malah minum Coca-Cola. Produk kapitalis. Masih mending kopi kek. Kalau yang seperti itu ditangkap sinyalnya, lebih memalukan lagi."
"MEMANGNYA AKU PAKAI UANG SIAPA! UANG SENDIRI TAHU!"
"Lah aku belanja buah juga pakai uang sendiri. Itu pun kau marahi..."
Klik.
Bunyi apa itu?
Awh naw, ternyata pisau lipatnya telah teracungkan...
Si perut kura-kura kini melotot, dan mendengus-dengus persis seperti ketika aku mendebatnya pertama kali. Tapi karena jantung ini tenang, aku hadapi juga dengan dingin.
"Sudahlah, aku tahu kau lelah. Itu kan karena kau tak mampu berbagi tugas dengan yang lain."
"SIAPA YANG TIDAK BAGI-BAGI TUGAS! SOK TUA KAU!"
"Loh memang aku lebih tua bukan?" (Padahal, walaupun memang aku satu angkatan di atasnya, kesimpulan ini belum tentu benar heheheh)
Lototannya semakin intens, seakan matanya hendak meloncat ke luar.
Sali yang sedang asyik mengurus lembar keuangan di komputer terpaksa turun tangan menahannya.
Pisau lipat yang asli tajam itu pun terjatuh dan menancap ke tanah.
Walah, kalau aku emosi dan balas meneriaki dia, sudah jelas pasti pisau itu menancap ke tubuhku. Sejak awal seharusnya aku memang tidak membalasnya, namun apa daya semangat membela pendapat pribadi terlalu menggebu-gebu.
Pengalaman pertamaku lah, diancam dengan senjata tajam... Mending oleh pasukan pemberontak atau TNI, ini malah oleh teman satu tim...

Karena berusaha memahami bahwa cowok itu mungkin bisa "PMS" juga, dan bahwa aku saja yang terlalu rasional dengan mengharapkan terjadinya perdebatan normal dengan mengajukan argumen yang logis, dan tidak siap menghadapi bahwa orang bisa kelepasan emosi, jadi aku senyum-senyumi saja dia selanjutnya.

Katanya sih, orang bisa kehilangan kendali diri seperti itu karena biasa mengonsumsi ganja dkk. Tapi aku curiga, jangan-jangan justru selama ini dia bisa diterima di masyarakat, kelompok, sampai bisa memegang tanggung jawab logistik seperti itu, karena berhasil mengatasi emosi meluap itu dengan ganja atau tranquilizer lainnya...?????


Cerita lain tentang HT, adalah HT kami ditahan ketika pemeriksaan di pos perbatasan.
Petugas sweeping memberikan alasan, bahwa surat-surat izin yang kami pegang masih belum dilengkapi nomer serinya segala (lah iya lah namanya juga HT bekas...) dan bila perangkat ini jatuh ke tangan PAR (sebutan tim pemetaan untuk, tahu lah, kalau pukul-pukulan waktu ospek, suku kata pertamanya) maka akan sangat berbahaya. Tapi kalau si PAR menyerang pos ini, sama saja kan akibatnya? Hayyoooo... Dan tim kami langsung melaporkan ke Jenderal, sehingga urusan bisa dibereskan langsung dari atasannya.
Selain HT, ranselnya Lt.Agus juga diambil karena berwarna hijau tentara (memang ransel pembagian dari posko dan beli di perlengkapan bekas tentara). Yang membuat kesal dirinya, adalah ketika meminta tanda terima dari perwira di sana, dia ditegur:
"Oh mas dari Tegal ya? Saya juga dari Tegal..."
Bagaimana coba, rasanya, dipreteli oleh TETANGGA SENDIRI...

Tidak ada komentar: