Selasa, 15 Maret 2005
Ransum
Pasar-pasar telah cukup ramai, sehingga kami dapat berbelanja setiap hari. Untuk lauk-pauk, pak penanggung jawab logistik (seorang ganteng dengan perut bercorak kura-kura, sebut saja Ichiro) mewajibkan kami menghabiskan perbekalan yang telah disediakan sejak pendirian posko.
Dan baru di sinilah aku bisa paham mengapa Ronald Weasley gak doyan sandwich isi sapi korned!!!!!
Menu makanan terpaksa hanya berputar di situ-situ saja. Dendeng manis, korned dan sarden kalengan, Mie instan, Bihun, merica bubuk, gula merah dan berkardus-kardus biskuit dan susu sisa pembagian untuk pengungsi.
Ternyata, banyak yang tidak terpuaskan oleh hal ini. Aku sendiri gerah dengan lauk awetan, segera mencanangkan gerakan anti MSG dan memastikan pasokan sayur-mayur (daun ubi, daun paku, bahan-bahan sayur asam) dan tempe setiap belanja. Kedua teman putri vegetarian, hanya mau makan telur sambil membuka bekal serundeng masing-masing dan mereka malah tak begitu suka sayur-mayur. Sementara ada rekan yang alergi telur, dan ada yang muntah kalau menelan ikan. Walah.
Saat aku sendiri asyik memasak kolak atau agar-agar, anak-anak IMG sibuk mencoba menggoreng bala dua kali, sementara AD, seorang pengkhayal inovatif menyusun resep efisien: Korned campur Marie Regal!!! Dan oootttccchhh pokoknya ampuuun deh. Selain itu, cowok-cowok selalu melaporkan bahwa di dalam masakan yang mereka garap pasti ada abu rokok dan ganja tenggelam di dalamnya...
Akhirnya giliran berikutnya kami membujuk relawan transportasi, si pemilik blackhawk ("helikopter" kami) yang ternyata pernah kerja di hotel. Ia berhasil menggarapnya dengan teknik penumisan canggih dan disajikan dengan sentuhan dekorasi dari para desainer kami walaupun masih agak gimana gitu (tetap saja korned) tapi yang penting lebih bisa dinikmati.
Angin baru yang dihembuskan oleh tim 3½ ini menggusarkan penanggung jawab logistik. Beliau sebenarnya gape sekali akan pekerjaan dapur umum di kondisi genting ini, ditilik dari caranya memotong bawang putih, namun tak bisa lepas dari bersachet-sachet Masako rasa Sapi. Prinsip dasar dalam memasak seperti ini sebenarnya tak bisa kuterima, karena MSG bagiku adalah fenomena baru, yang tanpa benda ini, budaya boga selama berabad-abad bisa juga mencapai tingkat peradaban yang sangat tinggi. Dan pertentangan prinsip ini terbawa-bawa ke dalam kekesalan memuncak... Sampai aku meminta secara terus terang untuk mengganti giliran piket sehingga beliau tidak perlu bentrok di dapur denganku. Namun bom waktu sudah tertanam.
Suatu sore aku pulang menenteng markisa, tiba-tiba beliau membentak:
"Kalau kau taruh itu di dapur, aku buang semua!"
Lho, apa lagi salahku kali ini? Dan apa salah markisa diletakkan di dapur? Melihat ia kembali berkutat dengan laptopnya, aku rasa tak ada gunanya protes. Bersama teman-teman yang ikut heran dan penasaran, aku segera menghabiskan markisa itu licin tandas. Lagian cuma sedikit.
Besoknya ternyata beliau protes-protes lagi dengan dapur yang tidak seperti kehendaknya, aku balas mendebat bahwa kertas-kertas pekerjaannya juga berserakan di meja makan, bahwa dia juga melakukan pelanggaran. Satu tutup dandang diremukkannya setelah dia berusaha papelong-pelong denganku selama beberapa menit. Hihi, lihat dulu dong siapa yang ditantang... Aku, gitu. Tapi dengan tenang aku berusaha memperbaiki bentuk tutup dandang yang tak karuan itu, toh masih akan dipergunakan menanak nasi. Dia mogok makan masakanku dan menyalakan rokok. Oi, sudah seceking itu...(bersambung)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Mama...
Koq bersambung....?
Aku penasaran neh....
Btw, aku punya masukan yang kudu Mama pertimbangkan....
Jangan menyebutkan nama produk apapun dan juga inisial yang seolah-olah inisial itu tidak ada yang mengetahuinya....
ANTI MSG.....
Hidup anti MSG....
Padahal...
Suatu ketika, malam begitu cerah, disaat aku masak dengan TUHAN, yang notabene tidak makan malam, memunculkan ide untuk menjebak Mama jatuh ke pelukan MSG...
Hahahahahha......
Skitar 10 bungkus bumbu suatu produk mie yang cukup terkenal yang penuh dengan MSG melesat ke perut Mama via setiap sendok yang Mama nikmati malam itu...
Dan lagi...
di saat yang lain, aku lupa kapan, TUHAN kembali melakukan aksi itu lage....
Atas nama TUHAN dan diriku sendiri aku minta maap....
Tapi teuteup...
Hahahahahahahha......
-Biaw : IMG01046-
Mama-mama, aku makan sayur kook...
Posting Komentar