Minggu, 27 Maret 2005

Panduan Ibadah di Jepang

Dipersembahkan bagi rekan-rekan yang akan berangkat ke Jepang (terutama bulan depan ini tahun ajaran baru, tentu bakal banyak yah).

Eits siapa tuh yang bilang bahwa tak ada masjid di Jepang? Kalau atase monbukagakusho di Kedubes Jepang di Sudirman yang anda tanyai, yah mungkin tak tahu. Memang tak sebanyak tera dan jinja, adzan pun tenggelam oleh teriakan yakiimo.

masjidkobeTapi ada yah ada. Sebagai fanatik daerah Kansai (bagian barat Jepang), Masjid Kobe, sekitar satu jam dari Kyoto naik kereta Hankyu ke Sannomiya, bisa dianggap masjid tertua di Jepang, didirikan tahun 1935, tahan banting saat seluruh bangunan di sekelilingnya runtuh oleh gempa Hanshin-Awaji, dan punya banyak kegiatan, antara lain juga ada daurah yang diselenggarakan oleh orang Indonesia (Choi, masih aktif kah dirimu?).

Selain itu, Kobe punya Konsulat Jenderal RI, yang secara rutin juga mengadakan kegiatan keislaman, terutama shalat Id.

Di Kyoto, ada Kyoto Muslim Association yang punya banyak kegiatan seperti yang saya ceritakan dulu, pengenalan budaya Islam dan penggalangan dana untuk mendirikan masjid Kyoto.
Di kampus, kami menyewa sebuah ruangan beberapa blok dari kampus untuk Jumatan, menumpang di foreign student lounge untuk shalat jamaah sehari-hari, atau meminta tempat di laboratorium masing-masing untuk shalat sendiri.

Pada acara hari raya, KMA meminjam tempat di international house, khutbah dalam bahasa Inggris. Atau bisa ngeloyor pergi pagi-pagi buta ke masjid Kobe untuk mendengar khutbah bahasa arab, atau ikut kegiatan KJRI di Sanbo Hall, Kobe kalau kangen bahasa Indonesia.

Di metropolitan Tokyo, sesuai dengan kepadatan penduduknya tentu, lebih banyak lagi masjid yang berdiri.
Ini adalah masjid Jami Tokyo, yang berperan sekaligus sebagai sebuah pusat kebudayaan Turki, di Yoyogi-Uehara.
masjidcamimasjidjami

Lalu ada Arabic Islamic Institute di Hiroo.
Ada Japan Islamic Trust di Otsuka.
Islam Center di Ohara.
Masjid Hachioji.
Nihon Muslim Jouhou Jimusho dan seterusnya.
Mushala-mushala, juga toko-toko yang menyediakan komoditas berlabel halal pun tersebar di mana-mana, selama ada kelompok masyarakat muslim yang menempati daerah itu. Kebanyakan mungil-mungil, dan tersembul di antara kompleks pertokoan atau karaoke, tapi yang pasti berhasil dipertahankan dari tudingan tindakan subversif dan terorisme.

Kedutaan Besar RI juga menyelenggarakan Jumatan dan Shalat Id di Balai Indonesia, Sekolah Rakyat Indonesia Tokyo, di Meguro, dikoordinasikan oleh KMII

Perkumpulan muslim Indonesia pun beraneka ragam, tinggal tanya KBRI atau KJRI untuk memperoleh kontak di sana.
Situs-situs terkait:
Kammi
Fahima
PMIJ
FLP

Tapi saran saya sih kalau dalam kunjungan yang relatif singkat, lebih baik memanfaatkan kesempatan "go-international", bergaullah dengan orang Jepang atau orang asing lainnya daripada terjebak dengan orang Indonesia (apalagi kalau dikerjai sama KB/JRI... Capek deh) kecuali kalau lagi kangen, atau tugas belajar/bekerja di sana memang kelamaan, yahahahaha.

Tidak ada komentar: